NUR GESANG
(Mukaddimah Majelis Ilmu Maiyah Bangbang Wetan Surabaya Edisi Januari 2025)
Pada tahun 1998, Indonesia berguncang. Guncangan besar yang ditimbulkan oleh gerakan reformasi ini banyak disebut sebagai siklus 25 tahunan Indonesia kedua setelah Gestok 1965. Berangkat dan ditenagai oleh kemuakan masyarakat luas terhadap cengkeraman hegemoni rezim Soeharto dengan kuku-kuku tajam militernya, reformasi berhasil menjadikan The Smiling General jatuh. Pada Titik ini, gerakan yang didukung penuh oleh mahasiswa serta sejumlah tokoh nasional berhasil mencapai targetnya. Kedudukan Soeharto digantikan oleh waklinya, seorang rising star ilmuwan kelas dunia, Habibie.
26 tahun berlalu pasca gerakan yang didahului tragedi Semanggi dan kita menyaksikan hari-hari ini terdapat gejala munculnya abuse of power pada tataran kepemimpinan nasional. Di tengah hiruk-pikuk perebutan kekuasaan, suara nurani rakyat tenggelam, dan tujuan bangsa semakin kehilangan arah.
Seperti yang digambarkan dalam puisi Mbah Nun dalam bukunya Cahaya Maha Cahaya, manusia modern terjebak dalam “mengais-ais bumi mencari emas permata.” Kehidupan berpusat pada ilusi kekayaan dan pencitraan, meninggalkan esensi keberadaan. Bayangan materialisme seakan masih membayangi masyarakat, mengaburkan pelajaran penting bahwa kekuasaan tanpa kebenaran hanya melahirkan kehancuran. Apakah kita tetap terperangkap dalam kegelapan ini, atau berani melangkah menuju cahaya kebenaran?
Realitas hari ini menunjukkan masyarakat yang terperosok dalam konsumerisme berlebihan. Banyak orang terjebak dalam gaya hidup semu yang mendorong mereka berutang demi tren terbaru. Media sosial memperparah situasi dengan menjadi panggung pencitraan, sementara kesejahteraan sosial terabaikan. Hal ini diperparah oleh meningkatnya angka bunuh diri akibat tekanan hidup serta maraknya prostitusi online yang bahkan menjangkau anak-anak melalui aplikasi digital.
Di tengah kompleksitas tantangan ini, BangbangWetan hadir sebagai ruang refleksi dan harapan. Lebih dari sekadar forum diskusi, ia menjadi titik temu bagi mereka yang masih percaya akan cahaya di tengah kegelapan. Di sinilah keresahan diungkap dan harapan dijaga. Hingga saat cahaya itu terbit dari timur, kita dihadapkan pada pertanyaan mendasar: akankah kita terus nyaman dalam gelap, atau bersiap menyongsong terang? Cari jawabannya di forum Bangbang Wetan Surabaya, Januari 2025, saat kita bersama-sama merawat esensi hidup sebagai manusia.
(Tim Tema Bangbang Wetan)