DEMOCRAZY DALAM TEROPONG PANGLAWUNGAN RASA

Panglawungan Rasa, simpul Majelis Maiyah Cak Nun (Emha Ainun Nadjib), edisi ke-7 kembali digelar di Kota Banjar pada Kamis, 29 Februari 2024.

Acara ini diisi dengan Tawashshulan, sholawatan, dan sinau bareng. Jamaahnya terdiri dari mahasiswa, beberapa tokoh politik, serta warga muda lainnya.

Misi Panglawungan Rasa adalah mentradisikan produksi pengetahuan bersama, menjadi majelis untuk saling menemukenali potensi, serta menjadi ruang penyatuan energi kolektif yang memperkuat kohesi sosial dan menyuburkan praktik-praktik sosial terbaik di Kota Banjar.

Panglawungan Rasa edisi ke-7 yang berlangsung di Gedung Kepemudaan Kota Banjar bertemakan DEMOCRAZY. Tema ini berangkat dari keprihatinan kolektif terhadap situasi demokrasi di Indonesia saat ini yang sedang tidak baik-baik saja. Intervensi kuasa yang eksesif dalam kontestasi pemilu telah berakibat pada terkorupsinya nilai-nilai demokrasi dan spirit reformasi. Semua itu bermuara pada luluh lantaknya sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Lihat juga

Democrazy juga menggambarkan kegilaan dalam berpolitik akhir-akhir ini. Hal ini dicerminkan dengan brutalnya politik uang dan vote buying yang digunakan untuk mempengaruhi perilaku pemilih dalam pemilu dan pilpres lalu.

Dalam sinau bareng, para jamaah membedah problem akar dan solusi-solusi yang mungkin dan realistik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, sehingga problem akar itu bisa dicabut dan tidak tumbuh lagi di masa depan.

Sinau Bareng yang berlangsung melintas dini hari itu juga mengungkap berbagai praktik berpolitik dalam mendulang suara. Jamaah Maiyah menggugat vote buying dan politik uang yang sudah dianggap sebuah kenormalan. Para jamaah juga sepakat bahwa hal itu bisa berimplikasi pada defisit demokrasi. Beberapa tawaran muncul, misalnya peningkatan daya beli, literasi, dan pendidikan, sehingga masyarakat bisa mandiri dan tidak mudah tergoda oleh amplop dan “serangan fajar”.

Jamaah lain menawarkan solusi berupa pentingnya meletakkan siasat dan strategi kebudayaan untuk mengemansipasi kesadaran dan kemandirian politik warga.

(Redaksi Panglawungan Rasa/Bah Asmul)

Lihat juga

Back to top button