SHADAQAH DEMOKRASI UNTUK INDONESIA
Semakin dekat menuju pesta demokrasi sesungguhnya. Di detik-detik terakhir proses kampanye semua caleg turun menuju pelosok-pelosok desa. Mempercepat proses penyebaran janji kepada rakyat. Apakah janji itu akan dilaksanakan atau tidak itu urusan nomor 100. Yang nomor 1 bagaimana janji para caleg kepada rakyat tersebut dapat mendongkrak suaranya pada tanggal 14 Februari besok.
Setiap desa terdapat beberapa tim pemenangan caleg yang setiap hari keliling untuk memperkenalkan caleg yang didukung kepada rakyat. Tapi faktanya di lapangan, seperti di desa saya politik uang semakin membabi buta. Rakyat mendasari pilihannya dengan prinsip siapa yang paling banyak memberikan uang itu yang saya pilih. Kita tidak bisa melawan atau mengajak debat orang-orang desa itu tentang bahaya politik uang. Realistis saja, bagi mereka uang 50 ribu sudah bisa digunakan untuk masak 2 hari. Bahkan jika mendapat lebih dari 1 caleg, uang masak 2 minggu aman terkendali.Orang-orang pintar itu yang kita sebut calon wakil rakyat memang sangat pintar memanfaatkan kemiskinan atau ketidakpunyaan rakyat Indonesia.
Ketika tidak sengaja menemukan salah satu tim pemenangan caleg yang keliling untuk mendata dan memfoto KTP orang lalu dijanjikan akan di beri uang. Sempat bertanya kepada yang rela memberikan datanya demi uang 50 ribu.
“Lanopo kok di tampi, Buk?” saya bertanya. “Isok gae masak Leee mene,” Jawab si ibu.
Saya sebagai mahasiswa rasanya tidak bisa mendebat ibu itu karena pilihan hidupnya sangat realistis. Namun tidak hanya rakyat jelata sasaran politik uang, tapi juga pondok pesantren dan kyai. Sungguh miris melihatnya ketika semua orang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang. Ada seorang tokoh agama yang pernah saya temui mengatakan, “Tidak masalah menerima uang yang begitu. Yang penting, jangan sampai masuk ke perut dan perut terhindar dari barang syubhat. ”
Itulah realitanya saat ini. Uang yang jelas-jelas haram karena untuk menyogok suara atau menyuap orang masih di bilang syubhat. Jika uang itu tidak masuk perut lalu di buat beli bensin lalu bensin di buat untuk mencari nafkah apakah itu menggunakan barang syubhat untuk bekerja. Atau dibelikan paket data lalu paket data tersebut digunakan untuk mengerjakan tugas kuliah atau kuliah online. Apakah bisa mendapatkan keberkahan mencari ilmu?
Hati ini rasanya ingin mengeluarkan semua kata-kata itu namun bagaimana lagi beliau sudah saya anggap guru dan tidak berani saya mendebat. Tapi tidak berani mendebat bukan berarti saya menerima uang itu. Saya menolak dengan halus dan jangan sampai hati beliau tersakiti. Di hati saya akan selalu berkobar untuk menolak politik uang meskipun yang menyuruh saya adalah seorang yang derajatnya tinggi diatas saya.
Apakah sikap menolak uang itu aksi yang sok suci, sok alim, dan tidak mau dunia. Hanya orang bodoh yang tidak mau uang. Saya sebagai mahasiswa juga butuh uang buat bayar kos-kosan, bayar UKT dan biaya transportasi sehari hari. Gila saya kalau tidak mempunyai uang. Namun, cara mendapatkan uang itu juga harus diperhatikan agar rezeki berupa ilmu dapat menjadi rezeki yang manfaat dan barokah.
Menolak politik uang sama saja kita shadaqah kepada Indonesia. Mbah Nun pernah berkata bahwa shadaqah itu tidak harus memberi harta tapi kita bermanfaat kepada orang lain itu shadaqah. Kita habis BAB lalu istinja itu shadaqah agar tidak merugikan orang lain.
Jadi, menolak politik uang adalah shadaqah terhadap demokrasi Indonesia yang semakin lama semakin memudar. Meskipun hanya sedikit orang yang mengetahui tentang bahaya politik uang terhadap demokrasi. Saya akan tetap teguh pendirian untuk terus shadaqah kepada Indonesia. Allah melihat perjuangan kita, bukan hasil yang kita dapat. Bukankah dulu Nabi Ibrahim dibakar lalu ada semut yang membantu memadamkan apinya. Padahal mustahil bisa langsung padam apinya. Namun Allah melihat perjuangannya. Sama saja Allah akan melihat perjuangan kita yang menolak mentah-mentah politik uang demi memajukan Indonesia. Meskipun hanya sedikit orang tapi allah akan sigap menerima dan mengabulkan doa kita. Aminn.
Pilihlah calon presiden atau calon legislatif erdasarkan hati yang mencintainya. Berdoalah pada Allah, jika yang saya pilih amanah dan mengutamakan rakyat maka Allah berkahi perjuangannya, namun jika khianat kepada rakyat maka laknat dan makarlah Allah pada mereka.
Mojokerto 11 Februari 2024
Jamaah Maiyah Nusantara, Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, tinggal di Gedeg Mojokerto Jawa Timur.