Simpul Mutiara
Mukadimah Poci Maiyah Oktober 2024
Seorang biksu sedang bermeditasi di pinggir sungai. Dalam meditasi nya, ia terganggu dengan suara benda jatuh ke sungaiyang dangkal itu. Saat ia lihat, ada seekor kalajengking yang terjatuh, dan ia pun mengangkatnya ke daratan. Setelah iatolong, kalajengking tersebut malah menyengat tangan biksuitu. Kejadian jatuh, ditolong, dan disengat itu sampai 3x, dan orang yang melihat biksu tersebut bertanya :
“Mengapa anda menyelamatkan hewan yang justrumenyengat and”
Kata Biksu :
“Ah, dia menyerang karena dia memang seekor kalajengking, dia hewan. Sedangkan saya, mengapa menolong karenamemang demikianlah manusia seharusnya,”
Ada quote yang sepertinya tepat untuk kondisi tersebut :
Seseorang yang berkata karena ia membaca, akan berbedarasa dengan ia yang berkata setelah sembuh dari luka-lukanya.
Simpul mutiara yang menjadi tema mukodimah Poci Maiyah Bulan Oktober ini, bisa diimpikan seperti anak-anak maiyahyang tersebar di mana saja. Sudah menjadi hukum alam, bahwa sesuatu yang remeh, terkadang justru menjadi sesuatuyang sangat berharga. Seperti mutiara yang tercipta dari debudan pasir yang mengganggu metabolisme kerang selamabertahun-tahun. Dan ketika ia telah menjadi mutiara, ditempatkan di mana saja, ia akan menjadi mutiara. Sekalipunlingkungan dan narasi yang ada di sekitarnya adalah bebatuan, bahkan comberan, mutiara tetaplah mutiara.
Ibarat bermain di pantai, ada yang sekedar kecean (bermainair di pinggiran) , ada yang berenang, dan ada yang menyelamke dasar laut mencari mutiara dan batu mulia. Perjalananmanusia untuk ‘se-nilai’ (seberharga) dengan mutiara, tidakakan ia dapatkan derajat itu hanya dengan perjalanan hidupyang mudah-mudah saja. Bukan sekedar konsisten belajar, tetapi juga menjadikan ilmunya obat dari luka-luka kehidupanyang ia terima.
Setidaknya ada dua tipe manusia dalam hal “menerima deritahidup” :
Pertama adalah orang-orang yang hidupnya otentik. Kehidupan seseorang yang ‘melemparkan’ dirinya ke tengah-tengah masyarakat. Hidup lebih dari sekedar menjadi orang baik, tetapi juga bermanfaat. Hidup lebih dari sekedar jadiorang baik, tetapi juga bermanfaat. Apa bedanya sekedar baikdan bermanfaat? Di maiyah, kita diajarkan tentang keluar darikenyamanan pikiran kita sendiri. Apa yang dilakukan Mbah Nun dan Marja maiyah selama ini, meneladani nabi, melayaniumat, menomorduakan kesenangan personal, atau justrukesenangan adalah ketika melayani umat. Hidup otentikadalah hidup yang mau menerima luka dari orang-orang yang dilukai oleh kekuasaan dan kebodohan.
Kedua adalah jalan hidup artifisial. Jalan hidup kepura-puraan, drama, bermain-main, menolak menerima lukabanyak orang. Tidak bisa disalahkan, sebab jalan hidupseseorang boleh beda-beda. Semua manusia toh akanbertanggung jawab di hadapan Tuhan.
Orang-orang yang kualitas dirinya seberharga mutiara iniyang umumnya mengambil jalan hidup otentik. Sembuh sejakdari hati dan tenang sejak dalam pikiran. Sebab, mana mungkin seseorang akan mampu menenangkan dan ‘menyembuhkan’ orang lain, banyak orang, jika di dalamdirinya sendiri banyak luka yang belum sembuh? Atau lebihjauh, tak tahu apa itu penderitaan, sebab memilih hidup di dalam zona nyaman personalnya saja.
Setidaknya ada dua pendekatan untuk mengenal, mengelola, dan pada akhirnya menyembuhkan ‘luka jiwa’ :
Pertama adalah mereka yang mengambil jalan uzlah, menyepi, mengambil dari beberapa hari atau bulan dalam satutahun, untuk menjauh dari kenyamanan rumahnya. Jalan inidilakukan untuk mengenal rasa sepi, merasa ditinggalkan, tertolak lingkungan, kesulitan makan, tanpa teman, dan dilakukan terus menerus sampai hati dan pikiran rela, menerima, dan akhirnya lapang dada menampung kepedihanyang umumnya dialami setiap orang.
Kedua adalah orang-orang yang memang dari kecil sudahhidup susah, ngenes, belum pernah waras sugih, hinaan dan tidak diterima oleh lingkungan secara ‘otentik’, tidak dibuat-buat seperti orang-orang di golongan pertama tadi. Memangbukan hal yang mudah. Dan lebih sulit lagi ketika seseorangtelah diangkat derajatnya, katakanlah, semakin dekat denganTuhan, ia akan semakin kebingungan manakah yang lebihbaik :
Hidup menderita sebab sedang diperjalankan menjadiberharga, atau
Hidup nyaman tapi ternyata membutakan kesadaran?
Paradoks yang dialami orang-orang dengan kualitas mutiaraini seperti halnya chaos (semesta yang nampak kacau tapiindah). Di balik diri-diri yang tenang dan sembuh, menyimpankerumitan yang mampu mereka kelola dengan indah. Manusia yang berakal sehat akan dilema ketika ia harus memilih :
1. Sakit tapi meruntuhkan dosa, mengangkat derajat, meningkatkan imunitas, atau
2. Sehat, lalu bisa beribadah dan bekerja normal
3. Miskin, tapi sedang di perjalankan menjadi jiwa se berharga mutiara, atau
4. Kaya, lalu bisa beribadah dan beramal (idealnya begitu)
Sehat dan kaya lebih kita sukai, tapi kedua hal itu pasti baik, sebab Tuhan yang maha baik yang menurunkannya.