TUMBUH BERSAMA KELUARGA AL-MUTAHABBINA FILLAH
(Liputan Majelis Ilmu SEMESTA Maiyah Lamongan, Februari 2023)
Pejalan kehidupan yang baik adalah yang selalu bersedia melakukan kebaikan bagaimanapun keadaannya. Mampu tetap istiqamah terhadap dinamika kehidupan.
Tepat akhir bulan, seperti biasanya penggiat simpul Maiyah Lamongan kembali mengadakan sinau bareng, majelis ilmu yang rutin setiap bulan kita selenggarakan. Menjelang jam delapan tadi malam disambut dengan hujan, angin berhembus kencang, dibersamai udara dingin di halaman Perumahan TIARA, Tikung, Lamongan.
Impresi Raksi menjadi tema pembahasan utama pada edisi ke-70.
“Alhamdulillah kita masih diberikan kesehatan, masih bisa berkumpul kembali pada majelis ilmu rutin bulanan ini, mari kita awali dulu dengan Tawashshulan,” Mas Inan membuka. Kurang lebih setengah jam Tawashshulan, kemudian dilanjut dengan diskusi.
Impresi adalah hal yang dipikirkan, biasanya setelah melihat atau mendengar. Impresi= efek/respons terhadap sesuatu karena telah tersentuhnya indera dengan hal-hal luar. Sedangkan Raksi artinya wangi atau bau yang harum. Bisa kita analogikan respons pikiran dan hati ketika dihadapkan dengan suatu peristiwa yang bermakna indah. Tentunya indah itu pasti harum dan wangi, kebenaran dan kebaikan, cinta dan kerinduan, kenyamanan dan ketentraman.
Mas Hummam mengawali pembahasan serta memberi pengantar tema, dengan mensyukuri keistiqamahan kita untuk terus belajar menggali kedalaman ilmu dan menguatkan keimanan kita dengan Tawashshulan. “Ini menarik untuk kita jabarkan dan kita mencoba mengaitkan dengan keimanan kita kepada Allah Swr. Iman kepada Allah Swt. berarti percaya kepada Allah Swt. dan manifestasi menghasilkan hierarki secara otomatis, karena berbedanya kualitas bekal dan modal yang berbeda antar individu.”
“Ini adalah momen refleksi kita terhadap diri kita masing-masing dan keluarga kita. Momen pengingat kita untuk meningkatkan keimanan kepada Allah,” sambung Mas Hakim.
Ketika kita mengaitkan raksi pada Al-Mutahabbina Fillah, ini juga akan bergantung pula impresi Iman yang ada pada individu. Meskipun individu tersebut hidup pada lingkungan dan menghirup oksigen Al-Mutahabbina Fillah (rasa cinta karena Allah) sedang Impresi batin tidak ada kekuatan Iman, hasilnya meaningless atau tak bermakna. Seperti kata pujangga “Sulit meyakinkan lalat, bahwa bunga itu lebih indah daripada sampah”.
Syariat, tarikat, hakikat, makrifat itu saling berkaitan. Kita harus menempuh dibanyak jalan, agar jalan itu terlihat. Tergantung impresi kita memandang sebuah peristiwa, agar bisa sampai pada kesadaran Raksi. Harus ada keseimbangan.
Kadang kita terjebak pada satu sisi pandang saja, bahwasanya ketika kita memandang suatu peristiwa/kondisi, tentu itu pasti ada rangkaiannya.
“Jangan terjebak hanya pada sebuah nama, karena kita berada pada naungan cintanya Allah, dicintakan oleh Allah.
Justru malah proses atau perjuangan kita yang dilihat oleh Allah, kita berusaha melihat Allah itu tidak dosa, jadi jangan takut-takut dan jalan menuju Allah bisa kita lalui kapan saja,” tambah Mas Hummam.
Rahmat Allah tidak bisa kita deteksi dengan akal, mendapatkan ridla Allah tidak bisa kita pastikan, kita hanya bisa menempuh dengan perjuangan terus-menerus.
Mas Nasyith menyambung, “bisa kita analogikan, kita berusaha membersihkan diri kita agar harapan kita atas Rahmat Allah dapat kita rasakan.”
“Terbentuknya keluarga Al-Mutahabbina Fillah kan ada nilai dan proses aplikasi kebermanfaatan. Kalau kita tidak bisa memberikan nilai manfaat, setidaknya kita masih bisa memberikan cinta dan kesetiaan”, respons dari Mas Faris.
Teman-teman menceritakan pengalaman proses kehidupannya masing-masing atas Rahmat yang tak terduga-duga dan menyadari akan bukti Rahmat Allah itu benar ada.
Kita hanya ingin selamat di akhir hayat, saling mengingatkan satu sama lain. Kita masih hidup dan sedang menjalani kehidupan, tentu sedang antre juga menunggu giliran untuk dipanggil pulang.
Sekian, sampai jumpa lagi dengan keindahan persambungan paseduluran.