ILMU SUWUNG MENURUT MBAH NUN
Dalam Sinau Bareng di Dusun Tumanggal Banyumudal Moga Pemalang (4/10), selain mengajak merespons situasi aktual, di antaranya dengan mendokan para korban Tragedi Kanjuruhan, Mbah Nun mengajak jamaah dan anak-cucu Maiyah untuk menyelam ke dalam semesta rohaniah melalui pesan-pesan beliau. Di antaranya, Mbah Nun berpesan, “Kalau Anda ingin besar hati, maka besarkanlah hati orang lain atau orang banyak. Tetapi, kalau Anda sudah besar hati, jangan sampai takabbur.”
Mbah Nun juga menggambarkan bahwa di dalam benak atau hati kita mungkin ada banyak hal, misalnya kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi, atau saudara-saudara kita, dan beliau berpesan agar kita mengusahakan posisi hati kita adalah rahmatan lil ‘alamin. Sehingga, sejak dalam hati kita sudah menebarkan kasih sayang. Orang-orang atau kelompok-kelompok yang terbayang atau terlintas dalam hati kita kecipratan kasih sayang tersebut.
Kemudian Mbah Nun juga berbicara mengenai makna shaleh dan beliau berpesan untuk menjadikan shaleh sebagai ideologi. Menurut beliau, shaleh adalah kesadaran untuk selalu memperbaiki apa-apa yang rusak, bermasalah, atau apapun saja kondisi yang perlu diperbaiki atau dibenahi. Shaleh adalah kesadaran dan kemauan untuk ndandani.
Selain menjelaskan makna shaleh, Mbah Nun mengemukakan pula hakikat dan makna maksiat, yaitu bersikap tidak tepat kepada Allah Swt. Dalam konteks ini, selanjutnya Mbah Nun menerangkan apa yang disebut sebagai Ilmu Suwung. Menurut beliau, Ilmu Suwung adalah “Anda sadar bahwa Anda aslinya tidak ada. Adanya Anda adalah palsu. Adanya Anda karena diadakan. Sehingga, Anda tidak macam-macam kepada Yang membuat/menciptakan Anda.”