SYAWALAN DAN PUNCAK SATU DEKADE JUGURAN SYAFAAT
Seringkali untuk memulai sesuatu dibutuhkan energi yang begitu besar. Sementara untuk merawat, tak begitu besar energinya. Namun, banyak orang pandai memulai. Sedikit yang pandai merawat.
Satu dekade tertempuh sudah, perjalanan memulai dan merawat Simpul Maiyah Juguran Syafaat yang cukup panjang malam hari kemarin (29/4) disyukuri bersama-sama dengan munajat Tumuju Ing Pangeran. Tumpeng dipotong oleh Mas Agus dan diserahkan kepada Mas Opi, jamaah termuda kelahiran 2004 yang hadir tadi malam. Hal itu sebagai pra-lambang dari spirit regenerasi Maiyah.
Acara diawali dengan ramah tamah dalam rangka syawalan sedari maghrib di antara rekan-rekan penggiat Juguran Syafaat. Karena dilaksanakan di musim mudik, sejumlah jamaah Maiyah perantau dari luar kota, di antaranya ada dari Cikarang dan Surabaya ikut bergabung. Joglo barat Waroeng Juguran penuh oleh jamaah.
Usai santap nasi kuning bersama-sama seluruh jamaah, dilanjutkan dengan sesi sharing. Salah seorang penggiat yang memberikan sharing adalah Pak Tono. “Saya ikut Maiyah sejak 2005, banyak ilmu yang bermanfaat yang bisa saya terapkan. Salah satunya model kepengasuhan sosial untuk jamaah mushalla di lingkungan saya dengan semangat kemandirian dan kebersamaan,” ungkap Pak Tono.
Pak Tono dan rekan-rekan sudah berjibaku dengan tirakat Maiyah, Mas Opi masih baru lahir bayi. Majelis berlangsung tak terasa sudah sejam lingsir wengi. KAJ Accoustic memungkasi dengan lantunan “Wakafa” sembari jamaah bersalam-salaman.
(Redaksi Juguran Syafaat)