Binangkit

Awal Tahun ini, Majelis Masyarakat Maiyah Lingkar Daulat Malaya mengawali majelisan dengan pemusatan rasa syukur atas anugerah Allah yang senantiasa memperjalankan majelisan menuju 7 tahun. Sekaligus menggempur mental yang harus tetap teguh, tegas dan teduh pasca ditinggal pulangnya diantara marja utama kami semua, Mbah Ahmad Fuad Effendi, yang istiqomah mendekatkan kembali jarak manusia dengan al-quran lewat formulasi tadabbur.

Enam tahun (2022), usia yang masih sangat muda itulah yang menjadi bahan renungan kami yang utama untuk lebih keras lagi belajar memperbaiki, mengubah dan meletakkan ketepatan daya ‘baca’, ‘tulis’ dan ‘hitung’.

Majelisan pada awal tahun 2023 ini, alhamdulillah kakak-kakak kami ikut menyempatkan hadir untuk menyambungkan rasa dengan dulur-dulur baru serta menguatkan sikap istiqomah dan belajar bertahap menuju sinau perubahan, di antaranya ada Kang Deni membawa dua putranya (Kahlil dan Sayyid) yang ikut membersamai kebahagiaan dengan alunan lagu.

Kang Deni membuka pembicaraan, merespons setiap gagasan dari dulur-dulur yang hadir dengan mem-breakdown soal keinginan dan cita-cita setiap individu harus diletakkan dengan pusat pandangan realitas. Misal, cita-cita perubahan dalam tatanan pertanian yang ditawarkan teman-teman mahasiswa, mesti dipersambungkan dengan realitas kegelisahan para ibu-ibu menghadapi ekonomi di rumahnya ditambah menghadapi anak-anaknya hari ini yang sulit dikendalikan dari ketepatan menggunakan gadget.

Sambung Mas Habih ikut merespons persoalan mengenai posisi keseimbangan antara lelaki dan perempuan yang harus berperan di kehidupan dengan prinsip kolaboratif. Karena emansipasi hadir ke dalam cara berpikir para pemudi bukan untuk menghancurkan kodratnya, justru menjadi tambahan referensi untuk lebih giat menggali nilai yang sejati sebagai kodratnya.

Lihat juga

Kebahagiaan kami komplit, karena di majelisan awal tahun ini, kami dirawuhi oleh Kang Nanang (penggiat Suluk Sinembah Medan) dan ikut merespons alur lalu lintas ngaji. Berbahagianya kami semua dengan pantikan sederhana mengenai cara pandang kita terhadap ruang dan waktu, di mana kedua hal tersebut adalah tahapan belajar manusia untuk mengenal dirinya menuju keintiman mengenal Tuhannya. Ruang dan waktu adalah bagian rahasia-Nya yang manusia harus banyak belajar kepada dua hal itu. Sehingga bisa menunbuhkan sikap dewasa dalam berpikir dan bersikap.

Bina-Angkit: saling membina dan saling mengangkat martabat manusia dan bangkit.

Kehendak keinginan yang muncul di setiap hati kami masing-masing senantiasa kami baca tulis dan perhitungkan dengan matang supaya selaras dengan perintah Allah.

Tasikmalaya, 31 Januari 2023

Lihat juga

Back to top button