KELAHIRAN
(Mukaddimah Majlis Ilmu Maiyah Lumbung Bailorah Blora Edisi Februari 2025)

Dalam Islam ada walimatul aqiqah, ada juga walimatut tasmiyah. Walaupun tujuannya berbeda, tetapi keduanya saling berkaitan sehingga biasanya dilakukan secara bersamaan. Dalam adat Jawa ada upacara brokohan, pupak-an atau ada yang menyebut puputan, sepasaran bayi, dan selapan. Upacara-upacara itu, baik yang di dalam Islam maupun yang di adat Jawa, semuanya berkaitan dengan peristiwa kelahiran.
Aqiqah merupakan suatu ibadah yang dilakukan dengan menyembelih domba atau kambing sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas kelahiran anak. Rasulullah SAW bersabda, “Aqiqah dilaksanakan karena kelahiran bayi, maka sembelihlah hewan dan hilangkanlah semua gangguan darinya.” (HR. Bukhari).
Aqiqah dilaksanakan pada hari ketujuh setelah anak dilahirkan.
“Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya, disembelihkan untuknya pada hari ketujuh, digundul rambutnya dan diberi nama.” (HR. Abu Daud, An Nasai, Ibnu Majah, Ahmad)
Jika ada udzur, maka aqiqah bisa dilakukan di hari keempat belas atau dua puluh satu:
“Aqiqah disembelih pada hari ketujuh, keempat belas, dan keduapuluh satu.” (HR. At-Tirmidzi).
Sedangkan Tasmiyah merupakan suatu ibadah yang dilakukan dengan memberi nama kepada anak yang baru lahir. Pemberian nama anak dapat dilakukan di hari pertama bayi lahir atau di hari ketujuh. Adapun pemberian nama di hari ketujuh sifatnya lebih sunnah.
Dari Samurah bin Jundub bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Setiap anak itu tergadai dengan aqiqahnya yang disembelih pada hari ketujuh, dicukur rambut kepalanya, dan diberi nama.” (HR. Ibnu Majah dan Abu Daud).
Jadi, aqiqah merupakan penyembelihan hewan sebagai rasa syukur. Sedangkan tasmiyah adalah pemberian nama kepada anak di hari ketujuh kelahirannya.
***
Tradisi brokohan biasanya dilakukan sehari setelah bayi lahir. Dalam acara ini, keluarga dan sanak saudara berkumpul untuk menjenguk bayi dan memberikan doa dan berkah.
Pupak-an atau Puputan adalah upacara syukuran kelahiran bayi dalam tradisi budaya atau adat Jawa. Upacara ini dilakukan setelah tali pusar bayi putus. Bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur dan kebahagiaan orang tua bayi.
Sedangkan sepasaran adalah kendurian atau bancaan yang dilakukan lima hari (sepasar) setelah kelahiran bayi. Bertujuan untuk mendoakan bayi, mengungkapkan rasa syukur, dan berharap agar bayi tumbuh sehat dan bahagia. Dalam acara ini biasanya juga digunakan untuk mengumumkan nama bayi kepada tamu undangan. Kalau lepasnya tali puser bersamaan dengan hari sepasar biasanya syukurannya dilakukan secara bersamaan.
Adapun selapanan adalah syukuran yang dilakukan pada tigapuluh lima (selapan) hari dari kelahiran. Selain kenduri bersama tetangga dan keluarga, tradisi ini dilakukan dengan berbagai rangkaian acara, seperti pemotongan rambut dan kuku bayi. Setelah selapanan masih juga ada bancaan bubur abang pada setiap weton si anak, dan seterusnya.
***
Upacara-upacara diatas dilakukan sejak bayi dilahirkan. Sebenarnya ada juga upacara sebelum bayi lahir, misal ngupati, mitoni, dan mrocoti. Belum lagi laku yang sifatnya pribadi dari calon orang tua yang tidak melibatkan tetangga, seperti pembacaan Al-Qur’an Surah Maryam atau Surah Yusuf, dll. Itu semua menunjukkan betapa pentingnya sebuah kelahiran itu, sehingga perlu sedemikian rupa mempersiapkannya.
Mohon maaf, kita tidak sedang membahas upacara-upacara itu, melainkan membahas kelahiran. Sesungguhnya kelahiran itu peristiwa apa? Sehingga perlu sampai sedemikian rupa dalam mempersiapkan dan menyambutnya? Sinau bareng edisi-72 Majlis Ilmu Lumbung Bailorah bulan Februari 2025 akan mencoba mencari jawabannya. [RB, Tim Tema]