THAWAF ISTIGHFAR: LIPUTAN SULTHON PENANGGUNGAN FEBRUARI 2024
Sabtu pekan terakhir di Bulan Februari 2024 kegiatan Sinau Bareng berlangsung mundur 60 menit dari biasanya karena di radius delapan ratus meter dari lokasi kegiatan ada yang berpulang dipanggil Allah SWT. Beberapa penggiat ikut ambil bagian dalam prosesi pemakaman.
Penggiat yang sudah hadir mengisi waktu dengan melakukan pengecekan kembali perlengkapan teknis. Tiba pukul 21:00 WIB Cak Taufiq memulai dengan membacakan Tawashshulan. Dilanjutkan Cak Huri nderes Al-Qur’an surat Ar-Rahman sebagai gerbang pembuka kegiatan Sinau Bareng Masyarakat Maiyah Sulthon Penanggungan.
Berikutnya, ber-sholawat serta salam dihaturkan bagi baginda Rasul dengan iringan terbang Banjari dari pegiat SP. Acara berlangsung khusyuk mahalul qiyam hingga duduk bersila kembali. Cak Hasan sebagai moderator mulai menyapa dan mempersilakan jamaah yang hadir dengan menikmati hidangan beriringan dengan narasi singkat terkait tema dalam prolog yang sudah dipublikasikan.
Cak Umar sebagai penggelar tikar dasar tema “Thawaf Istighfar” memberi gambaran makrokosmos terkait sejarah alam Thawaf. Dimulai dari penciptaan manusia dan sanggahan malaikat kepada Allah SWT hingga membuatnya bertasbih mengitari jagad raya yang membuat metabolisme semesta menjadi sunnahtullah dan melahirkan miniatur analogi fakta berjalannya semesta dengan melihat jutaan manusia thawaf mengelilingi secuil batu dari arsy yaitu ka’bah.
Beliau menyampaikan bahwa perjalanan hidup manusia bisa kita maknai dengan melihat proses thawaf yang penuh pengabdian, persatuan, ketaqwaan, dan perjuangan tanpa ber-ekspektasi hasil keduniaan kecuali mendekatkan diri pada Sang Pemilik Singgasana Arsy. Pendekatan manusia sebagai hamba yang terus-menerus meminta petunjuk haruslah bersamaan dengan hamba yang juga terus-menerus meminta ampunan “istighfar”. “Jika istiqomah kita bersama berjalan seperti halnya thawaf dengan istighfar maka terjagalah kita dari bagaimanapun keadaan dunia.” Ujar Cak Umar.
Sebelum dilanjutkan diskusi yang dipantik oleh Cak Umar, moderator mempersilakan tim jeda untuk menyuguhkan perform yang menyegarkan suasana. Live akustik gitar oleh Cak Ulum dan Cak Irul dengan menembangkan lagu pop band klasik yang berjudul “Saat Aku Lanjut Usia” Sheila On 7 dan “Terlatih Patah Hati” dari The Rain. Selanjutnya disambung dengan perform dadakan dari tiga pemuda santri dari Pondok Darut Taqwa Ngalah, Purwosari, Pasuruan yang menembangkan Sholawat dengan sisipan syair dari Pendiri Ponpesnya yaitu Romo KH. M. Sholeh Bahruddin.
Pada sesi diskusi, banyak dari jamaah yang meng-korelasikan suasana Pilpres 2024 dengan respons kita terhadap segala bentuk akibat dari terbelahnya para pengagum calon yang dipilihnya. Karena posisi kita bisa sangat salah karena seringkali meraba permukaan visi-misinya lewat citra di sosial media sampai akhirnya memutuskan untuk memilihnya.
Siapapun yang terpilih nantinya, kami sebagai masyarakat Maiyah tetap istiqomah pada tujuan perjuangan langkah perbaikan-perbaikan untuk kemaslahatan yang rahmatan lil ‘alaamin. Maka dari itu, tetaplah kita bersama untuk thawaf pada kebenaran sembari ber-istighfar. Dan Mas Luthfi juga menambahkan bahwa hidup ini adalah putaran perjuangan kembali kepada Allah SWT yang tidak hanya digambarkan thawaf di Ka’bah, namun juga pada gerakan sholat yang jika diakumulasi ukuran derajat pada setiap gerakannya menjadi 360 derajat persis 1 putaran dalam satu raka’at. Di mana rukuk itu 90 derajat lalu 2x sujud itu 2x 135 derajat, sehingga ketika dijumlah 90+(2×135)= 360 derajat (satu putaran).
Elaborasi thawaf istighfar menjadi pembuka jalan semangat perjuangan yang begitu lebar yang kemudian diakhiri dengan wirid Hasbunallah oleh Cak Irul, lalu ditutup doa oleh Cak Taufiq. Sekian.
(Redaksi Sulthon Penanggungan)