PANULUH SAWUNGGALING
(Mukaddimah Majelis Ilmu Maiyah Bangbang Wetan Surabaya edisi Juni 2024)
Menengok kembali Sawunggaling adalah perjalanan kita bersama menuju dialektika abadi kehidupan. Ia menempatkan hal-hal yang bersifat lateral dalam interaksi karib pewarna hari-hari. Kebutuhan akan kejelasan asal-usul, perebutan kursi penguasaan atas wilayah dan kedaulatan serta kolonisasi yang menghasilkan ketokohan, ambisi serta persengkokolan. Dari Sawunggaling, kita dapatkan kembali revitalisasi semangat yang harus tetap menyala, menjadi panuluh bagi hati-hati yang terlanjur rebahan dan komitmen tentang mimpi hari esok yang nyaris padam. Sisi lain, sejalan dengan tren tak terelakkan dengan mana sekat geografis maupun administratif kian tersamarkan, Sawunggaling menawarkan keyakinan bahwa pada akhirnya, kemampuan personal dan karakter dasar orang per orang-lah yang akan jadi penentu dimana ia atau mereka layak ditempatkan.
Sawunggaling bukan hanya sekadar tokoh dalam cerita rakyat; ia adalah personifikasi dari nilai-nilai kepahlawanan yang masih relevan hingga hari ini. Karakter yang ditunjukkan oleh Sawunggaling dalam cerita-cerita tradisional memberikan pelajaran yang mendalam tentang keberanian (Tatag) , komitmen (Teteg), dan keberhasilan (Tutug) dalam proses menegakkan nilai nilai kebenaran.
Nilai-nilai yang dihidupi oleh Sawunggaling senafas dengan prinsip-prinsip yang diungkapkan oleh Bertrand Russel tentang teori kebenaran koherensi(Coherence Theory of Truth). Menurut teori ini, kebenaran suatu proposisi ditentukan oleh konsistensinya dengan sistem keyakinan yang lebih luas. Dalam bukunya, The Problems of Philosophy, Russell menjelaskan bahwa kebenaran tidak bisa dipandang sebagai sifat dari proposisi tunggal, tetapi sebagai kesesuaian dengan keseluruhan sistem pengetahuan yang kita miliki. Contoh konkret dari hal ini dapat dilihat dalam cara Sawunggaling mempertahankan nilai-nilai keberanian dan keadilan yang sejalan dengan prinsip-prinsip yang lebih besar dari masyarakat yang adil dan harmonis.
Elaborasi sejarah dan teori ilmiah ini sangat indah jika kita bahas sambil ngudut dan ngopi bersama Narasumber terbaik kita.
Tentunya Forum BangbangWetan yang malam nanti akan diselenggarakan di dekat makam Sawunggaling menjadi medan dialektika historis yang mewarnai kehadiran panjenengan semua.
[Redaksi BangbangWetan]