AL-MUSTHAFA
(Mukaddimah Majelis Ilmu Maiyah Sulthon Penanggungan Pasuruan Edisi September 2023)

Pameran demokrasi sudah berjalan dan akan dimulai. Para aktor juga sudah banyak dipajang di ruas-ruas jalan berukuran raksasa dengan tagline kalimat khas, bak janji-janji para dewa. Ada dialektika unik ketika di bawah pajangan itu ada seorang ibu muda sedang menggerutu karena jemuran baju sekolah anaknya tak kunjung kering akibat pajangan sang aktor tersebut menghalangi sinar matahari masuk ke teras belakang rumahnya. Kata ibu, “Siapapun yang menjadi aktor di pajangan itu, aku akan membencinya karena menghalangi hak saya mendapatkan sinar matahari”.
Di ruas jalan yang lain, ada pedagang es tebu yang terlihat sumringah melayani pembeli karena terhindar dari panas terik matahari akibat pajangan raksasa sang aktor yang tepat di antara arah sinar matahari tempat beliau berdagang. Sambil bernyanyi sesekali beliau mengungkap kegembiraan, “Siapapun aktor di balik pajangan itu, akan saya pilih karena sudah memberikan aku dan pelangganku tempat berteduh”.
Mungkin begitulah sifat dasar manusia. Jika menguntungkan akan dicinta, dan sebaliknya jika merugikan akan dibenci. Namun memilih aktor apakah cukup dengan perhitungan untung dan rugi? Karena bisa jadi cintanya pada sang aktor adalah cinta buta, dan kebenciannya juga tidak terarah.
Oleh sebab itu pada momentum memperingati kelahiran Sang Teladan, kita bisa mengambil hikmah dari Sirah Nabi Muhammad SAW sebagai manusia yang diberi gelar Al-Musthafa, karena beliau merupakan orang yang terpilih. Sang juru selamat pemegang kunci syafaat umat manusia.
Hampir semua sepakat tentang algoritma syafaat akhirat. Namun tipuan dunia sering membuat sesama manusia beralih saling sikat. Mari belajar bersama mencari kebijaksanaan agar kita menjadi seseorang yang terpilih dan bijaksana pula menjadi seseorang yang akan memilih dari para aktor yang terpilih.
(Redaksi Sulthon Penanggungan)