BAHAGIA MERAWAT KEBERSAMAAN DI KEBUN MAIYAH PASEBAN
(Liputan Majelis Ilmu Maiyah Paseban Majapahit, Mojokerto 2 September 2023)
Rutinan pasebanan malam itu terasa agak sedikit berbeda. Suasananya terasa lebih hangat. Mungkin efek dari tempatnya yang tertutup. Sehingga obrolan dulur-dulur yang berkumpul jadi lebih gayeng. Wedang kopi, gorengan, dan kepulan asap rokok setia menemani.
Cak Adi Kupret dan Pak Fathon yang memfasilitasi. Sehingga rutinan Paseban Majapahit di edisi bulan September bisa terlaksana di Pusat Oleh-oleh “Arasa”, Raya By Pass KM. 50, Mojokerto.
Sebuah tempat usaha milik kakak Pak Fathon yang menyediakan aneka jajanan khas untuk oleh-oleh ketika melipir ke Mojokerto. Dari sekian banyak pilihan yang ditawarkan, jajanan onde-onde menjadi maskotnya. Dikemas sedemikian rupa sehingga bisa lebih menarik dan makin berdaya saing. Termasuk lewat wisata edukasi. Tidak hanya beli onde-onde, tapi juga diajak belajar bagaimana proses pembuatannya. Cooking class istilahnya.
Di ruang cooking class onde-onde “Arasa” itulah sedulur Paseban melingkar bersama. Coba merawat spirit kemaiyahan sebisa-bisanya. Sinau among roso paseduluran semampunya.
Mengawali rutinan, Cak Isa dan Cak Ryan nderes Al-Qur’an. Beberapa surat pilihan dibaca bergantian. Sambil menunggu kedatangan sedulur lainnya.
Sekitar jam 9 malam, rutinan dilanjut dengan Tawashshulan. Inti dari semua rangkaian acara pasebanan. Yang seringnya dilantunkan bersama di awal sesi. Mungkin perlu dicoba sedikit variasi di lain kesempatan. Tawashshulannya bisa menjadi pemuncak di akhir rutinan.
Alhamdulillah malam itu ada tambahan energi. Mukhtar Tawashshulan bertambah satu lagi. Pak Yanto berkenan mendampingi Cak Sobbirin dan Cak Isa memandu Tawashshulan. Rasa rindu dan harapan akan pulihnya kesehatan Mbah Nun terluapkan diantara bait-bait pujian, wirid, salam, sholawat, dan doa. Gemanya memenuhi ruangan. Menggetarkan kepasrahan atas segala keadaan. Mengalirkan permohonan tulus kepada Allah Sang Penguasa Semesta Ruang Cinta. Mengharap syafa’at Rasulullah Sang Penjaga Kuncinya. Nyuwun paring-paring semoga keajaiban dianugerahkan untuk kesehatan dan kepulihan Mbah Nun. Amiin.
Tawashshulan selesai. Semua kembali santai sambil menikmati apa yang tersaji. Sinambi bareng-bareng ngonceki tema “Perjuangan dan Doa”. Sesuai pengalaman masing-masing.
Beberapa poin yang ada dalam prolog tema disampaikan oleh Cak Ronny. Intinya tentang nilai-nilai Maiyah yang perlu terus dirawat dan diperjuangkan. Khususnya oleh anak cucu Maiyah Paseban Majapahit. Menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dinamika perjuangan hidup. Sebagai wujud syukur atas nilai-nilai Maiyah yang telah tumbuh dalam diri.
Oleh-oleh dari acara workshop “Berdaya Bersama Mandiri Berekonomi” sebulan yang lalu di Bangbang Wetan Surabaya yang digelar oleh sinergi DSC Wismilak Foundation dengan Maiyah, dijelaskan dengan runtut oleh Pak Tanto. Sesuai dengan pengalamannya, beliau sekaligus berbagi hal-hal penting tentang dunia usaha. Usaha mikro kecil dan menengah khususnya. Karena UMKM sudah terbukti mampu menjawab tantangan zaman. UMKM tetap mampu bertahan dan terus tumbuh berkembang ketika pandemi terjadi beberapa tahun yang lalu.
“Mimpi” itu penting. Maksudnya mimpi tentang bagaimana usaha yang akan dipilih untuk dijalani nantinya. Lalu diikuti perencanaan. Bagaimana produknya, cara membuatnya, harga jualnya, bagaimana model promosinya, seberapa besar profitnya, dst. Semuanya termasuk bagian dari perencanaan. “Perencanaan usaha yang baik itu (minimal) sudah mencakup 90 persen dari tujuan usahanya,” tegas Pak Tanto.
Sesuai dengan zamannya, promosi bisa dilakukan lewat aplikasi medsos. Instagram adalah salah satu yang direkomendasikan. Melalui komunitas yang sudah ada, kita saling berbagi informasi tentang produk yang dihasilkan dari usaha masing-masing. Saling nge-share dan nge-like produk dari sedulurnya yang lain.
Bagian yang tak kalah penting berikutnya adalah evaluasi. Dari kemampuan operasional dan pendapatan, bisa diketahui laba yang didapat. Jangan lupa mengevaluasi bagaimana kemampuan membiayai penyusutan aset dari usaha yang sudah dimiliki.
Manajemen atas usaha kita, adalah wujud “perjuangan”. Keyakinan bahwa usaha yang kita jalani akan berhasil adalah pondasi “doa” kita. Senantiasa mengemis kepada Allah.
Bagi pelaku usaha, jatuh bangun itu sudah biasa. Tetap tegak dan jangan putus asa.
Pengalaman yang tak kalah seru diceritakan oleh Cak Haikal. Mengawali usaha toko bahan bangunan dengan modal nekat. Bonek (bondho nekat). Tanpa perencanaan yang matang. Alhamdulillah kini usaha galangannya sudah semakin berkembang.
Selain perjuangan dan doa, seorang pengusaha juga harus “ulet”. “Kesuksesan tidak datang dari orang lain, tetapi dari dalam diri sendiri,” begitu pesan dari Cak Haikal.
Setiap pribadi memiliki perjuangan dan doanya sendiri. Cak Adi, Mak Indah, Cak Wahyu, Pak Fathon, Cak Wildan, Cak Roy, Cak Irul, Cak Bibit, Cak Masrur, Cak Anas, Cak Pungki, dan Cak Zahid, berbagi kisah perjuangan dan doa dengan “versinya” masing-masing.
Bahwa perjuangan dan doa dalam hidup ini terkait erat dengan hal-hal nyata memerlukan kesungguh-sungguhan dalam berikhtiar. Juga perlu dibarengi dengan tekad yang kuat dan kesabaran. Perjuangan, doa, tawakkal, dan kesabaran yang tanpa tepi. Sambil terus mencari makna “sukses” yang sejati. Yang bisa saja bukan hanya sebatas keberlimpahan “materi”.
Yang terpenting, kita tetap harus bahagia dalam menjalani, dan mensyukuri anugerah Allah dengan sungguh-sungguh di kehidupan kita saat ini. Meski apapun yang telah terjadi.
Banyak macam wirid, sholawat, atau bahkan rangkaian doa tawashshulan yang diajarkan di Maiyah. Bisa menjadi pilihan doa rutin untuk menemani perjuangan yang sedang dijalani.
Kebersamaan, kegembiraan, dan kebahagiaan yang terpancar malam itu adalah bukti nyata nilai-nilai Maiyah dan jalinan ukhuwah al-mutahabbina fillah yang semoga tetap tumbuh, terawat, dan lestari di Simpul Maiyah Paseban Majapahit. Amiin ya robbal ‘alamiin.
(Redaksi Paseban Majapahit)