WASKITO NGREKSO

(Mukaddimah Majelis Ilmu Maiyah Gambang Syafaat Semarang, Sabtu, 24 Juni 2023)

“Penting untuk mampu berfikir secara simulatif, zig-zag, dan eksploratif secara intelektual”

Pesan di atas adalah Ngendiko Mbah Nun di Padhangmbulan (03/06/2023). Pada momen tersebut, Mbah Nun menekankan kembali individu Maiyah harus bersikap seimbang, tajam, komprehensif, cenderung banyak memperhatikan dan berpikir, tidak mudah marah, tidak memamerkan ilmu, tidak merasa lebih tahu, tidak merasa lebih pintar, dan tidak merasa superior dari orang lain.

Maiyah adalah gerakan shadaqah, sebagai bentuk perilaku orang yang shiddiq dan keluarannya adalah amanah. Ibarat sebuah konstruksi bangunan, dalam proses perjalanannya kehidupan manusia memerlukan perencanaan yang sungguh-sungguh. Sungguh-sungguh (shiddiq) mencerminkan kejujuran dan komitmen seseorang dalam segala hal, yang berarti mengerjakan segala hal dengan sepenuh hati dan dapat dipercaya.

Sungguh-sungguh dalam semua proses. Sifat shiddiq sangat substansial untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contohnya adalah ketika bekerja seseorang yang jujur akan bekerja dengan detail sehingga menghasilkan kualitas kerja yang baik dan dapat dipercaya. Contoh lainnya, ketika kita berjanji untuk melakukan suatu hal, kita harus berusaha semaksimal mungkin memenuhi janji tersebut. Kita juga harus jujur dan tidak membuat alasan atau pembenaran yang tidak benar ketika kita tidak dapat memenuhi janji tersebut.

Terlebih lagi dalam sesrawungan antar sesama, sifat shiddiq sangat perlu dalam membangun kepercayaan. Berbicara jujur dan komitmen akan membuat orang lain merasa aman dan nyaman dalam berinteraksi. Sifat shiddiq dibutuhkan dalam setiap diri untuk membangun kepercayaan dalam berbagai aspek kehidupan.

Orang yang shiddiq secara otomatis akan memiliki perilaku shadaqah. Shadaqah merupakan sikap memberikan kepada orang lain apa yang kita punya untuk mereka yang membutuhkan tanpa diminta. Mbah Nun bahkan mempertajam dan memperluas konsep sedekah. Shadaqah yang bersifat preventif, mencegah supaya jangan sampai ada orang yang meminta-minta. Shadaqah yang bersifat proaktif, memberikan sesuatu bukan karena kita memiliki kelebihan, tetapi lebih pada mencari cara untuk memberikan sesuatu ketika dibutuhkan. Implementasi sikap ini bahkan lebih diperluas lagi, bukan hanya terkait dengan harta dan uang, tetapi juga terkait dengan memberikan tenaga, pikiran, dan manfaat lainnya.

Lihat juga

Shadaqah tidak hanya berhubungan dengan aktivitas diluar diri kita, tetapi juga dengan perbuatan yang mempengaruhi lingkungan sekitar kita, bahkan tindakan yang terlihat hanya melibatkan diri sendiri ternyata juga berkaitan dengan lingkungan di luar diri kita. Salah satu contohnya adalah tidak buang air kecil sembarangan agar tidak mengganggu orang lain.

Sikap dan gerakan shadaqah ini sangat penting dalam menjawab berbagai situasi saat ini, terutama untuk menciptakan masyarakat yang memiliki adab yang lebih luas. Hal ini termasuk kesadaran dan tanggung jawab sosial terhadap lingkungan sekitar yang menjadi sarana mencapai tujuan peradaban manusia yang lebih baik. Untuk itu, dalam mencapai tujuan tersebut, diperlukan berpikir secara holistik dalam bulatan utuh, tidak cethek, ciut, dan cekak (3C).

Lantas, bagaimana dengan peristiwa yang terjadi belakangan ini? Sebagai contoh, kita dapat mengambil satu contoh peristiwa, seperti badan usaha karya milik negara yang diberikan penugasan untuk menjalankan proyek infrastruktur. Ketika leda-lede mengabaikan shiddiq, yang terjadi tidak pembangunan infrastruktur sebagai tujuan dan manfaatnya. Munculnya proyek fiktif dengan masalah beban hutang yang menekan dan jatuh tempo pembayaran gunungan utang yang nilainya menggunung. Konstruksi yang tidak membangun justru membebani, menciptakan sebuah lingkaran setan.

Waskito (waspada) dan Ngrekso (menjaga), kewaspadaan yang harus selalu terjaga. Dengan shiddiq (sungguh-sungguh), hasil karya akan amanah sehingga tetap terbimbing dalam “an’amta alaihim” (yang diberi nikmat oleh Allah) dan bukan “ghairil maghdhubi ‘alaihim waladhdhallin” (yang dimurkai oleh Allah).

Tema ini akan mempertajam pemahaman dan mengasah kepekaan terhadap “ayat-ayat yang tidak difirmankan” dalam Al-Qur’an. Kepekaan ini merupakan kunci dalam mentadabburi Al-Qur’an. Sebagai bahan refensi utama adalah tadabbur Al-Fatihah Ummul Qur’an berisi seluruh isi Al-Quran, yang akan dieksplorasi dalam konteks kehidupan yang kompleks dan dinamis, dijelajahi secara mendalam dan luas.

Semua bertumbuh dengan menjaga keseimbangan, membangun kedaulatan berpikir dan kemandirian sebagai alatnya dalam forum Maiyah Gambang Syafaaat pada tanggal 24 Juni 2023.

Semua orang bisa tadabbur, jika mau berpikir.

(Redaksi Gambang Syafaat)

Lihat juga

Back to top button