DAMAR KEDHATON GRESIK MENDALAMI MAKNA HIJRAH

Rabu, 9 Agustus 2023, sedulur Maiyah Damar Kedhaton Gresik tertawa begitu lepas menikmati momen kegembiraan dalam Majelis Ilmu Telulikuran edisi ke-79 bertempat di Balai Rukyat Hilal PCNU Gresik Bukit Condrodipo, Desa Kembangan, Kecamatan Kebomas.

Demikian yang menjadi pemandangan khas dalam Maiyahan. Mereka bersama-sama saling memperjuangkan untuk membuat cuaca yang senyaman mungkin, bahagia secara utuh, hidup jangkep dengan segala pernak-perniknya. 

Sebagaimana pernah ditulis oleh Gus Sabrang Mowo Damar Panuluh. Dalam jangka permainan panjang, yang dicari orang di seluruh dunia, dari manapun sejak Nabi Adam, adalah hidup bahagia. Semua orang mencari bahagia dengan versinya sendiri-sendiri.

Cuaca sederhana yang diupayakan Maiyah adalah dengan menjadi orang gembira dan membuat orang gembira dengan keberadaan kita. Karena pada cuaca yang gembira, orang akan tumbuh sesuai dengan potensi terbaiknya.

Coba bayangkan, bagaimana respons kita ketika mendengar kata “Hijrah” yang digandengkan dengan kata “Keren”? Di mana, dua kata tersebut diusung oleh dulur-dulur Damar Kedhaton. 

Memaknai hijrah; merupakan peristiwa yang begitu sakral. Perjalanan yang tak begitu mudah. Penuh dengan tantangan serta perhitungan yang matang. Oleh karenanya, spirit hijrah sudah sepatutnya dibawa dan dijaga agar jangan sampai berbeda arah. 

Sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS: An-Nisa’ ayat 100 yang artinya: “Dan barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Mengawali diskusi, Cak Ateng menjelaskan esensi hijrah merupakan bagaimana membawa nilai-nilai persahabatan di setiap perkumpulan orang. Layaknya peristiwa hijrah yang mempersatukan kaum Muhajirin dengan kaum Ansor. 

Ketika spirit hijrah yang dibawa lebih mengutamakan adanya persatuan katimbang perpecahan, di tengah orang-orang yang sibuk berdebat untuk mencari kemenangan atas ego dalam diri maupun kelompok; menurutnya hal ini adalah sesuatu yang keren. 

“Kesakralan hijrah berdasarkan sebuah persahabatan mempererat silaturahmi, itulah yang bisa disebut keren.” ujar Cak Ateng.

Namun, tidak serta merta kita harus melahap itu semua. Dalam hal ini kembali kepada tema “Hijrah Keren”. Jangan-jangan, ini semua arahnya menuju ke sikap kesombongan. Semoga saja tidak. Sehingga, dibutuhkan kecerdasan untuk ngegas dan ngerem. Sebagaimana yang disampaikan oleh Cak Fauzi untuk merespons tema tersebut. 

“Kenapa perlu ada kata keren? Apakah itu dengan maksud untuk mensugesti diri agar lebih pede. Bukan pada spiritnya, melainkan lebih menjadi percaya diri. Kenapa disandingkan dengan kata keren, apa dengan maksud sebagai sugesti diri agar lebih pede. Seolah-olah karena hijrah itu keren,” paparnya. 

Cak Nanang sebagai pengusul sekaligus pencetus munculnya ide tema “Hijrah Keren” membalas respons yang dikemukakan Cak Fauzi kepadanya. Menurut Cak Nanang, tema yang dia pilih merupakan sebuah cara atau metode penyampaian kepada generasi milenial. Sebab, anak muda zaman sekarang telah digandrungi dengan istilah hijrah. Di mana, banyak anak-anak muda yang berlomba-lomba untuk melakukan hijrah. 

Hal ini tentu baik, karena inti hijrah adalah bergerak dan berubah menuju ke arah yang lebih baik. “Lebih kepada cara penyampaian kepada generasi-generasi milenial, dengan popularitas atau follower. Ketika tidak diiming-imingi dengan sesuatu yang wow, itu kurang gimana gitu. Bagaimana ia tampil ada keinginan untuk menjadi sebagai pusat perhatian,” jelasnya. 

Dalam kesempatan yang sama, Pak Kris Adji menuturkan bahwa hijrah di zaman sekarang tentu sangat berbeda dengan hijrah semasa Kanjeng Nabi Muhammad. Dalam hal ini, budayawan asli Gresik menjelaskan diperlukan menyeimbangkan antara pikiran dan hati sebelum melakukan perbuatan yang konteks dan niatnya dalam rangka untuk berhijrah menuju ke kebaikan. 

“Mengapa kita berhijrah? Apa kemarin kita ini jelek atau banyak berbuat keburukan, sehingga harus berhijrah. Bahwa, bagaimana agar besok bisa lebih baik dari sekarang. Ketika kita berhijrah, harus mempertimbangkan, mengapa melakukan hal ini? Tanya kepada diri sendiri,” jelas Pak Kris. 

Hal senada disampaikan oleh Cak Hari, bahwa hijrah merupakan suatu aktivitas yang menitikberatkan pada hasil dengan dua tolok ukur yakni, bermaslahat untuk diri sendiri, orang lain, hingga lingkungan sekitar. 

“Sesuatu peran yang membawa kemaslahatan untuk diri sendiri, dan orang lain. Ada dua faktor dasar, yaitu perenungan dan perlu tindakan. Apa yang perlu dikoreksi pada diri kita? Nilai kerennya ada pada tindakan apa yang akan kita lakukan,” ungkapnya. 

Ditambahkan oleh Cak Hari, hijrah adalah rangkaian proses mulai dari perenungan, perubahan, dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari. 

“Hijrah kita berlangsung setiap hari, ada koreksi untuk melakukan pembenahan, melalui perenungan-perenunang. Kemudian, bagaimana kita mengaktualisasikan itu semua dalam kehidupan,” jlentrehnya. 

Diskusi terus berlanjut. Beberapa jamaah yang hadir saling lempar-melempar; bertanya, menjawab, menyanggah, menambahi, dan sebagainya. 

Tak terasa, jarum jam menunjukkan pukul 03.00 WIB dinihari. Kemesraan sedulur Damar Kedhaton dalam mengupayakan perjuangan untuk hijrah, patut diapresiasi. Dengan melandasi spirit sinau bareng, perjuangan ini tak boleh usai. Terus berjalan menemukan titik paling presisi; seperti banyu mili dan nyala kobaran api.

Lihat juga

Back to top button