ILMU KUWI KETEMUNE KANTI LAKU

Ajang Silaturahmi Nasional (Silatnas) antar penggiat Simpul Maiyah pada 30 November 2024 di Rumah Maiyah Kadipiro, Yogyakarta, menjadi pengalaman yang sangat istimewa bagi saya. Perjalanan Silatnas ini kami maknai dengan “mudik ke kampung halaman”. Secara biologis memang kami tidak terlahir di Yogyakarta, tetapi secara spiritual kami lahir oleh Maiyah yang dinauingi oleh Mursyid kita yaitu Mbah Nun.

Dari Juguran Syafaat (JS) ada sembilan penggiat JS di antaranya Mas RIzki, Mas Kusworo, Mas Azis, Mas Toto, Aang (alias saya sendiri), Fadel, Anang, Alif serta Abi yang juga sebagai 11 koordinator Simpul Maiyah berangkat menghadiri acara Silatnas ini. Teman-teman dari JS sampai di Kadipiro Sabtu dinihari, bermalam di sana kecuali Mas Rizki dan Mas Kusworo yang datang satu jam sebelum acara dimulai.

Acara dimulai jam 09.00 WIB dan dibuka oleh Mas Fahmi selaku panitia. Acara di bagi 3 sesi, sesi pagi yaitu tukar informasi antar Simpul Maiyah, sesi siang bersama Mbah Toto Raharjo, dan acara puncak bersama Mas Sabrang. Acara dibuka dengan pembacaan dzikir Tawashushul yang dipimpin oleh dua penggiat dari Jawa Timur.

Sebelum sesi tukar informasi antar Simpul Maiyah, Mas Helmi diberi kesempatan menyapa semua yang hadir serta menyampaikan beberapa update tentang KiaiKanjeng dan caknun.com. Kemudian dilanjut sesi presentasi dari setiap Simpul Maiyah. Aang sebagai perwakilan JS presentasi dengan memaparkan beberapa poin yang menjadi problem terkait gelaran rutinan bulanan serta menyampaikan inovasi program kerja JS pada tahun 2025 yang sudah dimulai pada akhir tahun 2024 ini. Pada saat menyampaikan program kerja ternyata mendapat applause dari semua penggiat yang hadir.

Setelah semua perwakilan simpul menyampaikan presentasi masing-masing maka sesi pagi itu selesai dan panitia memberikan jeda istirahat dan juga mempersilakan kepada semua peserta Silatnas untuk bisa mengambil makan siang yang sudah disediakan.

Lihat juga

Jeda istirahat sudah selesai, waktu menunjukkan pukul 13.00 yang juga dimulainya sesi siang bersama Mbah Toto Raharjo. Beliau bercerita dan merespons pertanyaan peserta. Mbah Toto menyampaikan banyak hal, di antaranya adalah secara umum Maiyah adalah Majelis Ilmu, dan “ilmu kuwi ketemune kanthi laku”. Titik beratnya di laku-nya. Maiyah itu berasal dari kata Ma’a (kebersamaan). Ijtihad kita utamanya adalah tentang kebersamaan. Mbah Nun adalah spirit bagi kita semua. Jadi kita bergantung pada prinsip nilai-nilai Maiyah yang sudah disampaikan Mbah Nun kepada kita. Korelasinya pada manfaat/kebermanfaatannya. Itu adalah beberapa poin yang paling ter-notice menurut saya.

Sembari menunggu kedatangan Mas Sabrang beberapa senior dari lima Simpul Maiyah induk menceritakan pengalaman masing-masing dalam perjalanan ber Maiyah. Tak berselang lama Mas Sabrang hadir untuk membersamai semua peserta pada sesi sore yang juga sebagai sesi puncak.

Mas Sabrang sedang menggagas program untuk Simpul Maiyah yang mungkin segera diselesaikan pada pertengahan 2025. Mas Sabrang juga menyampaikan gagasan yang menarik, yakni kita harus mengambil sebanyak mungkin ilmu dan pengetahuan. Walaupun tidak semua dimasukkan ke dalam rumah kita, tetapi bisa kita letakkan di halaman rumah yang mungkin kapan waktu bisa kita gunakan. Paling tidak, ada yang dijadikan fokus kita untuk mengeksplore ilmu itu. Sebab, akan menjadi percuma kalau hanya sekadar sebagai tambahan wawasan untuk kita tapi tidak kita praktikan dalam kehidupan nyata bahkan sampai pada tingkat kebermanfaatannya. Sebab, ilmu kuwi ketemune kanti laku.

Di momen Silatnas ini Mas Sabrang juga menyampaikan bahwa apapun yang Tuhan buat ada aturan mainnya, Sistem yang kita buat ini harus selalu berjalan bukan karena ada siapa. Alam pikir dan alam fisik itu dua hal yang berbeda,dan semua tali persambungan harus dibangun dengan kesadaran bersama.

Diskusi sedang berjalan dengan asik semua peserta khidmat mendengarkan sampai waktu ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 18.00 yang artinya acara sudah selesai. Sebelum acara ditutup, kita berdoa bersama untuk keselamatan kita, serta untuk kesembuhan Mbah Nun, yang dipimpin oleh Pak Saifullahl dari Padhangmbulan Jombang. Acara ditutup dengan foto bareng bersama Mas Sabrang dan Pak Toto Rahardjo.

Bagi saya Silatnas ini bukan sekadar agenda pertemuan rutin, melainkan sebagai sarana saling mengunduh informasi yang kemudian bisa kita terapkan pada kemudian waktu. Seperti halnya pada saat lebaran dimana semua keluarga yang merantau mudik ke kampung halaman untuk bisa saling menguatkan satu sama lain, karena hidup ini adalah perjalanan maraton yang garis finish-nya pun kita tidak tahu kapan waktunya.

Banyumas, 3 Desember 2024

Lihat juga

Lihat juga
Close
Back to top button