JAGA TRADISI MBAH NUN, DAMAR KEDHATON GRESIK SAKINAHAN MENSYUKURI PERNIKAHAN CAK ATENG DI SIDOARJO
Cerah wajah dan senyum bahagia terpancar dari wajah salah satu dulur Damar Kedhaton Gresik, Cak Zainul Mustofa. Dulur Damar Kedhaton satu ini yang akrab disapa Cak Ateng telah melepas masa lajangnya yang terbilang cukup lama. Memang, Cak Ateng sebelumnya telah melaksanakan Akad Nikah pada bulan Agustus lalu. Namun, resepsinya baru digelar pada bulan Oktober ini.
Karena itu, beberapa dulur Damar Kedhaton Gresik turut mensyukuri atas pernikahan Cak Ateng melalui acara Sakinahan. Sebuah tradisi yang mulai dipopulerkan oleh Mbah Nun beberapa tahun belakangan ini. Dalam acara tersebut, terasa kehangatan dan kegembiraan dari setiap harapan, nasihat, hingga kelakar-kelakar yang dilontarkan oleh dulur Damar Kedhaton yang hadir.
Acara Sakinahan ini bertempat di kediaman istrinya, Mbak Liling Ike Putri Trisna di Dusun Tambakwatu RT 02 RW 01 Desa Watugolong, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo.
Belasan dulur Damar Kedhaton Gresik dengan riang gembira dan mensyukuri atas pernikahan Cak Ateng. Mereka ada yang rombongan membawa mobil, ada pula yang berboncengan sepeda motor, ada pula yang bersepeda motor sendirian, hingga ada pula yang membawa anak istri.
Ditengah sibuknya tukang dekor memasang pernak-pernik kuade, terdengar pula bunyi pukulan palu, hingga obrolan cangkrukan khas masyarakat pedesaan; namun hal itu, tidak sedikit pun menganggu keintiman beserta kekhusyukan saat rangkaian kegiatan Sakinahan berlangsung pada, Jumat malam (20/10/2023).
Dengan posisi duduk melingkar, belasan dulur Damar Kedhaton yang hadir menggambarkan suasana kekeluargaan, kegembiraan, dan optimisme doa yang saling bersambungan. Beberapa jamuan hidangan meliputi kopi, air mineral gelasan-botolan, camilan, hingga buah-buahan menemani; turut menjadi saksi pertemuan kegembiraan pada malam itu.
Memasuki Sakinahan, Cak Teguh mengawalinya dengan memberikan satu-dua kalimat pembuka. Kemudian disambung oleh Kamituwa Wak Syuaib dengan membacakan doa, yang diajarkan Rasulullah Saw. ketika mendoakan pernikahan Fatimah dan Ali bin Abi Thalib. Dalam sesi pembacaan ini dilakukan secara bersama-sama, dengan bunyi sebagaimana berikut:
Barakallahu lakuma wabaraka ‘alaikuma wajama’a bainakuma fi khair, dengan terjemahan, semoga Allah memberkahimu dan memberkahi atasmu serta mengumpulkan kamu berdua dalam kebaikan.
Setelahnya, dilanjut dengan pembacaan Sholawat “ya Rasulullah Salamun Alaik” dengan diiringi lagu berjudul “Pengantin Baru” (Nashida Ria, karya H. Muhammad Zain). Sesi ini dipandu oleh Cak Dimas hingga selesai, kemudian disambung dengan pembacaan Ayat Suci Al-Qur’an Surat Ar-Rum ayat 20-25.
Lalu, Cak Kisworo melanjutkan dengan membacakan isi terjemahan dari Surat Ar-Rum tersebut. Kemudian, melafalkan Surat Al-Fath. Dan, dilanjutkan bersama-sama mewiridkan “Hasbunallah wa ni’mal Wakil” sebanyak 450 kali, disusul wirid Padhang Mbulan sebanyak 7 kali, dan terakhir “Qodhrota Ruhi” juga sebanyak 7 kali yang dipandu oleh Wak Syuaib.
Masuk sesi kelima, seluruh dulur Damar Kedhaton yang hadir dipersilakan untuk memberikan nasehat pernikahan kepada kedua mempelai. Dalam sesi ini, tercipta suasana ganyeng nan mesra. Di mana, masing-masing dulur Damar Kedhaton secara bergiliran menyampaikan secara merdeka, terbuka, dan terang-terangan.
Mulai dari ucapan selamat hingga doa agar diberikan kekuatan untuk membentuk dan membangun bahtera rumah tangga supaya sakinah, berbagi cerita dan pengalaman suka-duka dalam berumah tangga, seputar konsep manajemen waktu dalam rumah tangga. Serta tidak ketinggalan, guyonan khas gojlog-gojlogan ala Maiyah Damar Kedhaton Gresik.
Sebagai penutup sesi “Nasihat Pernikahan”, Wak Syuaib pertama-tama menyampaikan rasa syukur atas pernikahan Cak Ateng. Menurut beliau, saat ini Cak Ateng sedang dalam posisi dan kondisi kemenangan yang nyata. Seperti yang diajarkan Mbah Nun melalui Sakinahan dengan membacakan Surat Al-Fath.
“Sebagai dulur e Ateng, tentu sangat bersyukur. Ateng berposisi dalam kemenangan yang nyata. Kemenangan sing temenan. Kenapa disuruh baca Al-Fath. Ya, kemenangan yang nyata ini (melalui pernikahan-red). Kemudian perjuangannya seperti di Surat Ar-Rum,” jelasnya.
Ditambahkan Wak Syuaib bahwa, untuk mencapai tujuan kemenangan itu, maka Mbah Nun berikhtiar untuk mentradisikan Sakinahan. Tentunya dengan tujuan utama agar Sakinah, sebagaimana yang sudah tertulis dalam Surat Ar-Rum ayat 21.
“Litaskunu ilaiha. Yang perlu diperjuangkan. Dengan bekal Mawaddah dan Rahmah, yang diperjuangkan ya litaskunu ilaiha,” ujarnya. Kemudian, tujuannya tidak lain ialah sebagaimana yang tercantum dalam Surat Al Fath ayat 4 yang berbunyi:
هُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ فِيْ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ لِيَزْدَادُوْٓا اِيْمَانًا مَّعَ اِيْمَانِهِمْ ۗ وَلِلّٰهِ جُنُوْدُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًاۙ.
Terjemahan: Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada). Dan milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.
Dalam hal ini, Wak Syuaib berpesan kepada Cak Ateng dan istri bahwa, perjuangan menuju keluarga yang sakinah tidak pernah berhenti. Terus berlangsung dan berproses di sepanjang waktu.
“Huwalladzi andalas sakinata (Dialah (Allah) yang telah menurunkan ketenangan). Nek wis dikek’i ketenangan, iku dikek’i modal gawe nambah keimanan maneh,” bebernya memungkasi sesi Nasihat Pernikahan.
Sementara itu, Cak Ateng beserta istrinya yang duduk melingkar bersama dengan dulur-dulur Damar Kedhaton, lesehan di atas tikar tepat di depan kursi singgasana yang tengah didekorasi sedemikian rupa. Kedua mempelai tampak tersenyum bahagia. Bahkan, tak jarang pula memunculkan senyuman beserta tawa tipis ketika digojlogi oleh dulur-dulur Damar Kedhaton lainnya.
Sebagai penutup acara Sakinahan, Wak Syuaib memimpin dulur-dulur Damar Kedhaton untuk melantunkan Sholawat Mahalul Qiyam. Wajah-wajah mereka terpancar ekspresi penghayatan saat mereka merindukan Rasulullah Saw. Acara ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Cak Rezky.
Setelah rangkaian acara selesai, Cak Ateng mengajak dulur-dulur Damar Kedhaton untuk menikmati hidangan yang telah disiapkan. Mereka juga melanjutkan obrolan ngalor-ngidul di luar konteks Sakinahan, menciptakan suasana keakraban dan keceriaan.
Sebagaimana diketahui, Sakinahan ini merupakan kali kelima digelar oleh Damar Kedhaton Gresik. Sebelumnya, tradisi yang diajarkan oleh Mbah Nun ini, diperuntukkan kepada Cak Ubed, Cak Anam, Cak Kaji Fian, Cak Yayak, dan kemudian Cak Ateng.