MUHASABAH AKHIR TAHUN PARA PEMIMPIN MASYARAKAT JOMBANG DALAM SINAU BARENG MBAH NUN DAN KIAIKANJENG

(Liputan Sinau Bareng Mbah Nun, KiaiKanjeng, dan Polres Jombang, Muhasabah Akhir Tahun 2022, 19 Desember 2022) 

Ribuan orang terdiri atas warga masyarakat Jombang dan sekitarnya, serta Jamaah Maiyah dari berbagai tempat semalam memenuhi area sepanjang Jalan KH. Wahid Hasyim Jombang mulai dari depan Markas Polres Jombang ke ujung utara untuk mengikuti Sinau Bareng Bersama Mbah Nun dan KiaiKanjeng. Acara diselenggarakan oleh Polres Jombang dalam rangka Muhasabah Akhir Tahun 2022 dengan tema Menciptakan Kamtibmas yang Kondusif di Wilayah Jombang.

Tidak hanya Kapolres beserta jajaran—polisi dan polwan Polres Jombang—sebagai tuan rumah, acara Sinau Bareng tadi malam lengkap dihadiri para tokoh agama dan pejabat Pemkab Jombang. Para tokoh agama yang hadir di antaranya adalah KH. Abdul Hakim Mahfudz (Pengasuh Ponpes Tebuireng), KH. Hasib Wahab (Pengasuh Ponpes Tambakberas), KH. Zainuddin As’ad (Ponpes Darul Ulum Rejoso), Dr. Abdul Malik (Ketua PD Muhammadiyah Jombang), Perwakilan MUI Jombang, Perwakilan FKUB Jombang, dll. 

Sementara itu, dari jajaran pemerintah, hadir Ibu Mundjidah Wahab (Bupati Jombang), Pak Sumrambah (Wabup Jombang), AKBP Agus (DIT Intel Polda Jatim), Bapak Tengku Firdaus (Kepala Kajari Jombang), Bapak Taufiqurrohman (Kepala Kemenag Jombang), dan Letkol Lek Eka Yawendra Parama (Komandan Satradar 222 Ploso Jombang). Semua tokoh masyarakat dan pemerintahan Jombang ini duduk bersama mengikuti Sinau Bareng Mbah Nun dan KiaiKanjeng. 

Setelah membacakan sambutan tertulis Kapolda Jatim Irjen Pol Toni Harmanto, menunjukkan rasa hormat dan takdzim kepada Mbah Nun, Kapolres Jombang AKBP Moh Nurhidayat bercerita kepada para jamaah bahwa setahun lalu ketika awal menjabat Kapolres Jombang, beliau sowan kepada Mbah Nun di Pengajian Padhangmbulan yang dihadiri seribuan jamaah. Saat itu angka Covid-19 sedang tinggi-tingginya. Namun Kapolres Jombang menyatakan kegiatan keagamaan seperti Padhangmbulan harus didukung dengan sebaik-baiknya. 

Sambutan juga diberikan oleh Gus Kikin, panggilan akrab KH. Abdul Hakim Mahfudz. Beliau sangat terkesan dengan suasana Sinau Bareng di mana semua jamaah yang berdatangan dari berbagai arah sangat tertib, tenang, dan antusias. Beliau juga menyampaikan bahwa berkumpul bersama Mbah Nun dalam Sinau Bareng seperti ini adalah ajaran luluhur yang dijalankan Mbah Nun dengan sangat baik. Gus Kikin berharap dengan Sinau Bareng ini, kita bisa menjadi bangsa yang kuat.

Suasana Sinau Bareng berlangsung sangat hangat, dekat, dan akrab antara Mbah Nun dan seluruh jamaah. “Sinau Bareng ini ya karena kowe kabeh gento korak…,” ujar Mbah Nun disambut tawa para jamaah. Tetapi Mbah Nun menggambarkan Sinau Bareng seperti ini untuk menunjukkan sosiologi Sinau Bareng yang lebih didominasi anak-anak muda grassroot non-santri dan Mbah Nun menemani mereka. Hal yang berbeda dengan para santri yang belajar secara formal ilmul madrosah di Pondok Tebuireng, Tambakberas, dll. Karakter Sinau Bareng dalam persepsi Mbah Nun mirip dengan karakter kecamatan Sumobito (di mana Desa Menturo, desa keluarga Mbah Nun berada) merupakan Kecamatan yang tidak memiliki Pondok Pesantren seperti halnya Cukir yang terdapat di dalamnya Ponpes Tebuireng dan ponpes-ponpes lainnya. 

Mbah Nun mengatakan bahwa luar biasa Jombang memiliki Tebuireng, Tambakberas, Rejoso, dll. Namun demikianlah Sinau Bareng yang beliau inisisasi dan jalani bertahun-tahun dengan corak dan akar sejarahnya tersendiri dalam konteks Jombang. Maka, kepada para Jamaah Maiyah yang datang tadi malam, beliau mendoakan, “Tak dongakno awakmu fissilmi kabeh. Tak dongakno mlebu surga kabeh, soale yo arep dosa korupsi piye, wong ora ono sing dikorupsi, dan umpomo mlebu neroko yo opo alasane….”

Allah Senang Membimbing

Sesuai dengan tema Sinau Bareng ini, Muhasabah Akhir Tahun 2022, Mbah Nun berdoa agar melalui pertemuan Sinau Bareng ini Allah berkenan membimbing semua yang hadir, sebab sebenarnya kita sebagai manusia seringkali tidak berdaya. Selain itu, Mbah Nun juga menyampaikan bahwa sesungguhnya Allah senang untuk membimbing, memberikan hidayah atau petunjuk, sehingga sebaiknya kita sering meminta bimbingan Allah. Kesadaran ini berkaitan pula dengan apa yang beliau singgung sedikit soal kecenderungan sikap sebagian orang yang suka menuding kelompok lain sesat. “Kalau sesat, jangan dituding, tetapi tunjukkan kepada jalannya yang tidak sesat,” pinta Mbah Nun dengan mengingatkan bahwa Allah saja senang memberikan petunjuk atau bimbingan. 

Kekhasan Sinau Bareng tadi malam salah satunya tampak dari penampilan Hadroh Al-Banjari Polres Jombang yang beranggotakan para polisi Jombang dan Paduan Suara Polwan Jombang. Para vokalis Al-Banjari memiliki suara yang bagus. Menarik pula bahwa tim Al-Banjari Polres Jombang ini tidak hanya tampil dalam acara yang diadakan Polres Jombang, tetapi mereka sering hadir memenuhi undangan masyarakat. Semalam mereka tampil dengan mengenakan seragam polisi dan memakai peci Maiyah. Sementara itu, grup Paduan Suara Polwannya juga tampil mengesankan dan mendapatkan sambutan meriah dari jamaah. Tadi malam keduanya berkolaborasi dengan KiaiKanjeng pada beberapa nomor lagu. 

Mbah Nun mengapresiasi. ”Kita kagum sama polisi yang “melanggar” kepolisian nasional. Lha mereka pada memakai kupluk. Shalawatan. Gemar shadaqah. Kalau menurut pembagian kerja modern kan ini tidak cocok. Ngko suwe-suwe do seneng puasa. Termasuk puasa nggak nyegat di jalan-jalan. Terus rek ngko nek do nyegat, awakmu gari omong “wee gak poso!.. hehehe,” puji Mbah Nun penuh canda dan keakraban. Mbah Nun kemudian mengingatkan bahwa dalam khasanah lampau peran polisi adalah Jogo Werdi yakni menjaga nilai dan martabat. Menjaga rakyat agar tidak melakukan molimo. Tentu kegiatan baik yang dilakukan para polisi tadi bisa dijadikan teladan bagi masyarakat agar masyarakat lebih senang pada kebaikan ketimbang kepada hal-hal yang tidak baik. 

Sejarah Tua Manusia Jombang

Selain menyadari bahwa Allah senang memberikan bimbingan, ada beberapa poin yang disampaikan Mbah Nun berkaitan tema Muhasabah Akhir Tahun 2022 yang dilakukan oleh Jombang. Pertama, Mbah Nun mengajak masyarakat Jombang menyadari bahwa Jombang potensi khasanah bagi Bangsa Indonesia. Untuk hal ini, Mbah Nun mengajak jamaah memahami bahwa Jombang adalah daerah yang tua.

Sebagaimana dipaparkan Cak Nas tadi malam, manusia-manusia purba jutaan tahun silam hidup di lapisan tanah pada formasi tertentu. Ada tiga formasi yang ternyata namanya adalah nama daerah di Jombang. Formasi paling dalam bernama Kalibeng (2,4 – 1,8 juta tahun yang lalu), lalu formasi yang tengah adalah Formasi Pucangan (1,8 – 0,9 juta tahun yang lalu), dan yang di atasnya lagi adalah Formasi Kabuh (730.000 – 250.000 tahun yang lalu). Ini mengisyaratkan bahwa Jombang adalah daerah tua dihuni oleh manusia paling tua dengan karakternya tersendiri yaitu selain tua adalah (karena tuanya itu) towo alias tidak gumunan, tidak gampang kagum. 

Kedua, sejurus dengan data palaentologis, arkeologis, dan geologis di atas, lalu Mbah Nun memproyeksikan muhasabahnya pada bagaimana kondisi Jombang saat ini. Jombang adalah bagian dari Indonesia ataukah Indonesia bagian dari Jombang? Jombang diatur atau dikendalikan oleh siapa? Bahwa Jombang hendaknya mengerti dirinya sendiri serta memiliki kedaulatan tersendiri. Dengan bekal menyadari sejarah dan asal-usul Jombang itulah Mbah Nun mendorong agar Jombang bisa menjadi cahaya yang berpendar-pendar. 

Sinau Bareng tadi malam juga dimaksudkan untuk memperingati Haul Gus Dur ke-13. Ditampilkan dalam layar tayangaj sosok almarhum Gus Dur. Tentang sosok Gus Dur, dengan sangat rendah hati Mbah Nun mengatakan bahwa Gus Dur adalah orang besar, bagaikan tujuh samudera, sedang Mbah Nun menggambarkan diri sebagai semut, sehingga tidak mungkin mengukur samudera. Mikul Dhuwur pun tidak kuat, karena sosok Gus Dur yang samudera tersebut. “Aku ora wani dongakno Gus Dur, sebab Gus Dur mesti (yakin) mlebu Suwargo,” tutur Mbah Nun. Kemudian Mbah Nun banyak berbagi cerita kepada jamaah, para Kiai yang bersama beliau di atas panggung, khususnya kepada Gus Kikin mengenai kisah-kisah mblunat-nya Gus Dur. Berkali-kali Gus Kikin tertawa terpingkal mendengarkan cerita Mbah Nun. “Ya di wilayah humor dan lucu-lucu inilah saya ketemu Gus Dur….,” kata Mbah Nun seraya melepas senyum dan tawa teringat kejadian-kejadian lucu bersama Gus Dur.

Masih banyak butir-butir ilmu diwedar Mbah Nun, mulai dari pemahaman bahwa Islam datang kepada manusia dengan menjelaskan semua makhluk berikut posisi-posisinya hingga pemahaman mengenai kesatuan Makrifat, Hakikat, Thariqat, Syari’at yang menurut Mbah Nun selama ini kita kurang pas memahami positioning-nya. Semalam Mbah Nun membabar dengan jelas dan kesatuan Makrifat, Hakikat, Thariqat, dan Syari’at ini berlaku dalam hampir semua urusan dalam hidup. 

Sinau Bareng tadi malam dipuncaki kurang lebih pada pukul 01.00 dinihari. Sepanjang acara, para Kiai dan Pejabat Kabupaten Jombang yang hadir menyimak dengan baik apa-apa yang disampaikan Mbah Nun serta merasakan kenikmatan dan kegembiraan Sinau Bareng. Keberadaan Mbah Nun dengan Sinau Bareng ini juga menjadi magnet dan perekat bagi hadirnya tokoh-tokoh lintas agama, serta lintas ormas. Hal ini disadari sepenuhnya oleh KH Hasib Wahab yang di akhir acara diminta Mbah Nun memimpin doa. Sementara itu, Pak Kapolres sejak Mbah Nun datang hingga selesai acara merasa sangat senang dan tersanjung, terlebih dalam keperluan Muhasabah dan menciptakan suasana rukun guyub di masyarakat Mbah Nun adalah sosok yang tepat untuk beliau dan jajaran beserta masyarakat belajar. 

Lihat juga

Back to top button