TAHAP MAIYAHAN RELEGI MALANG


Setiap proses
Sinau Bareng yang terjadi di Maiyah ReLegi Malang, disengaja atau tidak, bagaikan menulis satu makalah. Sadar atau tidak, tiga tahap ini pun potensial sudah terlaksana secara alami di sinau-sinau bareng pada simpul dan lingkar Maiyah lain dengan ciri khasnya masing-masing.

Untuk memudahkan mengingat konsep tiga tahapan dengan mengingat sebuah pohon, dari akar, batang, hingga cabang-daun-buah. Dengan tadabbur ayat, “Kalimat yang baik bagaikan pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit (QS. 14:24).

Meminjam tiga tahapan yang diusulkan mbah Adil Amrullah, efektifnya Sinau Bareng dilakukan dalam tiga tahapan. Meski dalam praktiknya tidak selalu sebagai tahap garis lurus, tetapi bisa spiral atau siklikal.

1. Eksplorasi

Tahap awal ini semacam bab pendahuluan yang menguraikan latar belakang dan rumusan masalah yang menjadi sebab atau alasan mengapa sebuah tema butuh diangkat. Dulur-dulur Maiyah satu per satu mengingat-ingat dan menyampaikan cerita, berita, fenomena, fakta, dan atau data terkait tema yang diangkat.

Ini adalah tahap Fathah (A), yang makna asalnya adalah “membuka” atau “menggali”, dengan simbol huruf Alif (ا). Dari kedua arti asal inilah makna-makna lain diturunkan. Harakat fathah berada di atas, artinya membuka, menggali, dan mengangkat cerita, berita, fenomena, fakta, atau data yang terpendam dan tersembunyi.

2. Elaborasi

Setelah kita mengetahui akar dan rumusan masalahnya, lalu masuk tahap membahas mengapa dan bagaimana bisa terjadi. Bisa dimulai dari dalil aqli, naqli, teori, atau rujukan-rujukan ilmiah lain, sesuai kapasitas dulur-dulur yang sedang sinau bareng.

Ini adalah tahap Kasroh (I), yang makna asalnya adalah “pecah, rekah, remuk, hancur” dan posisi harokat berada di bawah, dengan simbol huruf Ya’ (ي). Hasil eksplorasi dipecah dan diperinci lagi, diletakkan, dibandingkan, dicari kaitan secara filosofis, psikologis dan sosiologisnya dari Alif sampai Ya’, dari awal sampai akhir.

Elaborasi adalah proses kognitif untuk mengembangkan sebuah informasi baru berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya, dari hasil eksplorasi, menjadi satu batang utama yang kokoh.

Pada penyusunan makalah, ini adalah bab 2 (pembahasan), yang umumnya paling panjang. Di tahap ini kita melakukan: 1) tadabbur (menelisik apa yang ada di balik cerita, ada apa di belakang berita, membongkar akar sebab fenomena dan fakta, dan mencari yang tersembunyi dalam data); 2) tafakkur(memikir-mikir ulang, merenungi); 3 tadzakkur (mengingat, mengenang, mengambil pelajaran); dan ta’aqqul (mengikat makna, mengerti, memahami apa yang akan dilakukan).

3. Rekomendasi

Tahap terakhir ini adalah Dhommah (U), yang makna asalnya adalah “gabung, kumpul”, yaitu menyusun ulang puzzle-puzzle hasil pecahan tahap elaborasi untuk menentukan simpulan dan saran. Simbolnya diwakili huruf wawu (و), yang menyiratkan posisi duduk bersila tertunduk setelah menemukan AIU lalu menemukan EO (Ealah ngunu to, Oalah berarti aku kudu…).

Setelah sinau bareng, rekomendasi apa yang akan diberikan? Daun-godong apa yang digadang-gadang? Buah apa yang ingin dipetik? Perubahan nilai dan perilaku apa yang diharapkan terjadi? Bahkan mungkin perlu follow up ke dalam rangkaian kegiatan di luar jadwal sinau bareng.

Hasil sinau bareng, bagi beberapa orang, tidak untuk diingat berupa kata-kata, tetapi pengalaman rasa dari Ealah dan Oalah. Ketika ada suatu keadaan yang terkait suatu hari, pengalaman rasa itu akan otomatis terpanggil, recalling memory, lalu menjadi bekal untuk memberi rekomendasi di kehidupan nyata.

—oOo—

Setiap tahapan bisa diselingi perform atau sholawatan. Disesuaikan kondisi dan kebutuhan. Setiap simpul dan lingkar telah memiliki ciri khasnya masing-masing. Bahkan tidak sedikit, seseorang hadir di forum Sinau Bareng tidak terutama untuk mendapat hasil sinaunya, tapi hadir karena merasakan Kangen, Krasan, dan Otentik (KKO). Tiga istilah yang juga meminjam dari mbah Adil Amrullah.

Moderator atau pemantik sangat berperan untuk menggembalakan irama dan proses sinau bareng: mulai dari mencatat nama dan uraian/usulannya, membuat suasana sinau bareng menjadi “hidup”, dan juga membatasi uraian sesuai tahapnya. Meski dalam sinau bareng tidak berlaku mutlak harus melalui tahapan di atas, tetapi dengan lebih teratur kita berharap proses sinau bareng akan lebih efektif dan efisien.

Tidak hanya untuk tahapan dalam proses sinaunya, ketiga tahapan ini juga akan efektif dan mempermudah bagi penyusun reportase setelah di awal biasanya mendeskripsikan suasana, nuansa, sampai cuaca sebelum sinau bareng dimulai.

Dalam edaran “Orang Maiyah dan Gerbang Gaib” (25 Desember 2009), satu dari sekian poin pesan Simbah: “Orang Maiyah menggali segala sesuatu dari Bangsa dan Negaranya yang masih bisa diandalkan, serta tidak berputus asa untuk terus membangun kehidupan serta menyembuhkan penyakit Bangsa dan Negaranya dalam skala, kapasitas, dan kwalitas yang bisa dijangkaunya“.

Malang, 7 Desember 2022

Lihat juga

Back to top button