MENIKMATI KEINDAHAN-KEINDAHAN KECIL DI TERAS RUMAH ITU
Sabtu malam 11 Februari lalu, berbarengan dengan Mbah Nun hadir di Maiyah Cirrebes, berbarengan pula dengan berlangsungnya Majelis Ilmu Juguran Syafaat Purwokerto edisi Februari 2023, teman-teman penggiat Lingkar Keluarga Mocopat Syafaat (LKMS) juga berkumpul untuk menggelar rutinan. Rutinan ini mereka beri nama Majelisan Srawung Kawruh, disingkat: Majeska. Ini pertemuan kedua sejak LKMS terbentuk menjelang Silatnas Simpul Maiyah Nusantara pada Desember 2022 lalu.
Yang hadir pada Majeska edisi kedua itu tidak banyak, mungkin 14 orang saja. Maklum masih pertemuan kedua. Semoga ke depan bisa makin banyak yang bergabung biar makin regeng kempel. Alhamdulillah, saya mendapatkan berkah bisa bergabung malam itu atas undangan dan pawartos dari Lek Tripan, salah satu penggiat LKMS yang terampil dalam membuat jajanan tradisional ini.
Rutinan Majeska ini dilaksanakan di teras rumah salah seorang warga Jetis Tamantirto Kasihan Bantul. Rumahnya berada tepat di depan komplek TKIT Alhamdulillah tempat setiap bulan diselenggarakan Mocopat Syafaat. Setiap Mocopat Syafaat tanggal 17 berlangsung, pemilik rumah ini juga membuka warung, menjadi salah satu warung yang ada dan siap menyambut para jamaah yang membutuhkan makan, minum, dan jajan.
Ada tema yang diusung dan menjadi bahan obrolan dalam pertemuan Majeska saat itu. Sebagiannya bisa teman-teman baca pada tulisan Lek Tripan ini: Gerakan Ekonomi Minimalis (GEMI) LKMS. Nah, yang saya ingin ceritakan di sini adalah hal-hal kecil yang saya nikmati di situ. 0h ya, ada suguhan bersahaja: teh hangat dan gorengan (bukan wajan): tempe dan tahu. Itu juga saya nikmati. Hanya kemampuan menghisap rokok saja yang saya belum terasah. (Hahaha).
Setelah menyusuri separuh ringroad Jogja, akhirnya menjelang pukul 21.00 saya mendarat di lokasi. Beberapa teman LKMS sudah lebih dulu berada di situ. Walaupun setiap kali Mocopat Syafaat atau setiap kali datang ke TKIT Alhamdulillah selalu lewat di depan rumah ini, tetapi baru malam itu saya duduk di teras rumah ini. Sambil menunggu acara dimulai, saya ngobrol dengan Lek Tripan.
Lek Tripan bercerita bahwa keluarga rumah ini sudah akrab dengan jamaah Mocopat Syafaat. Tentu saja ini dikarenakan warungnya yang menjadi salah satu jujugan para jamaah Mocopat Syafaat untuk isi “BBM” sebelum acara dimulai, atau ketika di tengah jalannya acara ada panggilan dari dalam perut, atau sesudah acara perlu tambahan amunisi. Ternyata keakraban itu berjalan tak sebatas ketika terjadi interaksi antara penjual dan pembeli.
Diceritakan oleh Lek Trip, bahwa kalau ada jamaah Mocopat Syafaat yang tidak langsung pulang alias menunggu pagi, teras rumahnya pun terbuka buat mereka. Pernah ada jamaah yang ban motornya bocor, sementara dinihari tak ada tambal ban yang buka, oleh beliau dipersilakan istirahat dulu di rumahnya.
Atau kejadian yang sama, sementara yang bersangkutan perlu segera pulang ke rumah, sama beliau dipinjami motor untuk dipakai duluan. Asas tolong-menolong dan paseduluran terbentuk. Beberapa jamaah pun di luar saat berlangsung Mocopat Syafaat ada yang menjalin silaturahmi. Datang ke rumah beliau, dan bawa oleh-oleh. Menyenangkan sekali. Itulah suguhan pertama yang saya nikmati malam itu.
Teras rumah itu cukup luas dan bersih sehingga pertemuan malam itu terasa lapang sekali. Beliau pemilik rumah ini pun menyediakan kamar mandinya di bagian belakang rumah kalau sewaktu-waktu ada yang perlu pipis. Aksesnya pun mudah, yaitu lewat samping rumah, dan langsung ketemu pintu bagian belakang rumah. Hal kecil ini membuat saya merasakan ketulusan beliau pemilik rumah ini dalam berseduluran dengan teman-teman LKMS. Ketulusan paseduluran. Inilah suguhan kedua yang saya nikmati.
Sambil menyimak teman-teman berdiskusi, mata saya tertuju ke halaman samping rumah. Di situ, motor-motor teman-teman LKMS diparkir. Tanpa ada juru parkir, namanya juga pertemuan belasan orang saja, tidak juga ada dari peserta malam itu yang ambil bagian buat menata parkir, tetapi motor-motor itu terparkir dengan rapi. Yang barusan datang, langsung mengarahkan motornya ke posisi samping motor yang sudah parkir dulu. Jadinya semua motor dalam formasi tertata. Rapi. Hal kecil. Tetapi saya terkesan. Itulah suguhan ketiga yang saya nikmati.
Setelah tertuju kepada motor-motor itu, mata saya kembali menyatu dengan pikiran saya, menyimak sharing yang tengah berlangsung, dan ternyata yang tertata rapi bukan cuma motor-motor itu, melainkan alur diskusi teman-teman juga rapi. Semua mengikut pada topik yang disepakati. Giliran bicara terbagi secara merata. Setiap yang mengemukakan juga bernilai saling melengkapi terhadap apa yang ditemukan teman yang lain. Moderator pun dimanjakan dengan tidak punya keperluan untuk mengingatkan agar diskusi segera kembali ke topik. Masing-masing yang hadir mengambil peran dan porsi yang pas.
Jadinya, teh hangat yang disuguhkan malam itu pun ketika disruput terasa lebih nikmat… .
Yogyakarta, 15 Feb 2023