BERAT HATIKU KEPADA INDONESIA
(Mukaddimah Majelis Ilmu Maiyah Gambang Syafaat edisi Februari 2024)
“Mungkin saya melihat setiap hari wajah-wajah rakyat Indonesia yang selalu bersemangat dan ceria, tetapi saya menyadari bahwa di dalam hati mereka terdapat penderitaan. Namun, mereka luar biasa mampu tetap bersyukur atas segala hal yang mereka alami,” ungkap Mbah Nun dalam salah satu bagian esai kebon ke-240 pada tahun 2021 [1].
Rakyat Indonesia menunjukkan keistimewaan mereka dengan berbagai keterampilan hidup yang beragam. Meskipun dalam keadaan hidup yang tidak sesuai harapan, mereka tetap memiliki semangat yang penuh kegembiraan dan senyuman yang menghiasi wajah mereka. Rakyat Indonesia tidak pernah kehilangan nasionalisme khas mereka, dan mereka tetap memiliki wajah dan hati yang Indonesia. Keistimewaan ini tercermin dalam berbagai aspek kehidupan mereka, mulai dari kegiatan sehari-hari hingga dalam menghadapi kesulitan-kesulitan kehidupan. Meskipun terdapat penderitaan di dalam hati mereka, rakyat Indonesia tetap mampu mensyukuri atas segala hal yang mereka alami dan tetap menjalani kehidupan ekspresi keceriaan.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, sejarah, dan keberagaman. Keindahan alamnya dengan gunung-gunung yang menjulang tinggi dan hutan-hutan yang lebat, menjadi saksi bisu akan keajaiban alam yang ada di negara ini. Tidak hanya itu, budaya Indonesia yang beraneka ragam, dari tarian tradisional hingga kuliner khas, membuat negara ini menjadi begitu istimewa.
Namun, sisi lainnya Indonesia juga menghadapi berbagai masalah utama. Ketimpangan sosial dan ekonomi menjadi salah satu akar masalah lainnya, seperti kemiskinan, pengangguran, dan ketidakadilan. Sementara itu, isu lingkungan meliputi eksploitasi sumber daya alam yang menyebabkan kerusakan lingkungan, seperti deforestasi, pencemaran sungai dan laut, serta perubahan iklim. Masalah pendidikan dan kesehatan juga menjadi perhatian utama. Meskipun telah ada kemajuan di bidang ini, masih banyak anak-anak yang tidak mendapatkan akses pendidikan yang layak dan berkualitas. Begitu pula dengan masalah kesehatan, di mana akses terhadap pelayanan kesehatan yang baik belum merata di seluruh wilayah Indonesia.
Selain itu, Indonesia juga dihadapkan pada tantangan dalam memahami nilai-nilai dan makna yang tersembunyi di balik setiap peristiwa. Bangsa Indonesia berada pada titik konflik internal yang memuncak, yang berpotensi menimbulkan akumulasi kebencian, dendam, dan permusuhan yang lebih dalam di masa depan. Oleh karena itu, penting untuk menghindari menyalahkan satu sama lain dan mencari pemahaman yang lebih baik melalui dialog yang konstruktif.
Keterlibatan dalam perdebatan tentang siapa yang benar atau salah hanya akan menghasilkan ketegangan subjektif dan menyulitkan pembelajaran sejarah bagi generasi mendatang. Untuk menghindari ekstremisme dan sikap yang memecah belah dalam menghadapi perbedaan pendapat, kedewasaan berpikir diperlukan untuk menghindari jebakan polarisasi dan mengakui bahwa tidak ada yang mutlak atau absolut. Atmosfer politik yang riuh-rendah dan kecemasan sosial yang dominan membuat rakyat terjebak dalam arus kebingungan.
Dalam menghadapi semua ini, masyarakat Indonesia perlu terus berusaha dengan semangat untuk memperbaiki cara berpikir terhadap segala fenomena, baik itu dalam hal pribadi, sosial, maupun kenegaraan. Masyarakat perlu meneropong persoalan secara lebih jernih dan dengan semangat mencari solusi baru atas masalah yang ada, tanpa hanya mengikuti kesimpulan konvensional tanpa pertimbangan.
“Berat hati kepada Indonesia” tidak berarti putus asa terhadap keadaan Indonesia, tetap memiliki harapan dan keyakinan dalam perubahan dan perbaikan. “Berat hati” tidak berarti menyerah, tetapi lebih kepada keperihatinan yang menjadi dorongan untuk terus berusaha, berjuang dan berdoa untuk keadaan yang lebih baik.
Referensi:
[1] https://www.caknun.com/2021/berat-hatiku-kepada-indonesia/
(Redaksi Gamban Syafaat)