SUMBANGAN PEMIKIRAN CAK NUN TENTANG PAJAK DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

(Liputan Sinau Bareng bersama Cak Nun dan KiaiKanjeng, “(Kalau Saja) Pajak Tepat, Negara Kuat”, Lapangan Rektorat Lama Universitas Negeri Malang, Sabtu, 24 Juni 2023) 

Pajak merupakan instrumen negara yang paling fundamental. Dengan pajak, negara mendapatkan pemasukan biaya untuk merealisasikan tujuan didirikannya negara yaitu mensejahterakan kehidupan rakyat. Namun, dalam pelaksanaannya, masih terdapat kasus terjadi berkisar pada soal pajak yang menyebabkan turunnya kepercayaan masyarakat kepada aparatur negara dalam mengelola pajak.

Dengan concern kepada persoalan pajak, agency Radius Supermedia Malang menggelar acara Sinau Bareng bertajuk “(Kalau Saja) Pajak Tepat, Negara Kuat” dengan menghadirkan Cak Nun dan KiaiKanjeng serta beberapa narasumber yaitu Pak Yeka Hendra Fatika (Ombudsman RI), Mas Ubaidillah (Konsultan Pajak), Pak Arie Aripin (Pengusaha Malang), dan Mas Erick Karya (Praktisi Teknologi Informasi). Acara berlangsung di lapangan rektorat lama Universitas Negeri Malang pada Sabtu malam, 24 Juni 2023.

Sungguh menarik, acara dengan tema sangat spesifik ini justru dihadiri ribuan generasi muda yang memenuhi lapangan halaman rektorat Universitas Negeri Malang ini. Kehadiran Cak Nun dan KiaiKanjeng tentu merupakan magnet sehingga generasi Z dan generasi milenial Malang tadi malam berbondong-bondong datang. 

Sebelum Mbah Nun dan KiaiKanjeng naik, para jamaah generasi muda Malang ini menyimak pemaparan para narasumber. Di antaranya, dari Mas Ubaidillah misalnya jamaah mendapatkan informasi tentang perlunya DJP (Direktorat Jenderal Pajak) mengembangkan learning system yang memadai sehingga para pelaku usaha seperti UMKM menguasai betul tentang pajak, karena sebenarnya mereka adalah orang-orang yang ingin taat membayar pajak secara mudah dan tidak rumit. Pemaparan ini pun senada dengan yang disampaikan Pak Arie Aripin sebagai pelaku usaha. 

Sedangkan Pak Yeka menguraikan fungsi lembaga Ombudsman RI yakni lembaga yang mengawasi pelaksanaan pelayanan publik oleh seluruh aparatur penyelenggara negara dan pemerintah yang menggunakan APBN. Dikatakan oleh Pak Yeka, pelayanan publik dalam rangka mensejahterakan rakyat adalah tujuan didirikannya negara. Jika tujuan tersebut belum tercapai, berarti ada pelayanan yang harus diawasi, dan jika ditemukan pelanggaran, masyarakat diminta melaporkan kepada Ombudsman RI melalui www.ombudsman.go.id termasuk menyangkut pajak di mana pajak sangat penting posisinya sebagai instrumen negara dalam mensejahterakan rakyat. 

Lebih jauh Pak Yeka mengemukakan bahwa pajak yang merupakan kewajiban yang harus diseiringkan dengan hak yang harus dipenuhi. “Berikan layanan yang baik agar rakyat percaya. Harus tegas ke atas. Pejabat sudah sejahtera, sudah selesai/terpenuhi. Kesejahteraan ke bawah yang belum tercapai,” tegas Pak Yeka. 

Sementara itu, Mas Erick Karya (CEO PT Enygma Solusi Negeri) sebagai praktisi teknologi informasi yang selama ini membersamai pemerintah, mengemukakan bahwa teknologi informasi dapat dimanfaatkan untuk membantu, dalam hal pajak ini, mengidentifikasi wajib pajak, bahkan juga dapat melihat kondisi warga yang misalnya rumahnya tidak layak huni sehingga bisa membantu menyediakan informasi untuk keperluan ketepatsasaran pemanfaatan pajak dalam mensejahterakan rakyat. 

Ketika tiba waktu Mbah Nun menyampaikan pandangan, dengan tetap menyadari masih banyak masalah dan tantangan dalam persoalan pajak ini sebagaimana disampaikan para narasumber tadi, serta menyadari bahwa pajak merupakan salah satu fundamen negara, Mbah Nun mengajak para jamaah atau masyarakat untuk tetap membayar pajak dengan alasan yang ditemukan secara mandiri dan personal, dalam hal ini adalah alasan atau motivasi spiritual. 

Motivasi spiritual yang dimaksud adalah kita membayar pajak dengan niat menjalankan shadaqah sebagai suatu kemuliaan. Al yadul ulya khoirun min yadis sufla. Tangan di atas lebih mulia dibanding tangan di bawah. Shadaqah ini disertai dengan doa mudah-mudahan negara segera bisa sembodo (menyenangkan rakyat, baik dalam pelayanan publik maupun dalam pelayanan pembayaran pajak—makin transparan, wajib pajak dibuat tahu untuk apa saja pajak mereka digunakan, dll.) “Ya awakmu mencari alasan bayar pajak, Anda mulia, sambil berdoa supaya negara sembodo,” pesan Cak Nun kepada semua generasi muda dan masyarakat yang hadir. Lebih jauh, Cak Nun mengungkapkan, dengan kemuliaan shadaqah ini tidak lantas berhenti di situ, sebab Mbah Nun meyakini bahwa dengan demikian Allah akan memberikan respons berupa rezeki kita akan dibuat lebih lancar. 

Dalam gambar yang lebih besar tentang pajak dan kesejahteraan rakyat sebagai tujuan didirikannya negara, Mbah Nun untuk kesekian kalinya mengajak semua jamaah dan generasi muda Indonesia menyadari bahwa Indonesia atau nusantara ini adalah belahan bumi yang diberi rezeki kemakmuran amat berlimpah oleh Allah melalui sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Mbah Nun ingatkan bahwa Catra di puncak Candi Borobudur adalah tanda terserapnya rezeki dari langit ke bumi, khususnya bumi Indonesia. Maka, menurut Cak Nun semestinya Indonesia adalah pusat kemakmuran dunia. 

Jika kemakmuran yang dilimpahkan Allah ke bumi Indonesia ini dapat dikelola dengan sebaik-baiknya sehingga menjadi kesejahteraan yang melimpah dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia, maka masalah membayar pajak akan mudah, enteng, dan beres bagi warga negara. Berbicara pajak, tidak sebatas pada pajak saja, melainkan Cak Nun ajak semua hadirin melihat keterkaitannya dengan spektrum lebih luas dan mendasar tentang anugerah dari Allah kepada bumi, alam, dan manusia Indonesia. 

Malahan lebih mendalam lagi, Cak Nun memberikan pandangan tentang ibadah mahdhah yang kita lakukan, yang jumlahnya sangat sedikit, tak ubahnya pajak yang kita bayarkan kepada Allah di mana ternyata sebelum kita membayar pajak berupa ibadah mahdhah tersebut Allah telah memenuhi manusia dengan segala fasilitas kehidupan dan berbagai macam anugerah. Perilaku Allah yang demikian selayaknya diingat, ditiru, dan dijadikan semangat bagi aparatur negara dan pemerintahan dalam mengelola pajak rakyat. 

***

Semua perbincangan dan sinau bareng mengenai pajak ini berlangsung dalam interaksi yang cerdas, enak, akrab, dan penuh rasa kangen antara jamaah dengan Cak Nun. Ketika mengawali obrolan tentang pajak, Cak Nun sempat meminta beberapa jamaah buat maju ke depan untuk didengarkan sejauh mana mereka menyerap pemaparan para narasumber yang lebih awal berbicara sebelum Cak Nun. Musik yang dihadirkan KiaiKanjeng pun penuh kesegaran, dari nomor Baina Katifaihi, An-Nabi Shollu ‘Alaih, Shalawat Lihusulil Marom, hingga nomor paket One More Night dan Beban Kasih Asmara yang digelar dengan fragmen Pak Nevi Budianto yang sudah dihapal betul oleh jamaah tetapi selalu segar setiap kali dihadirkan kembali. Spesial pula, Pak Joko Kamto diminta Cak Nun membacakan puisi berjudul Cak Nun “Ke Mana Nusantaraku” yang berisi suara hati Cak Nun tentang seharusnya Nusantara ini berlimpah kesejahteraan karena Allah memang men-qadha-qadar-kan demikian. 

Dalam kebersamaan Sinau Bareng tadi malam, juga hadir Mirel. Seperti setiap kali Mirel datang di Sinau Bareng di Malang, Cak Nun memberi kesempatan Mirel naik panggung buat memperkenalkan dirinya kepada narasumber khususnya mengenai concern dia dalam kesehariannya mencintai cinta alam dan lingkungan. Mirel memperkenalkan diri dengan ringkas tapi sarat informasi tentang perkembangan penamaan tumbuhan di Indonesia dan referensi terkait. Hal yang membuat Pak Yeka merespons dengan beberapa pertanyaan lebih mendalam serta membuat Pak Arie Aripin ingin mengajak Mirel datang ke rumahnya untuk mendaftar nama-nama tumbuhan atau tanaman yang ada di rumah Pak Arie serta jika dimungkinkan akan mengajak Mirel berbicara di dalam sebuah konferensi di Eropa pada beberapa bulan mendatang. 

Sinau Bareng yang berlangsung 3,5 jam ini kiranya sangat produktif. Para narasumber menyampaikan paparan yang ringkas, padat, dan jelas. Sebelumnya Teater Potensial Malang juga menampilkan drama berjudul “Upeti di balik pajak”. Cak Nun menyampaikan pandangan tentang pajak dan kesejahteraan dalam gambar besar tentang geo-spiritual nusantara yang dianugerahi kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia oleh Allah Swt. yang selayaknya disadari oleh para pemimpin dan dijadikan pijakan dalam memimpin dan mengelola negara. 

Selain itu, Cak Nun juga menguraikan tentang arti amal shaleh, syariat kehidupan yang harus setiap diri tentukan, universitas dalam diri, serta kisah-kisah pengalaman beliau dalam menerima rezeki yang unik dan tidak terduga. Musik dan interaksi KiaiKanjeng dengan semua jamaah, masyarakat, dan generasi muda yang hadir juga asik dan menyegarkan. Pukul 23.30 Cak Nun ajak semuanya berdoa dan mengakhiri Sinau Bareng tadi malam. 

Lihat juga

Back to top button