THE WEB OF LIFE 

(Mukaddimah Majelis Ilmu Maiyah Jamparing Asih Bandung, Sabtu 27 Mei 2023) 

Semua bentuk kehidupan di planet ini sangat sistemik dan melibatkan saling keterhubungan interaksi dan pola yang begitu kompleks. Pun demikian dengan realitas sosial yang saling terbentuk melalui jaringan hubungan antara berbagai aktor manusia dan non-manusia. Dan sejatinya keduanya berperan aktif dalam membentuk realitas.

Keterhubungan dan interkoneksi ini memiliki keberadaan yang saling mempengaruhi dalam jaringan kehidupan yang sangat rumit.  Manusia tidak hanya menjadi bagian dari alam, tetapi juga berperan sebagai bagian integral dari jaringan kehidupan yang lebih besar. Dalam kerangka ini, keterhubungan manusia dan alam dipahami sebagai satu kesatuan yang saling terkait, dan tindakan kita sebagai manusia memiliki dampak yang signifikan pada keseimbangan alam dan ekosistem.

Salah seorang Pemikir Asal Perancis Bruno Latour, yang melahirkan teori ANT, mengatakan bahwa segala sesuatu dianggap sebagai aktor dalam jaringan sosial-sains. Baik itu manusia, benda mati, institusi, dan bahkan gagasan abstrak semuanya memiliki agensi dan berkontribusi dalam membentuk dunia di sekitar kita. 

Contoh dalam konteks geografis misalnya. Bahwa objek, seperti tata ruang daerah tertentu, memiliki peran aktif dalam proses pengindraan manusia dan cara manusia bertingkah dan berekspresi di dalamnya. Jadi, bisa dikatakan bahwa konstruk bangunan alam tidak hanya menjadi alat pasif yang seolah-olah dijadikan sumber inspirasi bagi manusia, tetapi juga berperan dalam membentuk pengetahuan dan kebudayaan itu sendiri.  

Oleh sebab itu, kita mesti menyadari betul jaringan-jaringan kehidupan itu dan menyoroti pentingnya interaksi jaringan dalam membentuk sturktur sosial dan pengetahuan ilmiah. Sadarilah bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari konteks sosialnya. 

Jaringan kehidupan ini adalah subjek dan objek organisme yang hidup dan saling membutuhkan. Misalnya, pohon dapat berkontribusi pada lingkungan melalui penyediaan habitat bagi hewan, penyimpanan karbon, dan siklus air. Begitu pula, hewan dapat mempengaruhi ekosistem melalui pola makan, penyerbukan, dan penyebaran benih dll.

Relasi atau interkoneksi ini sejatinya, kalau kita membuka naskah-naskah klasik yang dianggap kuno, seperti ajaran TAO, Sufisme, Yoga, dst., adalah gagasan yang utama dan sangat begitu ditekankan oleh para bijak di masa lalu, yang ternyata masih dan akan selalu relevan dalam melihat dan menyikapi kehidupan. Kearifan dan kesadaran tersebut sayangnya masih belum termanifestasikan dalam tindak dan tingkah polah kita pada umumnya, karena manusia acap kali tersumbat dalam sebuah jaringan aliran yang gelap dan melenakan.

Untuk lebih lanjut kiranya mari kita merefleksikan, mendalami serta melarut dalam  aliran jaringan kehidupan. Kita mencoba saling terhubung pada puncak sumber hubungan keberadaan. Mari bersua di Jamparing Asih, pada Sabtu 27 Mei 2023, karena selain akan mendiskusikan tema The Web of Life, pada edisi ini, teman-teman Jamparing Asih juga sekaligus menyelenggarakan Tawashshulan serentak bersama simpul-simpul Maiyah lainnya di berbagai daerah untuk menghaturkan doa syukur untuk milad ke-70 guru kita semua Mbah Nun. Tawashshulan ini diselenggarakan dalam rangka mensyukuri Jamparing Asih yang terus berproses dalam persaudaraan al-Mutahabbina Fillah di dalam Maiyah. 

(Redaksi Jamparing Asih) 

Lihat juga

Back to top button