TAWASHSHULAN MENGANTAR ANAK MONDOK DAN ULANG TAHUN
Dalam suasana Idul Adha, Kamis (29/06/2023), asap bakar dan aroma sate tercium ketika memasuki gang demi gang menuju ke kediaman Cak Fauzi, salah satu penggiat Simpul Maiyah Damar Kedhaton Gresik. Tepatnya di Perumahan Alam Singgasana, Desa Betiting, Kecamatan Cerme, Gresik.
Satu dari sekian rumah yang berjejer, terlihat kerumunan warga setempat, mulai dari anak-anak, ibu-ibu, hingga bapak-bapak. Mereka tampak menikmati momen kebersamaan selepas penyembelihan hewan qurban di pagi harinya, untuk nyate bareng.
Memasuki gang tempat rumah Cak Fauzi berada, sudah tergelar alas dari banner yang siap diduduki oleh dulur-dulur lainnya. Suasana di sekitar cukup sepi, mungkin sebagian dari tetangganya mudik ke kampung halaman. Apalagi, momen libur nasional peringatan Hari Raya Idul Adha 1444 hijriah ini cukup lama.
19 dulur-dulur Jamaah Maiyah Damar Kedhaton (JMDK) Gresik malam itu hadir di kediaman rumah Cak Fauzi dalam rangka bersama-sama untuk bertawashshulan rutin, yang digelar seminggu sebelum jadwal Padhangmbulan.
Namun, acara Tawashshulan malam itu ada formulasi yang berbeda, di mana acara diselenggarakan pada hari Kamis. Jika mengikuti jadwal yang telah disepakati bersama, maka Tawashshulan mestinya digelar pada hari Jumat bertempat di ndalem Kamituwa Wak Syuaib, Desa Iker-Iker Geger, Kecamatan Cerme.
Formulasi ini juga bagian dari apa yang pernah disepakati oleh dulur-dulur Damar Kedhaton lainnya. Bahwa, siapapun saja (dulur Damar Kedhaton-red) apabila berminat dan berniat tentunya dengan kerelaan beserta keridhaan hati untuk mengundang serta menggelar acara Tawashshulan di kediaman rumahnya. Maka, dipersilakan secara terbuka lebar.
Tawashshulan kali ini, memang disuwun oleh Cak Fauzi selaku tuan rumah sebagai bentuk rasa syukur, kegembiraan, serta niat baik untuk mendoakan putrinya, Srikandi Nusantara Fauzi (Kikan) yang hendak berangkat menimba ilmu di salah satu Pondok Pesantren. Dalam sambutannya, Cak Fauzi berharap, melalui Tawashshulan dengan mengajak dulur-dulur Damar Kedhaton lainnya, bisa menjadi wasilah baik, doa-doa baik, yang mengiringi perjalanan putrinya untuk kedepan nantinya.
“Semoga, putri saya nantinya bisa mendapat berkah dari Tawashshulan ini ketika mondok,” ujarnya. Selain itu, lanjut Cak Fauzi, Tawashshulan ini juga dalam rangka mensyukuri 7 tahun usia putranya yang bernama Banyu Giri Panuluh Fauzi.
“Kedua anak saya, sebenarnya tidak pernah dirayakan ketika ulang tahun tiba seperti yang lainnya. Makanya, biasanya kalau ada undangan perayaan ulang tahun dari temannya itu rasanya gimana begitu. Kecuali kalau ketika masuk usia 7 tahun, dulu kakaknya Giri (Kikan-red) pernah saya rayakan ulang tahunnya pas usia 7 tahun. Sekarang adiknya si Giri,” imbuhnya.
Ketiganya, Cak Fauzi mengajak dulur-dulur lainnya, meniatkan Tawashshulan pada malam hari itu untuk menjaga kehidupan sehari-hari yang kian tidak kondusif.
“Semoga, Tawashshulan ini bisa menjadi benteng dalam kehidupan kita sehari-hari. Untuk menjaga kita. Untuk memperkuat iman kita, dan sebagainya. Mugi-mugi berkah e ngalir terus,” tandas dia.
Tawashshulan dibuka dan dipandu oleh Wak Syuaib, kemudian dilanjut dengan Cak Fauzi, dan dipungkasi dengan Sholawat Mahalul Qiyam yang dikomandoi oleh Cak Huda dilantunkan secara bersama-sama oleh dulur lainnya dengan khusyuk.
Semua dulur-dulur yang hadir, baik yang mengenakan baju putih, maupun yang berbusana biasa, ada yang pakai kaos, jaket, sarung, celana, dan apapun yang biasanya dikenakan sehari-hari tidak dipahami sebagai penghalang dari kekhusyukan dan keintiman. Karena memang di Maiyah tidak mensyaratkan seragam atau pakaian tertentu, untuk menyelami setiap lafadh-lafadh yang dibacakan dan masuk ke dalam suasana mendekat kepada Allah Swt. dan Kanjeng Nabi Muhammad Saw.
Seperti yang pernah didawuhkan Mbah Nun, bahwa kepintaran, kealiman, apalagi kesombongan, tidak bisa dibawa sebagai bekal ngadep kepada Allah. Yang layak dibawa adalah kepolosan, kerendahan hati, kelemahan diri, ketidakberdayaan diri, serta rasa bersalah di hadapan Maha dari segala Maha.