SINAU BERNEGARA DI (GOR LEMBU PETENG) TULUNGAGUNG (1)
(Liputan Sinau Bareng Mbah Nun dan KiaiKanjeng di GOR Lembu Peteng Tulungagung, Minggu, 20 November 2022, bag. 1)
Sinau Bareng tadi malam (20/11) berlangsung di outdoor area GOR Lembu Peteng Tulungagung. Sinau Bareng ini diselenggarakan dalam rangka HUT RSUD dr. Iskak Tulungagung ke-105 dan HUT Kabupaten Tulungagung ke-817. Di area yang sama tampak menjadi bagian dari kemeriahan acara adalah banyaknya warung yang menjajakan aneka makanan dan minuman. GOR Lembu Peteng menjadi pusat kegiatan HUT Tulungagung ke-817 yang diisi beberapa agenda yang sudah berjalan sejak beberapa hari sebelumnya, di antaranya kegiatan pameran atau bazaar UMKM.
Menjelang isya’, para jamaah dan masyarakat sudah memenuhi lokasi Sinau Bareng, duduk lesehan, rapi dan tertata, yang tak lama kemudian langsung disambut dengan kehadiran KiaiKanjeng, yang kebetulan baru bisa mulai sound check satu jam menjelang acara dimulai. Tetapi, kesempatan ini dapat dimanfaatkan oleh KiaiKanjeng untuk sekaligus berinteraksi dengan jamaah dengan mengajak mereka bershalawat bareng-bareng sampai menjelang pukul 20.00 ketika Mbah Nun bersama rombongan pimpinan RSUD dr. Iskak datang dan segera naik panggung.
Dalam Sinau Bareng ini, RSUD dr. Iskak Tulungagung mengangkat tema membangun masyarakat Baldatun Thayyibatun wa Robbun Ghofur.
Memberikan pengantar di awal pembicaraan, dengan rendah hati Mbah Nun menyatakan beliau belajar dan nyinauni (mempelajari) Tulungagung dari berbagai bahan. Hal yang juga beliau lakukan ketika akan Sinau Bareng di daerah-daerah lain. Beliau mengatakan bahwa daerah Tulungagung ini dahulunya bernama Ngrowo yang artinya di sini terdapat banyak sumber atau mata air. Di sisi lain, nama Tulungagung langsung membawa Mbah Nun kepada salah satu idiom di dalam Al-Quran pada awal surat Al-Fath yakni “Nashron Aziza” yang berarti pertolongan yang agung alias Tulungagung. Maka, dramatic reading yang dibawakan KiaiKanjeng pun berjudul Nashron Aziza.
Mbah Nun menceritakan bahwa bersama KiaiKanjeng, beliau sudah datang ke banyak kabupaten di Indonesia, dan beliau menemukan bahwa yang paling kurang dipelajari atau dibangun di banyak daerah adalah soal kepemimpinan, yakni aspek negoro mowo toto-nya. Tetapi, Mbah Nun melihat Tulungagung cukup berbeda dalam kepemimpinan daerahnya, terutama melalui konsep dan inovasi kepelayanan RSUD dr. Iskak terhadap masyarakat atau warga Kabupaten Tulungagung. Dari sini, Mbah Nun menjumpai bahwa pusat kumparan pembangunan dan pengelolaan kehidupan sosial di Tulungagung adalah layanan kesehatan terhadap masyarakat.
Tatkala Mbah Nun menyampaikan hal itu, sebenarnya kita mulai bisa menangkap bahwa seharusnya memang pembangunan daerah dijalankan dengan berangkat dari suatu konsep atau visi yang khas. Tulungagung merupakan salah satu contoh di mana RSUD dr. Iskak sebagai bagian dari organ kepemimpinan daerah mendapatkan kepercayaan penuh untuk menjadi semacam centre of innovation yang dalam perkembangannya tak terbatas pada pelayanan kesehatan saja tetapi menjadi, salah satunya, public safety centre yang berfungsi sebagai pusat koordinasi antara polisi, pemadam kebakaran, rumah sakit, dan stakeholder lain agar dalam melakukan pertolongan kepada masyarakat lebih terorganisasi dan lebih terarah. Sekarang bahkan RSUD dr. Iskak telah merintis atau meluncurkan apa yang disebut sebagai medical tourism.
Dari sini, terasa bahwa Sinau Bareng tadi malam sangat bernilai karena merupakan suatu forum Sinau Bernegara dengan bobot sangat tinggi dengan bahan-bahan experience konkret. Sehingga, merupakan suatu privilese tersendiri bagi jamaah dan masyarakat bahwa bahwa Sinau Bernegara tadi malam di Tulungagung dipimpin langsung oleh Mbah Nun yang kaya akan pendekatan berpikir dan kaya akan kebijaksanaan dalam meletakkan banyak hal secara proporsional dan adil, dan ini tampak dari cara beliau menampung aspirasi dan merespons pertanyaan jamaah. Selain itu, privilese ini terjadi karena Sinau Bernegaranya melalui pengalaman RSUD dr. Iskak yang tahapnya bukan baru merumuskan konsep melainkan sudah menjalankannya yang didukung dengan berbagai capaian yang telah diraihnya baik pada tingkat nasional maupun internasional pada berbagai kategori.
Dalam paparan awal, dr. Supriyanto sebagai direktur RSUD dr. Iskak mengemukakan interpretasinya bahwa masyarakat baldatun thayyibatun wa robbun ghofur atau masyarakat yang toto tentrem kerto rahardjo tidak akan tercapai kalau Rumah Sakit-nya tidak dapat diandalkan. Dokter Pri menceritakan banyak konsep pembangunan daerah yang nyaris sama dengan orang memanjat pinang. Ketika mencapai hadiah langsung jatuh karena mengalami disorientasi pada diri pemimpinnya. Beliau menceritakan juga banyak bupati dan gubernur yang telah berkunjung ke RSUD dr. Iskak dan kepada mereka disampaikan bahwa fondasi pembangunan di Tulungagung adalah menjadikan dulu RSUD sebagai penopang keselamatan, keamanan, dan kenyamanan masyarakat.
Lebih jauh, Dokter Pri mengemukakan alhamdulillah berkat kepemimpinan Bupati Tulungagung, RSUD dr. Iskak bisa diandalkan oleh masyarakat Tulungagung kapanpun, di manapun, jam berapapun, terutama sekali bagi masyarakat Tulungagung yang sama sekali tak punya biaya bisa tetap mendapatkan pelayanan gratis. Dokter Pri mengatakan, dampak liberalisasi dan kapitalisme ekonomi global, Rumah Sakit dijadikan sangat komersial dengan mensubordinasikan rakyat. Rakyat tidak menjadi subjek. Orang sakit tidak dimuliakan. Salah satu ujud kehadiran negara yang terpenting adalah ketika rakyat mengalami sakit atau musibah, negara hadir melalui kesiagaan dan kecepatan pelayanan Rumah Sakitnya.
Sampai titik ini, Sinau Bareng tadi malam menegaskan kita akan bahwa membangun sebuah masyarakat/negara membutuhkan konsep dan visi. Dalam konteks pengalaman Tulungagung, konsepnya adalah Rumah Sakit sebagai fondasi dan pusat pengelolaan keselamatan, keamanan, dan kenyamanan masyarakat. RSUD dr. Iskak menyodorkan satu argumentasi bahwa masyarakat baldatun thayyibatun wa robbun ghofur akan tercapai bila Rumah Sakit masyarakat itu dapat diandalkan. Seperti terlihat dalam dialog antara Dokter Pri dengan para generasi muda yang bertanya, RSUD dr. Iskak telah melakukan berbagai macam inovasi dalam melayani masyarakat.
Kita barangkali masih ingat salah satu pesan Mbah Nun saat Sinau Bareng di komplek Saieda Wonosalam Park Jombang pada Sabtu 15 Oktober 2022 di mana beliau berpesan agar kita sebagai warga negara harus bisa bernegara terutama pemerintah atau pemimpinnya. Hal ini beliau tekankan karena bernegara lebih sulit sebab menyangkut banyak variabel. Pada Sinau Bareng tadi malam di GOR Lembu Peteng Tulungagung kita mendapatkan satu kesempatan belajar bernegara dengan belajar kepada bagaimana RSUD dr. Iskak telah melakukan contoh pengelolaan sumberdaya untuk melayani masyarakat––yang merupakan inti bernegara–dengan pendekatan safe community first di mana RSUD menjadi kumparan utama dari pembangunan daerah. (Bersambung).