SANAD CINTA

(Mukaddimah Majelis Ilmu Maiyah Paseban Majapahit Mojokerto Edisi Juli 2024)

Sudah setahun lebih anak cucu Maiyah “disapih” dari Simbah. Tak lagi dapat asupan nutrisi spiritual terbaik seperti masa-masa sebelumnya. Ibarat bayi yang disapih dari ASI ibunya.

Kalau ditanya bagaimana rasanya, pasti berat sekali menghadapi itu semua. Karena setahun ini para “Pejalan Cinta” harus lebih tangguh lagi untuk terus menata hati dan menjernihkan pikiran masing-masing, agar tetap bisa “menikmati” dimensi lain dari jalan cinta nan sunyi penuh rindu menyesaki kalbu. Meski tertatih-tatih menapakinya, tetapi tahun ini menjadi tahun yang penuh ujian sekaligus hikmah cinta bagi anak cucu Maiyah.

Tetapi tentu saja semua ini bisa menjadi tolok ukur yang nyata: apakah cinta yang disemai oleh Mbah Nun dan seluruh Marja’ Maiyah selama beberapa dekade ini telah benar-benar tumbuh dan mampu mengantarkan anak cucu Maiyah untuk menemukan “Sanad Cinta” yang sesungguhnya, atau terhenti hanya kepada sosok atau figur beliau-beliau saja.

Terngiang kembali petuah cinta dari Mbah Nun di suatu ketika, “Bila engkau mencintaiku, jangan berhenti padaku. Tapi cintamu padaku adalah untuk mencintai Muhammad Saw. dan kemudian untuk mencintai Allah Swt.” Sanad cinta inilah yang harusnya terus di-ugemi oleh para “Pejalan Sunyi” yang terus berproses mengarungi ruang cintanya yang sejati.

Sanad cinta yang bermuara hanya kepada baginda Nabi Muhammad Saw. Manusia termulia penuh cinta, yang dengan perkenan dan cinta-Nya, beliau diberikan hak syafaat. Menolong dan menyelamatkan para pencintanya mengarungi kehidupan di penghujung zaman.

Lihat juga

Sebagaimana satu piweling Mbah Nun dalam sebuah tulisan, “Rasulullah Muhammad Saw. adalah sepenuhnya sanad kehidupan kita untuk mencapai ridla dan keselamatan di hadapan Allah Swt. Kanjeng Nabi adalah sandaran hidup kita dunia akhirat. Di dalamnya terkandung klausul syafaat atau hak prerogatif beliau untuk menyelamatkan kita.”

Semoga cinta kita kepada Mbah Nun, kepada seluruh Marja’, dan kepada Maiyah itu sendiri, menjadi bagian yang utuh dan tak terpisahkan dari segitiga cinta kita kepada Gusti Allah dan Kanjeng Nabi. Semoga kepada-Nya dan kepada beliaulah cinta sejati ini kita sandarkan. 

Menjadi sanad cinta yang tak hanya membahagiakan, tapi juga yang menyelamatkan kita di kehidupan dunia hingga akhirat. Amiin ya robbal ‘alamiin. 

(Redaksi Paseban Majapahit)

Lihat juga

Back to top button