PENGGIAT JUGURAN SYAFAAT SINAU PENULISAN

(Catatan Singkat Mini Workshop Forum Dapur Juguran Syafaat, Juli 2024)

Seminggu sekali penggiat Juguran Syafaat berkumpul. Acara ngumpul tersebut disebutnya sebagai Forum Dapur Juguran Syafaat. Malam tadi forum dapur dikemas dalam konsep mini workshop, dimulai pukul 21.00 dengan mengambil tema Menulis Kreatif: Menyusun Tema, Prolog & Catatan Diskusi. Acara itu terselenggara pada Selasa 9 Juli 2024, di Rumah Mas Fadel, di Purbalingga.

Selaku tuan rumah sekaligus juga moderator, Mas Fadel membuka dan memandu jalannya acara. Acara dibuka dengan menjelaskan latar belakang dan kepentingan adanya kebutuhan para penggiat Juguran Syafaat untuk meng-upgrade skill individu seperti public speaking, menulis, membuat catatan keuangan, dan lain sebagainya.

Di sesi awal, Mas Rizky sebagai Narasumber menceritakan tentang fungsi memiliki keterampilan menulis yang nantinya bukan hanya bisa dipakai untuk keperluan manajemen forum di Juguran Syafaat, melainkan skill set yang dimiliki juga bisa diaplikasikan di tempat lain, karena yang akan dipelajari merupakan skill paling dasar dalam suatu topik kepenulisan.

Mas Kusworo juga ikut hadir membersamai dan bercerita tentang pengalamannya mengikuti Workshop internal penggiat di Kenduri Cinta beberapa tahun yang lalu. Ia juga becerita tentang beberapa tema-tema Juguran Syafaat yang memiliki kesan mendalam sehingga masih teringat sampai sekarang.

Sebelum masuk ke materi, Mas Rizky mengambil konteks pembelajaran menulis dengan mengambil contoh kasus yaitu olah forum di Juguran Syafaat. Ia memulainya dengan menceritakan sejarah kelima simpul Maiyah besar yang dibangun sendiri oleh Mbah Nun, kemudian pengalaman dan pelajaran yang didapat tentang kepenulisan waktu itu ketika Mbah Nun langsung yang memandunya. 

Setelah bercerita tentang pengalaman, selanjutnya adalah masuk ke Materi Pertama yaitu cara memilih atau menentukan “Tema”.  Secara umum ada tiga klasifikasi jenis tema di Juguran Syafaat. Yang pertama adalah tema yang dibuat dari susunan kata yang dibelokkan. Contoh: “Tadarus Pengalaman”, umumnya tadarus ayat-ayat Al-Qur’an, namun karena pengalaman juga ayat-ayat (kauniyah), maka boleh saja ditadarusi. Contoh lain, “Revolusi Silaturahmi”,  umumnya revolusi adalah perihal politik. 

Kemudian klasifikasi yang kedua adalah “Mengkampanyekan istilah-istilah penting yang ada di Maiyah, contohnya pernah dibuat tema ”Al Mutahabbina Fillah”, yakni ungkapan dari Mbah Nun tentang persaudaraan yang erat. “Terus Berjalan” (Judul album KiaiKanjeng untuk tetap bertahan menghadapi keadaan sulit), “Robbi Anzilni Munzalan Mubarakan” (Doa untuk memohon kedudukan yang diberkahi) dan seterusnya.

Dan unsur yang ketiga ialah frasa biasa saja tidak ada permainan kata-katanya tetapi mengandung gagasan yang penting. Biasanya mencakup kiat strategi hidup atau kritik sosial yang aktual. Contoh: “Dijajah Praktis” (Fenomena sosial yang nyaman dan praktis tetapi aslinya sedang dijajah), “Hafalan Kesimpulan” (Strategi agar pengetahuannya segera dipakai, bukan hanya sekedar menjadi hafal semata, “Aneka Benar” (Jenis-jenis kebenaran yang beraneka ragamnya).

Selanjutnya masuk ke materi kedua yaitu menyusun prolog atau mukadimah. Fungsi prolog adalah untuk menerangkan ada apa dibalik tema. Sekurang-kurangnya ada tiga unsur yang telah diterapkan selama ini, sehingga prolog sederhana dapat disusun hanya menggunakan tiga atau empat paragraf saja. Unsur-unsur yang terdapat pada prolog ada tiga yakni: Problem, Agitasi, Solusi.

Pertama: “Problem” yaitu Menggambarkan masalah, tantangan atau situasi yang menjadi concern dari tema. Bertujuan untuk menarik perhatian, menjelaskan ruang lingkup diskusi dan membuka keterhubungan peserta diskusi dengan tema yang dibahas. 

Yang kedua: “Agitasi” yaitu Mempertajam masalah yang diungkapkan, menggali aspek masalah lebih dalam, mempertegas keresahan, dan kegelisahan sehingga tercipta dorongan untuk mengulik lebih dalam permasalahan. 

Dan yang ketiga ialah: “Solusi” yaitu Mengungkapkan hipotesis atau tawaran solusi yang akan diuji pada proses diskusi. Sehingga pada proses selanjutnya, tawaran solusi menjadi lebih matang dan komprehensif serta terbuka pula peluang hipotesis atau tawaran solusi yang baru dan berbeda.

Setelah materi kedua selesai, selanjutnya masuk ke Materi Ketiga Yaitu membuat catatan hasil diskusi atau reportase. Untuk menerangkan ini, Mas Rizky menggunakan analogi gelembung besar dan gelembung kecil.

Gelembung besar mencakup pointers pokok yang biasanya mengandung kebaruan perspektif. Mengapa disebut gelembung besar? Karena pointers ini diungkapkan dalam tulisan secara lebih komprehensif. 

Sedangkan gelembung kecil yakni tentang informasi-informasi yang disampaikan dengan lebih ringkas, meliputi deskriptif kegiatan (5W1H), berjalannya rundown, gambaran suasana, kejadian unik yang terjadi, insight pribadi yang muncul, dan deretan poin bahasan lainnya yang cukup dicatat pokok-pokoknya saja. 

Gelembung besar dan kecil mencerminkan skala prioritas dalam penulisan, sehingga gagasan komprehensif tetap dimuat, sementara gagasan pendukung tidak tercecer. Di sisi lain penulis maupun pembaca tidak kelelahan karena tulisan yang kelewat panjang. 

Menjelang pukul 23.00 WIB. materi selesai tersampaikan sesi tanya jawab dibuka, Saya yang juga peserta mengambil kesempatan untuk bertanya kepada Narasumber tentang normalnya durasi menulis itu berapa jam? Mas Rendi bertanya dan bercerita tentang pengalamannya mempelajari copywriting, Mas Fadel bertanya tentang bagaimana cara menyambungkan benang merah dari hasil diskusi? dan Mas Aang bercerita tentang hal yang ia lakukan saat menyimak suatu obrolan yaitu mencatat poin pentingnya.

Setelah semua pertanyaan terjawab dan semua materi sudah clear, maka forum ditutup dan dilanjut dengan obrolan santai serta evaluasi kegiatan yang baru saja dilakukan. Suguhan serabi pun dicicipi dan di bagikan ke teman teman peserta sambil beristirahat. Tepat pukul 00.00 WIB Workshop selesai dan bersalam-salaman untuk pulang ke rumah masing-masing.

Lihat juga

Back to top button