FORUM AKHIR TAHUNAN DAMAR KEDHATON, BAHAS TIGA POIN BESAR UNTUK BARU 2024
Sabtu malam (30/12/2023), bertempat di Rumah Baca (Rumba) Nusantara, Perumahan Alam Singgasana Blok I No. 15 Kecamatan Cerme (Rumah Cak Fauzi), tiga poin besar dirumuskan dan diformulasikan dulur Jamaah Maiyah Damar Kedhaton Gresik. Ketiganya yakni, scheeduling agenda Telulikuran di tahun 2024, mendiskusikan tema buat Majelis Ilmu Telulikuran, serta mengumpulkan ide untuk gerak Damar Kedhaton ke depannya.
Forum ini tidak seperti biasanya yang digelar. Setidaknya, ini merupakan kali kedua yang pernah diadakan dengan tempat yang sama dan waktu yang berbeda.
Padatnya waktu dari masing-masing dulur Damar Kedhaton membuat Cak Fauzi menginisiasi forum pertemuan pada malam hari itu. Sebab, Damar Kedhaton sendiri memiliki 2 forum rutin yang diadakan tiap bulannya. Maka, untuk menghemat energi, forum Akhir Tahunan Damar Kedhaton Gresik ini digelar. Meskipun kedepan nantinya akan tetap bergulir forum kegiatan rutin tiap bulannya. Setidaknya, beberapa tema telah disepakati dan siap disajikan untuk dijadikan bahan pembelajaran pada beberapa bulan kedepan.
Berkaca secara historis, perumusan dan penjaringan ide-ide kemunculan tema biasanya digelar pada kegiatan rutin Wirid Sholawat dan Rembuk Tema (WnSRT); digelar seusai Padhang Mbulan dan Bangbang Wetan. Belakangan, ada perubahan pada nama kegiatan tersebut yakni Tawashshulan Wirid Sholawat dan Rembuk Tema. Hal ini dilatarbelakangi dengan amalan Tawashshulan yang diberikan Mbah Nun kepada anak cucunya; Jamaah Maiyah.
Kembali pada forum malam kemarin, Cak Fauzi yang merasa memiliki intensitas jadwal kerja cukup tinggi; menjadi latar belakang forum itu digelar. Ide ini ternyata disetujui oleh beberapa dulur Damar Kedhaton lainnya.
Bermula dari perencanaan penjadwalan kalendar Telulikuran sepanjang tahun 2024 mendatang, akhirnya disepakati untuk mengadakan sebuah pertemuan lebih lanjut. Pertemuan akhir tahun, diskusi ngalor-ngidul yang tetap terukur. Sebagai bentuk ikhtiar merawat benih-benih paseduluran al-Mutahabbina Fillah secara organisme di dalam Damar Kedhaton Gresik.
Jika Damar Kedhaton diumpamakan sebagai hidangan yang diperuntukkan konsumsi bagi publik, maka forum ini bisa disebut sebagai pawonnya atau dapur untuk memasak berbagai makanan, minuman, dan sajian yang akan dihidangkan.
Semua dulur Damar Kedhaton dipersilakan untuk turut hadir dalam memproses, memilah-memilih; menjadi juru koki. Mereka secara merdeka membawa bahan-bahannya tersendiri. Untuk kemudian diolah secara bersama-sama, mencari apa yang benar, memetakan bahan apa yang harus dipilih, bahan apa yang harus dibuang.
Keganyengan, kegembiraan, kebahagiaan, kebersamaan, kemesraan; begitulah kira-kira yang bisa dirasakan. Bagaimana Wak Syuaib, Cak Djalil, Cak Imam Arief, Cak Madrim, Cak Syaiful Iman, Cak Zainul, Cak Makhrus, Cak Gogon, Cak Teguh, beserta Cak Yayak, dan saya sendiri betah bertahan. Berjam-jam lamanya sejak sekitar pukul 20.00 hingga adzan Subuh tiba.
Mereka saling berbagi ide, gagasan, pendapat, cerita, pengetahuan, hingga pengalaman untuk memperkaya isi dan materi pada tema yang akan disinaui pada Majelis Ilmu Telulikuran Damar Kedhaton di tahun 2024 mendatang.
Hal ini tentu menjadi keunikan dalam Maiyah, dengan terjaganya kesadaran bahwa semua orang berhak berbicara. Berhak memerankan fungsinya masing-masing tanpa merendahkan apa, dan bagaimana posisi atau status dari orang tersebut. Sebuah kesadaran kolektif; membangun keamanan satu dengan yang lainnya; keamanan martabat, keamanan harta, dan keamanan nyawa.
Selain itu, mereka yang hadir juga memiliki kebebasan beserta kemerdekaan untuk memilih ilmu mana yang cocok dan tepar bagi diri masing-masing, untuk diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari.
Apakah mereka dijanjikan mendapatkan surga? Apakah mereka rela hadir hingga sejak malam hingga tiba pagi untuk dapat uang? Apakah mereka juga mendapatkan keuntungan secara materi dari apa yang selama ini diajarkan oleh Mbah Nun?
Tentu saja jawabannya adalah “tidak”. Kalau tidak percaya, coba tanyakan sendiri kepada mereka para pejalan Maiyah.