NAFSUL-MUṬMA`INNAH

(Mukaddimah Majelis Ilmu Maiyah Ma'syar Mahamanikam Samarinda Edisi Februari 2024)

 

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Allâhumma bârik lanâ fî Rajaba wa Sya‘bâna wa ballighnâ Ramadhânâ

“Ya Allah, berkatilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban. Sampaikan kami dengan bulan Ramadhan.”

Doa yang senantisa berkumandang di Musholla dan Masjid manakala memasuki bulan Rajab dan Sya’ban. Doa yang diajarkan Rasulullah Saw untuk meminta keberkahan di dua bulan sebelum Ramadhan. Doa ini sangat cocok bagi Indonesia yang di dua bulan sebelum Ramadhan ini sedang gegap gempita menyongsong pesta demokrasi lima tahunan.

Lihat juga

Bukan suatu kebetulan bulan menjelang dan saat puncak pesta demokrasi Indonesia bertepatan bulan Hijriah Rajab dan Sya’ban. Allah SWT menginginkan Indonesia tetap dilimpahi keberkahan, dengan tetap dalam kesadaran memohon keberkahan kepada Allah SWT. Tidak ada alasan hiruk pikuk perpolitikan yang membuat gamang menjadikan hati bimbang dan jiwa resah.

Ada dua sudut pandang. Kembali mendatangi Ramadhan atau Ramadhan kembali mendatangi. Keduanya memiliki pendekatan yang berbeda. Jika mendatangi Ramadhan yang digunakan, ada kesadaran untuk berada pada penghayatan Ramadhan yang halus pada jiwa. Jika didatangi, penerimaannya tergantung pada nuansa kebatinan yang didatangi. Diterima dengan baik, diabaikan bahkan tidak dianggap.

Masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Ketiganya entitas jualan utama pada masa kampanye dan debat calon presiden. Entitas atau unsur ketiganya merupakan filosofi senjata trisula. Pendekatan tiga unsur itu dijual dengan berbagai cara untuk menarik simpati dan minat masyarakat. Partai-partai penyokong calon presiden dan caleg mempersenjatai trisula ke masing-masing jagoannya. Kelihaian memainkan trisula diperjual belikan. Menciptakan ragam bentuk penerimaan pada berbagai lapisan masyarakat. Bermuara pada kebulatan pilihan pada 14 Februari lalu.

يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ

Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. (al-Fajr 27-30)

Mari mendatangi Ramadhan dalam kondisi jiwa yang tenang. Kembali kepada kesadaran makhluk yang harus bergantung kepada Tuhan yang Tunggal, bukan ke pemberi janji dan harapan yang bisa dipalsukan. Dengan hati yang rida terhadap apapun ketetapan, besar atau kecil, di dalam dan di luar diri. Kembali ke golongan hamba-hamba yang sadar batas kemakhlukan dan ketidak terbatasan Tuhan.

Melingkar bersama sebagai jiwa-jiwa yang tenang. Kembali ke kenyataan, berbuat baik kepada siapa dan apa saja, dimanapun berada. Menerima dan memberi ragam prasmanan ilmu dengan kedaulatan diri untuk menentukan baik dan buruk. Melingkar bersama, upaya menjaga kesadaran dalam menerima kehendak Allah SWT, dengan rida.

(Redaksi Ma’syar Maiyah Mahamanikam) 

Lihat juga

Lihat juga
Close
Back to top button