Tadabbur Hari ini (10), DITUHANKAN DAN MENUHANKAN

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ
ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ
إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ
ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيم
صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ
غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ
(Al-Fatihah: 1-7)

Tetapi jangan besar kepala dulu. Ada fakta bahwa dalam rentang sejarah tertentu, pihak yang dituhankan tetap selamat dan jaya-jaya saja. Juga rakyat yang menuhankan. Justru yang berlaku “nahi munkar” terhadap penuhanan atas selain Allah, malah dihancurkan, dan tidak sedikit yang kemudian memang benar-benar hancur.

Semua pihak juga tidak punya keperluan untuk memperhatikan atau apalagi meneliti atau mewaspadai bahwa dalam praktek hubungan antar manusia terdapat gejala “penyembahan”, bukan sekedar “pengabdian”.

Dalam Bahasa Arab kata-katanya sama. “Na’budu”. “Ibadah”. “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”. Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.

Tetapi dalam praktek keagamaan yang diterapkan juga sampai ke politik dan terutama yang terkait dengan struktur kekuasaan, “na’budu” prakteknya tidak hanya mengabdi tetapi menyembah. Persepsi ini pasti dibantah oleh hampir semua pihak, dan itu yang namanya kemunafikan.

Lihat juga

Kadar pengabdian seseorang kepada penguasa Negara tidak hanya sebatas mengabdi, melainkan sudah cenderung menyembah. Sebenarnya, yang disembah, karena itu hanya Tuhan: “can do no wrong”. Tidak bisa berbuat salah. Yang tidak bisa berbuat salah pasti bukan manusia. Manusia itu “can do wrong”. Tetapi dalam berbagai peristiwa: orang membela pemimpinnya sampai tingkat “can do no wrong”.

Demikianlah, berlangsung suatu zaman di mana ada mekanisme dituhankan dan menuhankan. Kalau Raja dulu menuhankan diri. Kalau masyarakat sekarang menuhankan tokohnya. Raja Milenial sekarang dituhankan.

Kalau Anda melawan itu, bahkan sekedar menyatakan realitas itu: berarti Anda menentang kekuasaan, yang tidak terutama dijalankan oleh “tuhan”nya, melainkan terutama oleh “yang menuhankan”.

Dan karena itu Anda dihancurkan. Dimanipulasi. Difitnah. Dietrek-etrek dengan segala cara dan fitnah. Kalaupun tidak dibunuh atau dimusnahkan, karakter dan nama baik Anda diluluhlantakkan.

Jadi, kalau Anda mau hancur maka hancurlah. Tapai kalau Anda tidak mau, ya jangan mau.

Emha Ainun Nadjib
8 Mei 2023.

Lihat juga

Back to top button