Reportase Maiyah Cirrebes Edisi Maret 2024

Alhamdulillah rutinan maiyahan Simpul Masyarakat Maiyah Cirrebes bulan ini (30 Maret 2024) sangat penuh dengan kebahagiaan dan mudah-mudahan tersirami keberkahan. Selain karena bertepatan di bulan Ramadhan, maiyahan kali ini kedatangan Mas Sabrang Mowo Damar Panuluh. Ini adalah rezeki dari Allah untuk masyarakat Maiyah Cirrebes untuk menimba ilmu dari Mas Sabrang.

Rutinan maiyahan bulan ini bertempat di desa Pasuruan Kecamatan Pabedilan Kabupaten Cirebon. Sedari sore menjelang buka puasa, pendopo balaidesa sudah ditata menjadi tempat acara oleh penggiat. Backdroop dan banner sudah terpasang dan sound system andalan kepunyaan salah satu penggiat, Mas Sugeng dari SNY Production juga sudah sound check sehabis ashar.  

Bakaa tarwih, maiyahan diawali terlebih dahulu dengan tadarrus al-Qur’an kemudian langsung disambung dengan tawashshulan yang sudah seperti biasanya dilaksanakan pada setiap rutinan sebelum-sebelumnya. Pada tawashshulan kali ini juga kami mendapatkan hadiah dari Allah dengan kehadiran Habib Husain yang memimpin Mahalul Qiyam dan doa.

Tepat pukul 21.30 WIB, Mas Sabrang naik ke tempat acara.

Tema kali ini adalah “Kenyang dan Lapar”, merujuk pada tulisan Mas Sabrang tahun 2018 di rubrik Tetes pada halaman caknun.com.

Lihat juga

Mas Sabrang langsung meresponsnya dengan membedah tindakan aktivitas manusia dalam berbagai tipe. Ada tipe tumbuhan. Tipe ini merujuk pada tumbuhan yang bertindak atau beraktivitas yang dipengaruhi lingkungannya. Tumbuhan tumbuh atau berbuah tergantung pada lingkungan atau musimnya.

Ada juga tipe hewan. Tipe ini merujuk pada tindakan atau aktivitas yang dipengaruhi dorongan hawa nafsunya. Dorongan nafsu ini bisa menerobos keadaan lingkungan, karena dorongan dari dalam nafsu ini lebih besar ketimbang pengaruh lingkunganya. Seperti halnya macan akan terus mencari makan walaupun cuaca sedang hujan.

Sedangkan manusia mempunyai akal. Akal ini yang mempengaruhi pertimbangan tindakan aktivitas manusia yang berposes menjadi akhlak. Manusia yang berpuasa, meskipun dorongan nafsu dan lingkungannya bisa menjadikan dia untuk batal puasa, tapi akalnya mempengaruhinya untuk tidak batal puasa, karena sebelumnya sudah ada tekad dan niat untuk berpuasa. Inilah yang membedakan manusia dengan hewan, manusia mempunya akal yang bisa menformulasi niat dalam setiap tindakannya. Sebab akal itu menjadi alat atau jembatan untuk mengikuti fatwa hati.  Oleh karena itu, Rasulullah mengajari umatnya untuk mengucapkan bismillah dalam setiap awal tindakanya. 

Dengan kata lain Mas Sabrang  menekankan bahwa bahwa bulan Ramadhan ini mengingatkan dan melatih manusia untuk mengedepankan akal ketimbang hawa nafsu ataupun pengaruh lingkungannya. 

Pada rutinan Maiyah kali ini, kami juga kedatangan Om Didik Raharyono yang telah 27 tahun meneliti Harimau Jawa. Ini kali kedua beliau menyambangi Masyarakat Maiyah Cirrebes, setelah sebelumnya pada tahun 2019 di bulan yang sama ikut membersami kami semua. 

Mengenai tema Kenyang dan lapar ini, beliau menceritakan bahwa Harimau itu lebih sering lapar ketimbang kenyangnya. Dalam satu minggu harimau hanya makan dua hari, selebihnya adalah berpuasa. Dalam perjalanan hidupnya lebih banyak laparnya. Sehingga ada pepatah Jawa “mlakune kaya macan luwe” artinya; jalanya seperti harimau lapar. Penuh dengan kewibawaan dan keindahan.

Sehingga Harimau sering menjadi simbol kewibawaan dan keindahan. Seperti Macan Allah yaitu Jibril dan Macannya umat Rasulullah adalah Sayyidina ‘Ali.

Beliau juga menjelaskan bahwa ketika dalam keadaan lapar, sel-sel yang yang sudah tidak bermanfaat dalam tubuh kita itu dimakan oleh sel-sel yang masih sehat. Dengan kata lain, lapar atau keadaan berpuasa adalah proses pembersihan yang nanti ujungnya adalah fitroh.

Setelah Mas Sabrang dan Om Didik merespons tema kenyang dan lapar, acara dilanjutkan dengan penampilan tari topeng Losari dari anak didik dari Mban Nani Sanggar Purwakencana Losari. Penampilan tari topeng Losari ini bukan yang pertama kalinya dalam khazanah maiyahan. Tari topeng Losari juga pernah tampil di acara Mocopot Syafaat Yogyakarta dan di Kenduri Cinta Jakarta.

Seperti biasanya maiyahan kali ini juga dilengkapi dengan sesi tanya jawab dan diskusi dengan jamaah. 

Mengenai adanya pernyataan bahwa kalau Mas Sabrang menyampaikan pemahaman itu butuh waktu dan kadangkala tidak mudah untuk dapat menangkap maksudnya. Beliau merespons dengan menyatakan bahwa beliau ingin memberikan hadiah yang terbaik yang beliau miliki. Beliau tidak ingin memberikan yang dogmatis seperti umumnya orang, beliau ingin memberikan sisi yang lain, agar kalau kita melakukan sesuatu itu bukan karena pengaruh lingkungan atau denger-denger. Melainkan karena pemahaman berdasarkan keputusan akal manusia.

Belajar bersama kali ini berakhir sampai pukul 01.30 WIB dini hari, setelah sebelumnya para jamaah diajak melantunkan 2 nomor shalawat oleh Mas Fahmi dan kawan-kawan. 

(Redaksi Cirrebes) 

Lihat juga

Back to top button