VISI PERUBAHAN
Selalu ada yang sepesial dalam setiap Pengajian Padhangmbulan. Digelar di halaman sisi timur masjid Umar Al-Faruq Mentoro Sumobito Jombang, pada Sabtu, 12 November 2022, Pengajian Padhangmbulan bukan hanya dihadiri anak-anak muda. Tema diskusi pun menarik untuk dicermati. Agen Perubahan menjadi tema sekaligus pintu ilmu (baabul ‘ilmi).
Dibuka dan diberi pengantar oleh Cak Dil, teman-teman jamaah diajak merasa gelisah terhadap keadaan di sekitar mereka. Mengapa gelisah? Ada apakah dengan kegelisahan itu? Cak Dil mengemukakan perubahan yang sederhana sekalipun diawali oleh kegelisahan individual. Kegelisahan itu memang berangkat dari kesadaran personal. Namun, skala komunal kegelisahan dapat menghasilkan gagasan perubahan.
Bertugas menjadi “penyambung lidah” sinau bareng saya menjlentrehkan gagasan Cak Dil. Adakah yang tidak mengalami perubahan dalam hidup ini? Padi berubah jadi gabah, lalu jadi beras, lalu jadi nasi, dan seterusnya. Kita pun mengalami perubahan, dengan segala dinamika naik turun, gelap terang, sesuai skala kesadaran masing-masing.
Bahkan esok hari ketika bangun tidur kita memiliki mata pandang baru dalam melihat dunia. Kita bukan hanya mengalami perubahan—esok hari kita lahir kembali.
Teman jamaah dari Kec. Gudo menyatakan perubahan seyogianya dimulai dari sendiri. Ia lantas memberikan contoh kasus bagaimana menghentikan kebiasaan ngegame secara berlebihan. Dari simulasi contoh ini fokus pembahasan jadi mengarah pada menyikapi game online yang kian marak di kalangan muda.
Tidak apa-apa. Jangankan membahas game online. Pengajian Padhangmbulan menampung setiap topik pendapat sesuai pengalaman autentik jamaah. Beberapa tahun lalu di atas panggung Cak Kanif malah membuka kursus singkat cara nggrendo yang baik dan benar.
Beberapa pendapat dari jamaah pun mengalir. Mas Albi menyatakan bahwa kita perlu menjaga keseimbangan saat memandang masa depan dan masa lalu. Jangan sampai visi perubahan itu menjadikan kita makhluk asing karena tidak mengerti masa lalu kita sendiri.
Tepat sekali. Mbah Nun berulang kali menegaskan agar kita rajin membaca diri sendiri untuk mengetahui fadlilah kita masing-masing. Dalam konteks pembahasan agen perubahan kita perlu melakukan perbaikan demi perbaikan untuk menambah nilai manfaat kepada sesama melalui fadlilah yang dianugerahkan Allah.
Atas semua gairah perubahan itu mohon juga dicatat bahwa Allah adalah Pelaku Utama perubahan. Kita menanam bibit perubahan, menjaganya dari hama dan gulma. Terserah Allah kapan, bagaimana, di mana, dan mengapa terjadi atau tidak perubahan.
Momentum yang tidak kalah menarik pada Pengajian Padhambulan malam itu adalah Buletin Maiyah Jawa Timur (BMJ) kembali hadir setelah jeda tidak terbit sejak awal pandemi dua tahun lalu. Sekarang teman-teman jamaah dapat membawa pulang BMJ yang sarat dengan tulisan bermutu, baik yang ditulis Mbah Fuad, Mbah Nun dan beberapa penulis yang lain.
Kalender Maiyah yang dirilis oleh Omah Padhangmbulan dan Bangbangwetan pun dapat diperoleh mulai November ini.
Pengajian Padhangmbulan dipungkasi dengan membaca shalawat Nabi, mahallul qiyam, bersama jamaah. Selalu ada yang spesial dalam Pengajian Padhangmbulan. Kita tunggu yang spesial itu pada pengajian edisi bulan Desember.