MAS SABRANG MEMBAHAS MEKANISME MANFAAT AJARAN AGAMA ISLAM DI BANGBANG WETAN
(Liputan Majelis Ilmu Maiyah Bangbang Wetan Surabaya Edisi Maret 2024)
“… Kau datang dan pergi, oh, begitu saja
Semua kut’rima apa adanya
Mata terpejam dan hati menggumam
Di ruang rindu kita bertemu…”
Mas Sabrang bernyanyi nomor Ruang Rindu bersama jamaah yang diiringi oleh Sesil N Friend. Mas Sabrang merapat ke atas panggung menemani jamaah Bangbang Wetan sinau bareng pada pukul 21.40 WIB. Jamaah Bangbang Wetan memadati dalam gedung, ada yang di teras dan halaman gedung dengan nyimak melalui layar proyektor jalannya acara Majelis Ilmu Bangbang Wetan yang terselenggara pada Selasa (26/03/2024) di Gedung Pandan Sari, Jl. Kandangan No.19, Surabaya.
Cak Aminullah yang malam itu hadir menemani Mas Sabrang duduk diatas panggung memberi pengantar terkait tema “Memeluk Mukjizat”. Tema tersebut lahir dari cerita perjalanan hidup para penggiat yang hadir pada rapat rutin setiap hari Jumat. Perjalanan hidup penggiat banyak mengalami keajaiban di dalam kehidupan sehari-hari yang tidak bisa dinalar.
Misalnya ada salah satu penggiat yang menjadi guru SMA di Surabaya yang penghasilannya tidak sampai 5 juta setiap bulan. Tapi dia menghitung pengeluaran bulanannya melebihi penghasilan setiap bulan. Dia merasa dan menyimpulkan kalau tidak karena keajaiban dari Allah, tidak akan terjadi hal seperti itu. Cerita kehidupan itu dia ceritakan ketika rapat barangkali realate dengan kondisi sekarang. Di kondisi kebutuhan pokok serba mahal ini kita masih bisa survive itu suatu bentuk keajaiban pertolongan dari Allah yang perlu kita sadari dan syukuri.
Manusia Mempunyai Cara Pandang Terhadap Dunia Agar Tidak Gumunan
Mas Sabrang selanjutnya merespons tema dengan mengajak jamaah untuk ‘pusing’ bersama. Pasalnya, menurut Mas Sabrang, bukan Maiyah kalau tidak mengajak jamaah berpikir bersama. Malam itu Mas Sabrang mengajak jamaah membahas dari yang belum pernah dibahas. Pembahasan diawali dari mengenal bahasa mukjizat yang dijadikan tema. Perlunya mengenali bahasa karena menurut Al-Qur’an, Nabi Adam oleh Allah terlebih dahulu dikenalkan nama-nama benda dan apapun yang ada di sekitarnya.
Sebenarnya, menurut Mas Sabrang tidak ada yang tidak mukjizat. Kita sekarang bisa nelpon dari Surabaya ke orang di Jakarta bisa disebut mukizat jika kita lakukan seribu tahun yang lalu. Mas Sabrang tidak sedang merendahkan mukjizat, tapi kita perlu tahu mekanismenya. Pembahasan Mas Sabrang selalu dianggap mumet karena selalu membahas mekanik agar kita bisa memahami lebih detil dan bisa mengukur agar lebih tepat. Biasanya bagi jamaah yang senangnya diingatkan tidak suka mendengarkan sedangkan jamaah yang suka membuka hal baru biasanya lebih betah mendengarkan penjelasan dari Mas Sabrang.
Mas Sabrang memberi sebuah konsep untuk memahami ada rentang yang namanya kaget, ajaib dan mukjizat. Misalnya ketika kita melihat kambing berjalan di depan kita, kita anggap mukjizat atau tidak? Hampir kebanyakan dari kita menganggap kambing yang berjalan bukan mukjizat, karena lumrahnya kambing ya berjalan. Kita membahas kambing terbang itu dengan mencari sebab logis.
Manusia mempunyai mekanisme dasar di kepala dan di badan secara biologis yaitu normalisasi. Artinya kalau kita mengalami sesuatu yang baru, lama kelamaan akan menjadi normal. Pertama pasti mengagetkan, lama kelamaan tidak mengagetkan lagi.
Manusia mempunyai world view (cara pandang terhadap dunia). Kita mempunyai cara pandang terhadap dunia yang didapatkan dari pengalaman sehari-hari. Manusia mempunyai cara pandang terhadap dunia agar tidak kaget dan takut, karena bisa mengukur resiko. Contohnya, bagi kita yang takut gelap, ketika menghadapi keadaan yang gelap gulita kita cenderung merasa takut.
Kita takut karena tidak mempunyai world view apa yang terjadi berikutnya di dalam keadaan gelap gulita. Tapi ketika tahu world view-nya, kita tidak takut karena kita tahu resikonya. Misalnya kalau di jalan resikonya ya ada lubang, motor lain dan kemungkinan bahaya yang lain. Kita berjalan dengan world view lebih santai. Kemudian, tiba-tiba world view kita berubah karena melihat sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya dan tidak masuk di pandangan kita.
Misalnya pada contoh kasus kambing terbang itu tidak masuk di world view kita sehingga membuat kita tertarik. Ketertarikan kita terhadap suatu hal yang baru itu sebenarnya modal dari Tuhan. Ketertarikan merupakan modal dari Tuhan karena ada efek berikutnya yang bisa dilakukan oleh manusia dengan kekagetannya. Efek pertama mencari tahu, berikutnya ada efek yang kurang baik yaitu langsung menolak dan langsung memberi frame.
Seperti jamaah-jamaah yang tidak biasa mendengar tafsir baru ketika menyimak penjelasan kyai, gus atau Mas Sabrang yang banyak mengajak kita membuka pikiran mendalami hal yang baru, naluri jamaah tersebut langsung menilai bahwa yang menyampaikan tafsir baru itu menyebabkan ruwet di kepalanya. Jamaah merasa ruwet kepalanya karena tafsir baru yang dijelaskan tidak bisa masuk di world view-nya. Padahal sesuatu yang baru itu sebenarnya mengembangkan otak agar world view-nya lebih lebar, sehingga membuat kita tidak nggumunan.
Leluhur Jawa dulu mengajarkan kita untuk tidak nggumunan. Artinya bukan tidak boleh gumun, tapi ketika kita mempunyai dorongan untuk kaget atau gumun, segera kita cari tahu, karena begitu kita sudah tahu sudah tidak gumun lagi. Gumun itu tandanya ada sesuatu yang belum paham di kepala dan belum bisa dijelaskan di kepala.
Positioning Aneh, Ajaib dan Mukjizat
Mas Sabrang menegaskan bahwa sesuatu yang baru belum tentu mukjizat. Pertama biasanya hanya mengagetkan kita saja, karena bisa jadi bisa baru bagi kita tapi tidak baru bagi orang lain. Level pertama mengenali mukjizat adalah kita merasa aneh. Merasa aneh lahir dari sesuatu yang tidak mukjizat tapi kita belum pernah melihat. Kedua ajaib. Teman kita juga tidak tahu sesuatu yang kita anggap ajaib dan tidak menjelaskan. Kemudian, manusia bareng-bareng mencoba mencari penjelasannya.
Zaman dahulu orang menganggap suara katak bisa mendatangkan hujan, sehingga menilai suara katak itu ajaib. Kemudian, sama-sama mencari tahu penyebab suara katak bisa mendatangkan hujan. Pada akhirnya bertemu yang namanya factor kelembaban. Artinya katak bisa mendeteksi faktor kelembaban sehingga kalau kelembabannya pada titik tertentu katak berbunyi dan hujannya datang. Sebab turunnya hujan yang didahului oleh suara katak itu ada pada faktor kelembaban. Kita yang awalnya tidak tahu menjadi tahu dan tidak menilai ajaib lagi suara katak bisa mendatangkan hujan.
Sedangkan mukjizat adalah sesuatu yang di luar nalar semua manusia dan yang tidak bisa dijelaskan dengan semua teori. Mukjizat bukan yang kita tidak tahu, bukan yang orang lain tidak tahu sedangkan kita tahu, tapi yang semua orang gumun dan yang semua orang tidak mempunyai penjelasan apapun teori terhadapnya. Mukjizat itu letaknya pada batas world view kita.
Semakin kita bodoh, semakin kita banyak menemui keajaiban. Semakin kita pintar, keajaiban yang kita temuai semakin sedikit karena orang pintar bisa menjelaskan banyak hal. Menurut penelitian, orang yang IQ-nya semakin tinggi tendensi bunuh diri semakin tinggi juga, disebabkan tidak ada ruang untuk menemukan keajaiban Tuhan, karena setiap yang ditemuai bisa dijelaskan yang membuatnya tidak ada ruang pandangan bahwa ada faktor x dari Allah yang mempengaruhi.
Kita mudah dibohongi kalau kita tidak kritis terhadap suatu hal. Mas Sabrang menceritakan ada seorang dukun yang sangat sakti di sebuah desa, dengan strategi sosial yang sangat baik. Si dukun ini menyebar anak buahnya tiga orang ke warung-warung sekitar untuk membuat rumor bahwa dia sakti. Orang yang mendengar rumor itu mulai percaya.
Kepercayaan itu datang dari keajaiban yang ditampilkan si dukun dengan memperagakan bisa menjatuhkan buah kelapa hanya dengan gerak tangan tanpa memanjat pohon. Keajaiban buah kelapa yang jatuh itu yang mengelabuhi orang sehingga percaya karena jatuhnya buah kelapa dengan gerakan tangan tanpa memanjat pohon terjadi di luar nalar.
Walaupun kemudian belakangan si dukun ketahuan membohongi masyarakat karena sebenarnya ada anak buahnya yang standby di atas pohon kelapa yang bersiap menjatuhkan buah kelapa sesuai komando dari si dukun.
Mas Sabrang mempunyai teman di Yogyakarta yang menjadi distributor alat sulap se-Yogyakarta. Dia mengatakan ke Mas Sabrang bahwa konsumen alat sulapnya 95% adalah dukun. Sulap seperti mukjizat karena kita tidak tahu prosesnya. Tapi sebelumnya kita berangkat melihat sulap kita tahu bahwa kita akan dibohongi, dan kita senang dibohongi karena pengin merasakan takjub.
Sulap berbeda dengan dukun karena dukun membohongi tapi tidak jujur ngomong bahwa dirinya sedang membohongi. Kemudian ilusi yang dibangun di kepala kita digunakan untuk mempengaruhi kita. Artinya mukjizat (keajaiban) bisa mendekatkan diri kita kepada Tuhan, tapi juga bisa menjadi pintu untuk mempegaruhi kita yang tidak kritis kepalanya. Kritis bukan berarti langsung tidak percaya melainkan menunda keputusan untuk mencari informasi yang lebih.
Misalnya mukjizat Nabi Muhammad diperkenankan membelah bulan itu dari zaman Nabi Adam sampai kelak tidak akan pernah terjadi lagi. Mukjizat Nabi Muhammad diperkenankan bisa membelah bulan terjadi hanya sekali, tidak ada yang bisa menjelaskan dan banyak saksinya. Kita bagaimana tidak menyebut suatu keajaiban pada mukjizat terbelahnya bulan karena tidak ada satupun yang bisa menjelaskan, tidak ada satupun yang mempunyai teori dan tidak ada satupun yang bisa merepikasi
Kita bisa mengetahui positioning antara aneh, ajaib dan mukjizat. Hal aneh itu letaknya di luar (satu) diri kita. Hal ajaib itu letaknya di luar banyak manusia. Sedangkan mukjizat letaknya di luar semua manusia.
Mengenali Beda Antara Benar dan Kebenaran
Selanjutnya sesi tanya jawab. Pertanyaan pertama dari Ryan yang berasal dari Jombang. Pertanyaan Ryan berasal dari keresahannya tentang kebenaran yang ia lihat saat ini berasal dari kesepakatan kolektif. Banyak hal tertutupi termasuk kita tidak bisa melihat bukti sesuatu itu benar adanya, hanya karena mayoritas orang mengiyakan hal itu sehingga Nampak benar. Hal itu mempengaruhi kita dalam bersikap dan mengambil keputusan. Pertanyaanya, bagaimana cara tepat melihat hal itu dan bagaimana cara membuktikan kebenaran itu? Mas Sabrang meresponsnya dengan berangkat dari ada yang namanya benar dan ada kebenaran. Benar itu tidak bisa berdiri sendiri. Benar harus bersandar pada sesuatu yang lain.
Orang yang menabrakkan kebenaran agama dengan sains itu kebanyakan bukan orang sains. Minimal dia pelaku sains tapi tidak tahu filsafat sains itu sendiri. Karena di dalam sains tidak pernah mengklaim yang namanya kebenaran. Yang sains klaim adalah benar, tapi benar menurut siapa. Kalau kita melihat metode ilmiah: ada masalah, observasi, membuat hipotesa, dites untuk mengetahui benar tidaknya. Yang benar atau salah itu hipotesanya. Jadi benar tidak bisa berdiri sendiri dan butuh kondisi.
Kalau kebenaran itu tidak butuh kondisi. Dia berlaku di mana saja, berdiri sendiri, kita paham atau tidak kebenaran itu tetap berjalan. Gravitasi itu kebenaran. Gravitasi tidak butuh kondisi, tidak ada yang bisa mendebat soal itu. Buktinya gravitasi itu kebenaran tidak butuh kondisi adalah kita tidak khawatir jika kita sedang BAB. Kita percaya terhadap gravitasi, karena kalau kita tidak percaya terhadap gravitasi pasti kita khawatir ketika BAB. Kita percaya terhadap gravitasi artinya kita beriman terhadap kebenaran. Kita percaya terhadap gravitasi karena gravitasi sudah ada sebelum ada teori dan manusia.
Sikap kita terhadap kebenaran yang berasal dari keputusan kolektif sebaiknya tidak usah kita perdebatkan itu kebenaran atau gimana-gimana. Kita pastikan saja bahwa itu benar, tapi pada kondisi seperti apa. Benar dalam lingkungan komunitas tertentu bisa tidak sepenuhnya benar jika keluar dari lingkungan tersebut.
Kalau kita sadar benar yang disampaikan dari setiap mulut manusia tidak mungkin kebenaran, karena tidak mungkin manusia bisa menyampaikan kebenaran. karena kepala manusia cuma satu dan mengalami hidupnya cuma satu mengaku kebenaran jagad raya, padahal yang dia ketahui sebenarnya adalah benar.
Contohnya kalau kita melihat berita di televisi ada orang membunuh orang. Kita menilai bahwa orang yang membunuh orang itu salah. Mata hukum dan agama berbicara bahwa membunuh orang itu salah. Dari dua mata pandang itu lalu kita menyimpulkan dan membuat judgement bahwa kita baik sedangkan orang yang membunuh itu jahat. Kalau kita bayangkan mungkin saja orang yang membunuh itu sedang melakukan sesuatu yang menurutnya benar. Mungkin benar menurut dia walaupun tidak disetujui oleh komunitas lingkungannya. Mencari kondisi sebab dari orang itu membunuh untuk mengetahui apa yang dilakukan orang itu dianggap benar.
Contoh kondisinya, misalnya di depan mata kita ada orang meludahi muka ibu kita, maka kemungkinan besar kita akan membunuh orang yang meludahi muka ibu kita. Menurut hukum Tindakan kita memang salah, tapi benar menurut pandangan kita karena yang sedang kita tegakkan adalah membela martabat keluarga dengan resiko dipenjara. Artinya benar itu ada lingkar kondisinya.
Yang perlu kita pahami bukan ngetes benarnya tapi yang perlu kita pelajari benar seperti itu lahir dari kondisi seperti apa, karena kalau kita melihat kondisinya berbeda zaman akan berbeda akan berubah. Yang kemarin benar besok bisa jadi salah. Perlu adanya kompromi terhadap lingkungan untuk mensikapi benar pada kondisi tertentu. Kita tahu benar atau salah yang disampaikan oleh mulut maupun tulisan itu selalu kondisional. Karena benaran yang tahu hanya Tuhan dan orang-orang yang dikasih rezeki pemahaman oleh Tuhan.
Kita perlu memahami benar karena akar sejarahnya. Tapi kalau kita tidak mempunyai kesempatan untuk mengetahui akar sejarahnya kita karena memang banyak hal yang tidak bisa diurut ke belakang, ad acara lain untuk mencarinya yang disebut konsistensi. Kalau ada sebuah teori yang muncul di lima tempat, lebih benar sebuah teori yang muncul di satu tempat. Sesuatu yang benar selama 10 tahun itu kalah benar dengan sesuatu yang danggap benar selama 50 tahun. Logikanya kebenaran yang paling benar itu kebenaran Tuhan. Tuhan ada di mana saja dan kapan saja. Artinya sebuah kebenaran yang berlaku semakin di mana saja dan kapan saja itu kebenaran yang lebih mendekati kebenaran Tuhan.
Menemukan “Dunia Mengapa”
Pertanyaan kedua dari Lahu Nur. Dia bertanya dengan banjir informasi termasuk perkembangan pesat AI, apakah manusia mudah menemukan mukjizat? Mas Sabrang menjawab justru orang sekarang semakin banyak dijelaskan semakin banyak yang tidak percaya yang namanya mukjizat. Dengan adanya AI kita bisa mengumpulkan kolektif intelijen dalam satu tempat yang bisa tanyain bersama. Artinya si A yang tidak tahu B bisa mudah mencarinya. Mas Sabrang justru khawatirnya orang sekarang tidak bisa menghargai mukjizat. Karena selama ini yang dianggap mukjizat itu what (sesuatu) bukan kenapa.
Kalau kita bisa menemukan “dunia mengapa” mukjizatnya berlimpah tiada henti. Karena selama ini definisi mukjizat kita mengacu pada benda. Misalnya tidak mudah terbakar, bulan, dll. Tuhan memang mengajari kita awalnya dari yang fisik, benda dan kelihatan oleh mata, lama kelamaan yang abtsrak dan tidak kelihatan. Yang awalnya melihatnya pakai indera, selanjutnya melihat pakai akal, sesudah bisa melihat pakai akal berikutnya melihat pakai hati. Jadi kalau ada yang ngomong melihat menggunakan mata hati tanpa melewati proses memakai indera dan akal berarti orang itu sedang berbohong.
Jangan khawatir manusia itu adaptif. Manusia mempunyai adaptasi-adaptasi tertentu tapi perlu juga inisiatif dari pemerintah karena mereka yang menata peraturan permainan masyarakat. Pemerintah mengisi kalau masyarakat tidak tahu,pemerintah yang memberi kalau masyarakat tidak punya dan pemerintah menjaga kalau masyarakat terancam. Kalau pemerintah tidak melakukan tugasnya tersebut, kita harus mandiri melakukannya.
Membangun Kebiasaan Berprasangka Baik
Pertayaan ketiga dari Maulana Ainun. Dia bertanya bahwa akhir-akhr ini banyak kejadian yang mengagetkan, pada sudut pandang manusia Mbah Nun memberi pesan berasal dari Hadis Qudsinya, Ana ‘inda dhonni ‘abdi bi. Rawahut Tirmidzi. Aku (Allah) senantiasa bersama dengan prasangka hambaKu kepadaKu,”, lantas bagaimana penyikapan kita terhadap kejadian itu? Mas Sabrang merespons dengan berangkat dari pemahaman bahwa agama Islam merupakan short cut untuk kita membangun diri menjadi lebih baik.
Berprasangka baik itu membangun prosesor di kepala untuk masa depan kita menjadi lebih baik. Mas Sabrang membagi pemahaman dari sebuah jurnal yang menghubungkan antara prasangka dengan sebuah kejadian yang beliau baca sebelum naik ke panggung. Ada sebuah penelitian dari Benjamin Libet tentang mencari jarak antara keputusan dan menyadari keputusan. Jarak antara keputusan dengan menyadari bahwa kita sudah memutuskan. Kadang-kadang kita mempunyai keputusan tapi tidak menyadari bahwa kita sudah memutuskan. Ada sekitar 25-30 milisekon keputusan itu muncul duluan kemudian kita menyadari keputusan tersebut.
Keputusan datang dari mekanisme pengolahan alam bawah sadar yang kita miliki. Kita mempunyai mesin di alam bawah sadar berdasarkan pengalaman yang kita alami, ada mesin yang terbangun di alam bawah sadar, sehingga akan muncul keputusan sendiri lantas baru kita sadari keputusan tersebut.
Cara membangun mesin bawah sadar yang efektif untuk hidup, yang membuat Bahagia dan membuat kita sukses dari pemaknaan terhadap apa yang terjadi, bukan apa yang terjadi. Karena apa yang terjadi tidak menghasilkan apa-apa kecuali kita memaknai.
Kalau kita jatuh dari motor belum tentu buruk, sebab kita bisa memaknai kejadian tersebut sebagai cara Allah mengingatkan kita agar tidak sombong. Atau kita memaknai kejadian tersebut sebagai cara Allah agar kita ingat kepada Allah. Kita bisa memaknai kejadian yang sama dengan makna yang berbeda-beda.
Kita oleh Allah melalui islam diajarkan untuk mengambil makna pada suatu kejadian dengan berhusnudzon (berprasangka baik). Ketika kita sudah berprasangka baik, mesin di otak berbeda dari sebelumnya, karena kita memaknai hidup dengan prasangka-prasangka baik Allah terhadap diri kita. Efeknya semua keputusan yang keluar (sebelum kita sadari keputusan tersebut) segaris dengan prasangka kita terhadap Tuhan. Berprasangka baik sangat berpengaruh pada proses hidup kita yang berlipat. Karena kalau kita berbicara mekanik berprasangka baik tidak hanya berfungsi di akhirat, tetapi sangat mempunyai fungsi yang luar biasa di dunia.
Mas Sabrang mengajak kita melakukan berprasangka baik selama tiga bulan saja, kita akan merasa nyaman menjalani hidup. Karena sudah menjadi reflek kita mencari makna positif dari apapun yang terjadi.
Selective Attention dan Merindukan Apa yang Kita Cita-citakan Kepada Allah
Pertanyaan kedua dari Maulana Ainun adalah bagaimana cara anak muda memiliki kecerdasan intelektual, spiritual dan emosional? Mas Sabrang merespons pertanyaan itu dengan mengajak jamaah memahami bahwa semua pemahaman, kedewasaan, maqam dst, itu rezeki dari Allah karena juga ada limitasi fisik. Di sains menjelaskan baru umur 40 tahun otak kanan dengan otak kiri hubungannya mulai banyak, sebelum umur 40 tahun hubungannya terpisah antara otak kanan dengan otak kiri. Ketika remaja hormonnya masih naik turun, maka dari itu ketika remaja banyak ingin tahu.
Yang perlu kita lakukan untuk mendapatkan apa yang kita cita-citakan adalah merindukannya kepada Allah. Karena yang paling tahu jalannya ke mana itu Allah yang akan memberikannya kepada kita. Rumusnya merindukan apa yang kita cita-citakan, karena hanya Allah yang bisa memberi itu. Ketika kita clear misalnya pengin kecerdasan spiritual, asal kita menjaganya terus, cita-cita itu akan otomatis kita dapatkan suatu saat. Hal itu disebabkan karena manusia mempunyai selectif attention (perhatian yang dipilih). Misalnya pada orang yang sedang hamil, dia merasa banyak orang lain hamil. Karena dirinya mengalami sebuah situasi hamil, maka perhatiannya secara bawah sadar akan terfokus pada orang hamil.
Hal perhatian yang dipilih juga yang membuat kita mudah dibohongi oleh ramalan. Misalnya orang meramal kita hari ini akan mengalami kekecewaan, sehingga seharian kita mencari-cari sebab kekecewaan yang diramalkan orang tersebut. mayoritas peramal berdasar riset dari Mas Sabrang memakai trik psikologi yaitu selection bayes. Peramal akan ngomong 10 poin, kita akan ingat poin yang sesuai dengan kejadian yang kita alami. Yang kita ingat adalah poin yang benar sesuai kejadian yang kita alami.
Begitu juga kenapa Mas Sabrang menyarankan untuk merindukan apa yang kita cita-citakan kepada Allah, karena perhatian kita akan tertarik dan terarah kepada apa yang dibutuhkan terhadap pertumbuhan. Cara kerjanya memang seperti itu dan merupakan kejaiban dari Allah. kita menyediakan wadah untuk kemudian Allah mengisinya. Cara menyediakan wadah dengan merindukan apa yang kita inginkan. Mas Sabrang tidak setuju meminta karena yang berlangsung adalah transaksi. Kalau merindukan kita mengandalkan keharuan Allah dan kita tidak menuntut kapan.
***
Pertanyaan berikutnya yang menarik perhatian jamaah datang dari Cak Irul Surabaya. Cak irul ini pelukis yang kalau bicara unik, pikirannya mengembara dengan tutur kata yang bercampur antara Bahasa Indonesia, Inggris dan Jawa. Dia kalau berbicara seperti diplomat yang selalu menarik perhatian begitu juga jamaah Bangbang Wetan malam itu ikut menikmati jokes andalannya bahwa bumi tidak lagi disampaikan dengan kata datar, tapi bulat bukan bundar untuk menjelaskan rentang jangkauan Mas Sabrang kok bisa moro-moro ke Rusia menghadiri Forum Multipolar dan Kongres Russophile yang diadakan di Lomonosov Cluster Center, Universitas Negeri Moscow, Rusia. Cak Irul penasaran dan bertanya ke Mas Sabrang keperluan apa diundang ke sana dan apa yang dibahas.
Mas Sabrang malam itu tidak pengin bercerita kenapa beliau di undang ke Rusia dan apa yang dibahas karena Mas Sabrang memegang prinsip semakin banyak tahu, semakin besar tanggung jawabnya. Semakin banyak tahu, semakin besar resikonya. Mas Sabrang paing tidak mau membebani orang lain termasuk jamaah Maiyah, karena menjalani hidupnya juga sudah susah. Kalau itu bisa ditanggung sendiri bebannya oleh Mas Sabrang akan beliau tanggung sendiri.
“ning aku jalok percoyo o siji, aku iki keturunane Mbah ku seng tresno banget karo sampeyan. Bapakku kui tresnone ra karoan karo kowe. Wong Indonesia lan cah-cah nom. Sudahlah mari kita tanggung beban yang bisa kita tanggung. Dan kita mau memberi hadiah yang enak-enak satu sama lain. Lek ilmu tak bagi 100%, tapi lek beban tak cekel sek wae sementara. Gitu ya. Maturnuwun” tegas Mas Sabrang meyakinkan jamaah agar berjalan sesuai kapasitasnya dengan spirit berbagi yang enak-enak satu sama lain.
Surabaya, 27-29 Maret 2024