SULTHON PENANGGUNGAN EDISI DEMOKREASI

(Liputan Majelis Ilmu Maiyah Sulthon Penanggungan Pasuruan edisi Januari 2024)

Eskalasi percakapan warga negara masih seputaran demokrasi dengan beragam tafsir-tafsirnya. Melalui wadah diskusi Majelis Maiyah Pasuruan “Sulthon Penanggungan” (SP), kami berupaya menghimpun dan mencari titik temu yang paling Rahmatan Lil Alamin dengan Sinau Bareng yang bertemakan “Demokreasi”.

Sabtu 27 Januari 2024 pukul 20:00 WIB, para pegiat sudah mulai berkumpul dan mengawalinya dengan bertawashshul yang dipimpin oleh Cak Taufiq yang dilanjutkan dengan pembacaan Al Qur’an Surat Ar-Rahman oleh Cak Rochim sebagai tumpahan rasa syukur kami atas segala pencapaian dan hikmah di tahun kemarin. Setelah itu dilanjutkan bersholawat yang teriringi musik banjari oleh pegiat yang berkolaborasi dengan kakak beradik yaitu Mas Azhar dan Adik Muzakki sebagai penabuh darbuka secara bergantian. Kemudian diteruskan wirid Padhang Mbulan dan doa Khotmil Qur’an secara serentak, riuh namun menggemakan.

Malam hari itu formasi sedikit berbeda karena Cak Umar mencoba mem-pawangi kegiatan Sinau Bareng sebagai moderator yang langsung menyapa kehadiran pegiat. Selanjutnya Cak Umar mempersilahkan Mas Huri yang ditunjuk sebagai pemapar point tema untuk yang pertama membukanya. Disclaimer, bahwa Mas Huri adalah pegiat muda SP yang paling minim ber-argument ketika diskusi namun kali ini tim SP sedikit memaksa namun dengan tujuan memberi pengalaman baru. Mas Huri mulai memapaparkan point tema dengan tenang dan ringkas terkait norma-norma demokrasi yang ada di indonesia.

Kemudian pemaparan kedua oleh Mas Jasmani yang meng-elaborasi demokrasi dengan merujuk beberapa ungkapan tokoh hingga menemukan 3 hal yaitu pertama bahwa demokrasi hanya sekedar pesta rakyat lima tahunan. Kedua, kenyataannya kita bukanlah murni memilih melainkan terdorong untuk memilih wakil rakyat yang sudah dipilihkan elit partai. Dan yang ketiga adalah akibatnya para calon delegasi partai yang mindsetnya masih pragmatis akan menghalalkan segala cara agar menang akumulasi suara dan terpilih.

Sebelum sesi diskusi, Cak Sule sedikit menghibur di waktu jeda dengan ber-karaoke sebuah lagu yang berjudul “Surga di balik Dosa” dari Nida Ria yang kalem temponya namun makna liriknya menghujam alam pikiran. Kemudian dilanjutkan oleh Cak Irul yang menyanyikan lagu dari Letto yang berjudul “Ku Tak Percaya” dengan menayangkan video editing kompilasi gambar ilustrasi karikatur yang diputar di layar proyektor.

Lihat juga

Pada sesi diskusi banyak yang meng-elaborasi demokrasi dari berbagai sudut pandang hingga berkhayal sistem bernegara versi kerajaan kemudian meng-komparasinya. Mas Luthfi juga memberi peng-kaya-an literasi demokrasi dalam konteks moral dan etika yang demikian dipinggirkan karena mengedepankan hal-hal pragmatis dengan memutarkan cuplikan video dan foto kompilasi kebrobokan etika demokrasi hari ini.

Sebelum kegiatan ditutup dengan doa oleh Cak Lukman, kami bersama-sama melantunkan “Shohibu Baiti” dengan khusyuk menembus hati dan menyapu gelapnya akal pikiran. Sekian.

(Redaksi Sulthon Penanggungan) 

Lihat juga

Lihat juga
Close
Back to top button