DISAPIH SIMBAH
Mocopat Syafaat 17 September 2023, makin mempertajam akan pentingnya keberadaan “laboratorium berpikir” yang namanya Maiyah. Istilah familiarnya: Sinau Bareng.
Kenapa mesti Sinau Bareng? Iya, karena cara interaksi dalam Sinau Bareng, tidak satu arah. Tidak doktrinasi. Tidak berposisi: yang di panggung adalah pihak yang merasa paling tahu, sedang yang di depan panggung adalah pihak yang serba tidak tahu. Tidak pragmatis, melainkan egaliter sejajar. Sungguh pun itu semua tetap dalam koridor empan, papan, dan patrap. Kesadaran empan, papan, dan patrap, bila diverbal-kalimatkan menjadi pitutur legendaris, “Ojok rumongso biso, biso o rumongso“.
Kembali ke momentum Mocopat Syafaat 17 September 2023, menurut saya, keberadaan “laboratorium berpikir” Maiyah sejatinya sangat krusial dibutuhkan oleh siapapun. Apalagi intensitas kecamuk persoalan kehidupan nasional kebangsaan kita makin ruwet, absurd, complicated, dan seterusnya. Mau tidak mau, kecamuk persoalan di atas, langsung atau tidak, akan berimbas pada lapis di bawahnya. Walaupun Simbah kita, Mbah Nun, sudah membekali kita dengan sangat banyak nasehat, guna mengantisipasi problem-problem di lapangan, tentu saja melalui “laboratorium berpikir” Maiyah.
Pada momentum Mocopat Syafaat 17 September 2023, saya melihat ada satu hal yang sedang ditabur oleh Simbah, walaupun Simbah tidak hadir di tengah-tengah kita. Simbah sedang “menyapih” kita, anak cucunya. Simbah sedang sengaja membiarkan kita sendirian dalam upaya kemandirian bermaiyah, yang out-putnya —syukur-syukur meningkat— tetap dalam misi pemberdayaan manusia dan kemanusiaan. Saya melihat itu.
Alkhamdulillah, malam itu, dulur-dulur Maiyah yang berhimpun dalam Lingkar Keluarga Mocopat Syafaat (LKMS), yang berlaku sebagai pemback-up di belakang Mocopat Syafaat, malam itu, makin terlihat dan terasa kemandiriannya. Kemandiriannya itu semua berkat “sapihan” Simbah.
Ada pemberdayaan ekonomi melalui lapak-lapak di Pasar Pitulasan. Ada pemberdayaan kompetensi bakat melalui pemberian ruang ekspresi dalam bermusikalisasi puisi di panggung. Ada workshop-workshop yang memberi peluang potensi usaha yang melibatkan kemitraan dengan pihak pelaku ekonomi empiris. Dan seterusnya. Sampai di sini, saya yakin Simbah bahagia melihatnya.
Penggiat sastra asal Surabaya. Pernah menjadi wartawan di beberapa surat kabar di Kalimantan.