MERENTANG JARAK MERUANG CIPTA

(Mukaddimah Majelis Ilmu Bangbang Wetan Surabaya, edisi April 2023) 

“… Memang pada setiap Ramadlan terdapat suasana khusus, semacam kegembiraan dan kekhusyukan yang tidak terjadi pada bulan-bulan yang lain,” (dikutip dari caknun.com berjudul Puasa Ibunda)

Puasa dan suasana Ramadhan selalu terasa khusyuk dan menggembirakan di setiap tahunnya. Puasa Ramadhan seakan sudah menjadi bagian terpenting di masyarakat Indonesia. Ritual puasa yang mengandung banyak manfaat bagi tubuh dan perjalanan spiritual kita. Ditambah suasana Ramadhan yang terasa menggembirakan terutama bagi anak-anak kecil di kampung dan di kota. 

Momen puasa adalah momen dimana kita mengambil jarak sementara dari dunia. Mengambil jarak yang biasanya makan dan minum tidak dibatasi, pada momen puasa kita diingatkan kembali pentingnya memanajemen diri dalam menentukan sikap di antara keinginan dan kebutuhan. Misalnya kalau di bulan-bulan sebelumnya kita banyak menuruti keinginan makan atau minum apa, di bulan Ramadhan kita disadarkan kembali bahwa fokus utama hidup kita adalah apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan. Maka tak heran pada waktu berbuka tiba, minum air atau teh hangat saja rasanya sudah nikmat sekali. 

Puasa yang laku utamanya adalah mengambil jarak sementara dari realitas hidup kita, justru akan menciptakan kreativitas yang unik dan baru bagi pelaku dan yang berada pada cuaca puasa tersebut. Misalnya pada bulan Ramadhan anak-anak kecil dan pemuda di kampung dulu selepas Tarawih berbondong-bondong ke lapangan untuk main bola api bersama, ada adu keras bunyi meriam  yang dibuatnya dari bambu, serta menentukan cara unik ronda membangunkan tetangga sekitar pada waktu sahur. Ada yang ronda menggunakan alat musik seadanya seperti timba, tutup panci dan kentongan dari bambu, ada yang lengkap alat musiknya seperti perkusi, ada juga yang keliling sambil membunyikan musik menggunakan sound system

Pada bulan Ramadhan menjelang berbuka berjejer di pinggir jalan desa dan kota ibu-ibu kreatif menjual aneka makanan dan minuman untuk berbuka puasa. Berbagai macam makanan dan minuman yang dijual selama bulan Ramadhan itu tidak dijual di bulan lain. 

Lihat juga

Pada tulisan berjudul ”Puasa Ibunda”, Mbah Nun menceritakan bahwa hal puasa kebetulan merupakan naluri dan hobi beliau sejak balita. Pada suatu ketika Mbah Nun memancing pandangan Ibu Chalimah perihal puasa. Ibu Chalimah menjawab,”Sebenarnya, Nak, yang paling nikmat itu kita berpuasa selama hidup di dunia. Hari rayanya besok-besok saja di Sorga, mudah-mudahan Pangeran ngijabahi”

Mbah Nun menceritakan bahwa Ibu Chalimah itu “keterlaluan” puasanya. Beliau tidak pernah punya kerudung atau jilbab, baju dan jarit lebih dari tiga helai. Anak-anaknya termasuk Mbah Nun selalu mengolehi-olehi bermacam-macam pakaian, tapi besoknya selalu sudah dipakai oleh tetangga sekitarnya. Ibu Chalimah rajin keliling kampung bertamu ke penduduk miskin, menanyakan bagaimana makan dan pakaian anak-anak mereka, sekolahnya anak-anak mereka, dan berbagai keperluan sehari-hari. Ibu Chalimah juga minta keringanan membayar biaya sekolah yang dikelola oleh kakak dan adik Mbah Nun kepada penduduk miskin yang anaknya butuh sekolah. Di rumah Ibu Chalimah dan Ayah Muhammad dulu dihuni keluar masuk antara 30-40 orang, termasuk guru-guru sekolah dan anak-anak yatim.

Laku puasa “Orep Moloekatan” Ibu Chalimah sekeluarga jika kita baca membuatnya membuka ruang menciptakan kemaslahatan sosial. Puasa sepanjang hidup yang dicontohnya Ibu Chalimah sekeluarga membuat beliau dengan ringan tangan mengerjakan apa saja yang menurut beliau wajib dikerjakan: membangun sekolah, koperasi desa, menyediakan fasilitas-fasilitas  olahraga, media-media informasi, kesenian hadrah, drumband dan apa saja yang beliau sekeluarga mampu. 

Pada pertengahan bulan Ramadhan ini selain lebih khusyuk menjalani puasa, alangkah lebih lengkapnya mentahadust binikmahi ruang mencipta apa yang sudah kita lakukan demi kemaslahatan keluarga, tetangga kanan-kiri, syukur-syukur masyarakat luas Atau kita hitung kembali apa yang pernah kita niat dan cita-citakan terkait dengan kebermanfaatan sosial  yang belum terlaksana. Mari kita perbincangkan kembali niat dan langkah menuju kebermanfaat itu dalam Majelis Ilmu Bangbang Wetan pada Rabu, 12 April 2023 di Kayoon Heritage. 

(Tim Tema Bangbang Wetan) 

Lihat juga

Back to top button