PADHANGMBULAN MENDISKUSIKAN POSISI MAIYAH KINI DAN ESOK

Semalam, Sabtu, 7/1/23, berlangsung Majelis Ilmu Maiyah Padhangmbulan Jombang. Mbah Nun dan Mas Sabrang hadir membersamai para anak-cucu dan sedulur-sedulur jamaah Padhangmbulan. Dalam kesempatan Padhangmbulan kali ini, Mbah Nun mengajak jamaah untuk merenungkan Maiyah ke depan. Posisi Maiyah: Kini dan Esok. Demikian tema Padhangmbulan tadi malam.

Menyadari bahwa suatu ketika pasti akan tak lagi “bersama” para jamaah dan anak-cucu Maiyah, Mbah Nun ingin memproyeksikan Maiyah ke depan. Beliau tidak ingin sepeninggal beliau kelak, kondisi Maiyah akan salah tujuan dan salah jalan. Sebagai contoh perenungan, seperti belakangan kerap beliau ungkapkan, beliau ingin Maiyah tidak menjadi golongan, identitas, ormas, atau firqah. Hal ini beliau landaskan pada QS. Ali Imran ayat 103 di mana umat manusia diseru oleh Allah untuk tidak melakukan tafarraq atau menciptakan firqah-firqah.

Contoh lain, beliau juga mengemukakan bahwa selama ini, dan seyogianya ke depan, Maiyah tidak mengambil posisi di atas atau posisi-posisi di mana Maiyah bisa diturunkan. Posisi tidak bisa diturunkan seperti ini adalah posisi “rakyat”. Sama seperti posisi yang diambil Kanjeng Nabi yaitu berada bersama dan di tengah-tengah ummat. 

Untuk merespons tema Posisi Maiyah: Kini dan Esok, Mbah Nun meminta Mas Sabrang memberikan paparan dan perspektif. Salah satu yang dikemukakan Mas Sabrang adalah melihat Maiyah dari ilmu alam. Menurut Mas Sabrang, prinsip adalah keberlimpahan. Sesuatu yang sebenarnya cukup satu saja, tetapi alam memberikan lebih. Ini berbeda dengan hukum ekonomi manusia di mana kelangkaan menempati posisi menentukan. Semakin langka sesuatu makin mahal harganya. 

Lihat juga

Selama ini Maiyah menjalankan dirinya dalam prinsip keberlimpahan. Memberikan dan berbagi banyak hal kepada siapa saja yang hadir atau berinteraksi dengan orang-orang Maiyah. Memberikan banyak kepada masyarakat. Selain itu, prinsip yang dijalani Maiyah adalah inklusivitas. Merangkul sebanyak mungkin orang, lintas batas, lintas latar belakang. Dua kata kunci inilah, keberlimpahan dan inklusivitas, yang selama ini menjadi watak Maiyah.

Mas Sabrang juga mengungkapkan Maiyah dalam perspektif level-level keberadaan. Dua level yang beliau sebut. Keberadaan fisik dan keberadaan abstrak. Keberadaan pertama misalnya kebersamaan tatap muka satu sama lain seperti selama ini anak-cucu Maiyah bertemu pada setiap Majelis Maiyah. Sementara keberadaan abstrak adalah keberadaan pada semesta akal atau intelektual di mana wujudnya adalah ilmu, nilai, gagasan, dlsb. 

Jika sudah selesai Maiyahan misalnya, maka keberadaan Maiyahan masih ada dan berjalan yakni pada keberadaan level kedua tadi, yakni berjalan dan terimplementasikannya nilai-nilai Maiyah. Hal ini kurang lebih senada dengan yang dikatakan Mbah Nun di awal bahwa pada masa mendatang, format Padhangmbulan boleh jadi tidak harus sama persis seperti saat ini, umpamanya berkembang ke dalam kelompok-kelompok kecil. Format fisikal bisa berubah, tetapi semesta akal dan intelektualnya tetap pada nilai-nilai yang dianut dan dipahami oleh Maiyah.

Demikianlah sedikit dari cukup komprehensif yang dipaparkan Mbah Nun dan Mas Sabrang dalam Majelis Ilmu Padhangmbulan tadi malam. Ada satu lagi yang unik disampaikan Mbah Nun berkenaan dengan mainan anak-anak yang sedang viral sekarang: lato-lato. Mbah Nun mengatakan lato-lato yang sekarang lagi viral di mana-mana adalah sebuah amsal. 

”Sebelum viral lato-lato, Allah sudah memberikan kepada kita Letto. Dan tampaknya tugas Letto adalah mencegah agar tidak terjadi benturan seperti terjadinya benturan dua bola pada lato-lato,” ungkap Mbah Nun setengah bercanda tetapi kemudian serius dengan amtsal benturan etek-etek dua bola lato-lato. Mbah Nun berharap anak-cucu Maiyah tidak menjadi bola yang dibenturkan oleh kekuatan di luar dirinya dan bila ada dua bola (orang dhalim) yang sibuk berbenturan, anak-cucu Maiyah dikeluarkan dari pembenturan itu dengan selamat. Sebagaimana dalam doa salah satu shalawat: wa akhrijna min bainihima saalimin. 

Dengan amtsal lato-lato yang sedang viral ini, Mbah Nun berharap agar anak-cucu Maiyah tidak saja tidak menjadi bola yang dibenturkan, tidak pula menjadi tali membenturkan bola-bola, sebaliknya anak-cucu Maiyah hendak menjadi pencegah benturan-benturan keras “bola-bola lato” dalam kehidupan di lingkungannya atau di dalam masyarakat.

Lihat juga

Back to top button