REKAM PERJALANAN METODE MANHAL

“Sejak kita berniat untuk belajar (Al-Qur’an), kita sudah dicintai oleh Allah. Bisa jadi, ngaji merupakan sebuah perantara untuk datangnya kebaikan bagi kita.”

Mbah Nun menyampaikan pesan tersebut dalam acara Mocopat Syafa’at, pada malam terakhir kami di Jogja sebelum kembali ke Malang, Ahad tanggal 18 Desember 2022 lalu.Kutipan tersebut menguatkan semangat kami untuk terus mengaji dan mengkampanyekan Baca Tulis Al-Qur’an metode Al-Manhal kepada seluruh masyarakat melalui perantara saudara-saudara di Maiyah.

Sebelumnya, safar dalam rangka mengampanyekan Metode Al-Manhal kami mulai pada hari Jum’at 16 Desember 2022. Berangkat dari Malang pada pukul sekitar 19.00, kami sampai di rumah Kasihan, TK IT Alhamdulillah, sekitar pukul 03.30.

Pada hari Sabtu pagi, kegiatan kami diawali dengan melakukan pengenalan metode Al-Manhal kepada guru-guru TK IT Alhamdulillah, dengan diisi sesi dialog dan bertukar pengalaman bersama para guru. Bu Izzah dan Bu In menjadi wakil dialog kami dengan para guru pada pagi hari itu. Melalui beberapa pertanyaan dan tanggapan dari para guru, kami menemukan banyak keresahan yang sama dari segi pengajaran baca tulis Al-Qur’an, khususnya bagi anak usia dini, dan hal itulah yang membuat kami semakin terdorong untuk mengupayakan percobaan penerapan metode Al-Manhal untuk anak-anak di usia dini. Alhamdulillah, niat baik kami disambut penuh oleh para guru di TK IT Alhamdulillah, yang nantinya bersedia mengikuti pelatihan guru metode Al-Manhal, dan metode tersebut rencananya akan digunakan bersama di semester genap tahun ajaran ini (2022-2023).

Beberapa pertanyaan yang menarik dari pertemuan dan diskusi kami pada waktu itu adalah mengenai testimoni peserta ngaji, bagaimana efektivitasnya dan penerapannya secara teknis kepada siswa secara umum. Tentunya pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan mudah oleh rekan-rekan dari Al-Manhal, mengingat proses uji coba yang dijalankan bersama telah berjalan kurang lebih 5 bulan ini, dan juga pemahaman rekan-rekan akan konsep metode Al-Manhal juga telah cukup jelas melalui telaah bersama dan diskusi-diskusi sebelumnya, sehingga tidak sulit bagi mereka untuk menjelaskannya kepada para audiens.

Selanjutnya, sekitar waktu ba’da dzuhur, kami berangkat ke rumah Kadipiro untuk mengenalkan lebih mendalam mengenai metode Al-Manhal kepada saudara-saudara Maiyah yang hadir pada saat itu. Sebelumnya, karena metode Al-Manhal telah diperkenalkan pada acara Silatnas 11 Desember lalu, maka tidak butuh waktu lama bagi kami untuk menyampaikan kembali tentang metode Al-Manhal. Kegiatan kami kali ini banyak diisi dengan diskusi dan elaborasi oleh saudara-saudara pegiat Maiyah di Jogja, seperti Mas Helmi, Cak Trip, Pak Mus, Pak Nawi dan Pak Riyadi.

Diantara poin-poin yang menarik bagi kami salah satunya adalah pesan dari Pak Mustofa W. Hasyim mengenai bagaimana metode yang dinilai sangat dibutuhkan di era sekarang ini. Metode tersebut harus berisi tiga unsur, yang beliau sebut sebagai 3M, yakni; menyenangkan, menyegarkan, dan mencerdaskan. Unsur tersebut dapat melengkapi metode Al-Manhal sebagai sebuah metode yang fleksibel dan adaptif, agar jangkauan dari pembelajaran dengan metode Al-Manhal benar-benar dapat mencapai seluruh rentang usia di kalangan masyarakat luas. Kemudian Cak Trip, melihat metode Al-Manhal sebagai sebuah gebrakan baru dalam metode pembelajaran baca tulis Al-Qur’an, seperti gaya Grunge dalam bermusik, atau Postmodern dalam filsafat, metode Al-Manhal merupakan metode baru yang unik dan otentik, serta dapat menjadi sangat fleksibel dan adaptif dalam penerapannya.

Sore harinya setelah selesai berdiskusi bersama saudara-saudara Maiyah di Kadipiro, kami berangkat menuju tempat wisata Taman Sari, namun sayangnya tempat yang akan kami kunjungi tersebut telah tutup, sehingga mengharuskan teman-teman untuk kembali ke rumah Kasihan. Kami beristirahat sejenak, bersih diri, sambil bercengkerama dan makan malam di Moon Cafe, sebelum mempresentasikan metode Al-Manhal pada acara Mocopat Syafa’at di Sabtu malam, tanggal 17 Desember lalu.

Sekitar pukul 20.00, forum Macapat Syafa’at dimulai. Diawali oleh Mas Helmi sebagai pembuka dan pengantar, dilanjutkan dengan Cak Trip kemudian yang lainnya. Hingga akhirnya Mbah Dil diundang ke atas panggung bersama kami, untuk memperkenalkan Metode Manhal. Beberapa saat kemudian, Mbah Nun ikut naik ke atas panggung untuk menemani penyampaian kami. Diawali dengan paparan Mbah Dil, mengenai dasar pemikiran munculnya metode Manhal, kemudian dilanjutkan oleh Gus Maul tentang sejarah perumusan metode Manhal oleh Almarhum Nurcholish Madjid, yang awalnya ditujukan untuk anak-anak beliau sendiri, kemudian disempurnakan oleh Mbah Fuad menjadi yang kita kenal sekarang. Setelah penjelasan singkat dari Gus Maul, Mbah Nun memberikan tambahan dan tanggapannya atas pengenalan metode ini. Seperti biasanya, Mbah Nun selalu mampu mencairkan suasana dan menghadirkan canda tawa ditengah-tengah seriusnya jama’ah setelah menyimak pengenalan metode Manhal. Beliau juga menceritakan sedikit bagaimana hubungan kedekatan beliau dengan Almarhum Cak Nur. Sebelum kembali ke pembahasan lebih lanjut mengenai metode Manhal, beliau mengajak para jama’ah untuk bersholawat bersama dengan Kiai Kanjeng, yang kebetulan juga membawakan sebuah lagu mengenai nama-nama hari, huruf, dan aksara.

Setelah itu, kembali ke pembahasan mengenai metode Manhal, Mbah Nun memberikan beberapa pertanyaan kepada kami, seperti bagaimana praktiknya secara langsung dan bagaimana testimoni dari para pelajar yang sudah mengikuti pembelajaran metode Manhal. Gus Maul mempersilakan kami untuk memberikan testimoni, diawali dengan Mas Awan yang banyak bercerita latar belakang belajar Al-Qur’an beliau sebelum bertemu dengan metode Manhal. Dilanjutkan dengan saya, seorang pelajar serabutan yang kemudian tersesat dan akhirnya menemukan metode Manhal, alhamdulillah. Kemudian Mbak Novia, yang juga banyak bercerita tentang awal mengapa ia datang untuk belajar mengaji metode Manhal, setelah sempat vakum selama beberapa tahun dari mengaji Al-Qur’an, menurut pengakuannya. Seusai penyampaian testimoni dari kami, Mbah Nun mempersilahkan para jama’ah untuk memberikan pertanyaan atau pendapat dan apapun. Dari sini juga kami menemukan beberapa hal yang belum sempat kami pikirkan, salah satunya adalah mengenai digitalisasi dalam metode Manhal.

Pada beberapa kesempatan di tengah-tengah diskusi, Mbah Nun dan Mbah Dil ikut memberikan tanggapan dan pengingat, bahwasanya setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, dan semua metode itu baik, karena setiap tujuannya pun sama yakni untuk memahami Firman-Nya. Metode Manhal adalah satu dari sekian banyak metode yang dapat mengantarkan kita pada pesan-pesan dan nilai-nilai yang diberikan oleh Allah swt. Yang kita semua butuhkan saat ini adalah kesadaran. Kesadaran agar mau belajar, kesadaran agar mau mengajar, dan kesadaran agar mau memahami apa yang selama ini Allah ingin sampaikan kepada kita. Maka mari kita bangun kesadaran itu, seraya terus mendekatkan diri kepada Al-Qur’an. Forum Mocopat Syafa’at berakhir sekitar pukul setengah satu dini hari, ditutup dengan sholawat oleh Kiai Kanjeng dan doa oleh Mbah Nun seperti biasanya. Dini hari itu juga, kami kembali ke Malang dengan banyak pelajaran dan pengalaman baru, yang akan terus kami elaborasikan dengan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an metode Manhal.

Lihat juga

Back to top button