Ilmu Kesehatan Masyarakat
Kemaren sore saya sengaja menengok situasi Covid-19 di Indonesia yang belakangan ini dibilang melonjak, ternyata kemaren sore mencapai angka 27.197 per tanggal 3 Februari 2022, setelah sehari sebelumnya kasus positif mencapai hampir 18 ribu dalam sehari.
Cukup fantastis temuan kasus positif dalam sehari itu. Sepertinya prediksi akan terjadinya gelombang ketiga dari Covid-19 ini mendekati kebenaran. Kasus Covid-19 harian yang selama ini stabil di angka 100-200-an kasus sejak beberapa bulan sesudah puncak gelombang ke 2 (Juli 2021) kini melonjak drastis ke angka 27 ribuan, dan tren harian menunjukkan peningkatan.
Ada beberapa pertanyaan, mengapa bisa memprediksi bahwa akan terjadi lonjakan itu? Atau mengapa bisa memprediksi akan terjadinya gelombang ketiga dari wabah ini?
Di bangku belajar dulu, saya mendapat ilmu tentang kesehatan masyarakat, yaitu ilmu yang didefinisikan sebagai ‘ilmu tentang cara mencegah penyakit’. Ilmu ini sudah ada sejak lama. Bahkan ahli ahli medis Islam mencurahkan perhatian mereka kepada bagaimana mengembangkan ilmu pencegahan ini. Mereka berkeyakinan, menjaga kesehatan lebih penting daripada menyembuhkan.
Bapak pengobatan modern kita yang bernama Ibnu Sina (yang di negara Barat dikenal dengan nama Avecina) sangat setuju dengan tindakan pencegahan ini. Dokter, ilmuwan, dan filsuf yang berasal dari negara Persia ini bahkan lebih menyukai tindakan pencegahan daripada penyembuhan. Lebih lanjut bapak kedokteran kita ini lebih jauh menguatkan pada aspek spiritual dan fisik dalam tindakan nyata.
Dengan kata lain apa saja upaya kita dalam mencegah Covid-19 ini dan penyakit-penyakit lainnya, apakah itu dengan berolahraga, cukup makan, dan cukup vitamin, jangan lupa jiwa kita diopeni. Bikinlah senang, bikinlah tenteram, bahagia, serta jangan lupa bermesra mesra dengan Tuhan, merayu Tuhan, memohon dan apapun caranya agar Tuhan tidak marah kepada kita. Sehingga wabah ini segera berlalu. Olahraga sudah, makan bergizi sudah, minum vitamin sudah, vaksin sudah. Tapi apakah kita sudah tenteram? Apakah kita sudah bahagia? Apakah kita sudah merasa aman dan terlindungi?
Di dalam QS: Al-Baqarah (2): 185, Allah menyiratkan satu contoh tentang tindakan pencegahan, sebagaimana salah satu prinsip dari ilmu Kesehatan Masyarakat.
وَمَنۡ کَانَ مَرِيۡضًا اَوۡ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنۡ اَيَّامٍ اُخَرَؕ يُرِيۡدُ اللّٰهُ بِکُمُ الۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيۡدُ بِکُمُ الۡعُسۡرَ وَلِتُکۡمِلُوا الۡعِدَّةَ وَلِتُکَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰٮكُمۡ وَلَعَلَّکُمۡ تَشۡكُرُوۡنَ
“Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagi kalian, dan tidak menghendaki kesukaran bagi kalian. Hendaklah kalian mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian, agar kalian bersyukur”.
Marilah kita mentadabburi ayat ini. Di sini tersirat adanya tuntunan melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya sakit, bahwa dalam perjalanan ada risiko untuk terjadinya sakit. Segala rsiko bisa terjadi, terutama kekurangan cairan. Tetapi perjalanan sekarang baik perjalanan darat, laut, maupun udara biasanya berlangsung nyaman. Di dalam ayat itu juga tersirat pencegahan agar tidak menjadi sakit yang berkelanjutan, bagi mereka yang sudah sakit. Dan di ayat ini juga tersirat ada jaminan Allah untuk menjadikan sakit menjadi sembuh. Ada pembolehan (izin) untuk tidak berpuasa dan ada kewajiban untuk mengganti. Artinya ada jaminan bahwa nanti sesudah sembuh dari sakitnya akan menggantikan puasa yang ditinggalkan. Ada tindakan preventif termaktub di dalamnya.
Prinsip pokok di dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah tindakan-tindakan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Karenanya, di dalam ilmu kesehatan masyarakat ada banyak disiplin ilmu yang ada di dalamnya. Antar disiplin ilmu saling berinterikasi dan saling bekerjasama.
Disiplin ilmu tersebut diantaranya adalah epidemiologi yakni ilmu yang mempelajari pola distribusi, frekuensi, transisi, dan determinan yang mempengaruhi kejadian penyakit dan masalah kesehatan. Ilmu ini pun masih banyak cabang rantingnya seperti epidemiologi klinik, epidemiologi kesehatan reproduksi, epidemiologi lapangan, bahkan ada juga yang lainnya seperti epidemiologi molekuler.
Disiplin ilmu lainnya yang masuk di dalam ilmu kesehatan masyarakat adalah biostatistika, ilmu sosial, dan manajemen pelayanan kesehatan. Sedangkan subbidang ilmu lainnya yang dianggap penting di antaranya adalah kesehatan lingkungan, kesehatan komunitas, kesehatan jiwa, ekonomi kesehatan, kebijakan kesehatan, penyuluhan kesehatan, politik kesehatan, kesehatan dan keselamatan kerja, disabilitas, masalah jender dalam kesehatan, serta kesehatan seksual dan reproduksi.
Ilmu Kesehatan Masyarakat yang pada saat saya sekolah dulu merupakan salah satu mata kuliah saja adalah salah satu mata kuliah favorit saya, karena berinteraksi langsung dengan masyarakat atau populasi. Dengan ilmu ini, saya mempraktekkan bagaimana menghitung dan menilai rumah sehat. Bagaimana pencahayaan di dalam rumah, bagaimana sirkulasi udaranya dan seberapa banyak tingkat kepadatan dalam satu rumah. Semua kita hitung sehingga sampai pada satu kesimpulan rumah ini sehat atau tidak.
Tampaknya di masyarakat kita, rumah sehat ini masih menjadi masalah, sehingga tak heran kalau masih banyak penyakit yang diakibatkan dari ketidaktersediaan rumah sehat. Belum lagi masalah lingkungan, pembuangan sampah, penyediaan air bersih dan masih banyak lagi problema masalah kesehatan masyarakat. Begitu kompleks masalah kesehatan baik itu jiwa maupun raga, sehingga ilmu Kesehatan Masyarakat sekarang tidak lagi menjadi sebuah mata kuliah tetapi sudah berkembang menjadi jurusan atau menjadi salah satu departemen di sebuah fakultas, dan bahkan menjadi salah satu fakultas di beberapa Universitas.
Begitu luasnya dataran ilmu, begitu banyaknya masalah yang ada, begitu lemahnya manusia, menjadikan saya semakin kecil dan semakin tak berdaya. Bahkan lebih kecil dan lebih tak berdaya, di hadapan Allah.
Sungguh saya tak mampu mengurai sekaligus anasir-anasir ilmu kesehatan masyarakat ini. Kesempatan mendatang akan saya coba mengurainya. Adanya ilmu kesehatan masyarakat harus menyentuh langsung ke masyarakat, termasuk adanya pusat kesehatan masyarakat.
Yogyakarta, 4 Februari 2022