SEDULUR PAPAT

(Mukaddimah Majelis Ilmu Bangbang Wetan Surabaya edisi September 2023)

Setiap dari kita membawa dua “konten” yang melekat bersama dengan segala “fitur”. Pertama adalah unsur genotipe. Ia ada sebagai sekumpulan partikel yang datang dari orang tua, leluhur dan tetua. Genotipe nyaris tak bisa diubah kecuali dengan perlakuan khusus yang seiring perkembangan bioteknologi semakin banyak diupayakan.

Kedua, fenotipe. Unsur inilah yang bisa kita tangkap dengan Indera. Segala hal terkait pesek atau mancung, gitar spanyol atau bas betot sampai ke ikal atau kribo ada di ranah ini. Berbeda dengan genotipe, ia lebih mudah dioprek. Dengan perlakuan yang tak membutuhkan banyak upaya, kondisi custom bisa kita dapatkan.

Masih terkait dengan kelengkapan manusia saat hadir dari gua garba ibunda, orang Jawa mengenal Sedulur Papat. Secara harfiah, Dua kata ini bisa diartikan sebagai “empat saudara”; empat serangkai yang menjadi pendamping jabang bayi secara fisik untuk kemudian –dalam pertumbuhannya–menjadi unsur isoterik. 

Perpanjangan uraian tentang Sedulur Papat (yang dalam versi lengkapnya ditambah Lima Pancer) kita agendakan di lain kesempatan. Di forum rutinan kita kali ini, kita ingin menyelaraskan pembahasan dengan bulan dimana Rasul terkasih, Nabi penghabisan dilahirkan.

Pembahasannya juga masih terikat dengan apa yang kita sebut sebagai Sedulur Papat. Namun empat serangkai yang dimaksud adalah empat sifat Nabi Muhammad Saw. Karakter utama itu terdiri atas sidiq, amanah, tabligh, fathanah. Dengan keempat sifat yang secara nature dan nurture hadir di sikap serta tindakan beliau, dunia mengenalnya sebagai orang nomor satu yang mengubah sejarah semesta.

Lihat juga

Secara ringkas, dapat diartikan bahwa sidiq dapat diartikan sebagai jujur; selintas garis lurus antara niat, pikir, ucap dan tindakan. Amanah merujuk pada komitmen yang digenggam erat hingga api benar-benar padam; trustworthy. Adapun tabligh adalah kata kerja aktif yang bermakna menyampaikan muatan baik tanpa pretensi, zonder tendensi. Terakhir, fathonah adalah kata yang bermakna cerdas. Sebagai insan prima, kecerdasan yang beliau miliki adalah cerdas yang parpurna dari intelektual, emosi, dan sosial. 

Pada hari-hari dengan atmosfir lantunan sholawat kecintaan ini, mari berkaca untuk memastikan seberapa besar keeberadaan Sedulur Papat itu pada diri kita. Kalau memang masih ada kesempatan, ssst!…bolehlah kita rerasanan tentang eksistensi keempat unsur tersebut pada mereka yang gambarnya banyak kita temui di seantero kota. 

(Redaksi Bangbang Wetan)

Lihat juga

Back to top button