RANGKAIAN SILATURAHMI PENGGIAT MA’SYAR MAHAMANIKAM SAMARINDA

Tidak ada perbedaan melainkan membawa rahmat. Begitu pula yang dirasakan sebagian penggiat Simpul Maiyah Ma’syar Mahamanikam Samarinda Kalimantan Timur. Sebagian dengan kedaulatan berlebaran setelah menjalankan puasa Ramadan selama 29 hari dan melaksanakan shalat Idul Fitri di hari Jum’at 21 April 2023. Dijalani dengan kemesaraan. Tetap menjaga adab terhadap saudara-saudara di hari itu yang masih menjalankan puasa Ramadan.

Pagi itu di lapangan SMK N 4 Samarinda sebagain penggiat Ma’syar Mahamanikam melaksanakan shalat Idul Fitri yang diselenggarakan kepanitiaan Yayasan Pendidikan dan Dakwah Al-Misbah. Pada khutbahnya khatib berpesan bahwa tidak ada kemenangan yang didapat tanpa adanya perjuangan dan pengorbanan dibarengi kesabaran, sebagaimana Nabi Allah Musa As. yang telah Allah sebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 166 kali di dalam 36 surat. Kemenangan harus disyukuri dengan kewajaran dan kepatutan.

***

Perjalanan silaturahmi terlaksana di tanggal 23, 25, dan 28 April. Jum’at 28 April ditutup dengan kupatan di rumah Mas Budi sekaligus rasa syukur tertautnya dalam persaudaran di Maiyahan. Baru aktif kumpul melalui agenda futsal setiap malam Senin, di minggu pertama dan ketiga setiap bulan. Sebagian penggiat memang menggagas futsal sebagai ikhtiar menjaga fisik dan kebugaran. Sebagian lainnya setiap malam Sabtu dengan tenis meja. Malam itu sembari menyantap ketupat kombinasi sayur santan kates muda dan ayam bumbu merah, Ibunda Mas Budi berkata “kalau di undang orang tua ke rumah itu ya dihargai. Upayakan datang sekalipun sibuk sekali, orang tua itu senang melihat anak-anaknya rukun, tidak ada yang diminta selain didoakan”.

Lihat juga

Senja itu Minggu 23 April berduyun rombongan kecil menuju Jl. Sukerejo kecamatan Samarinda Utara. Disambut Pak Herman, lebih dulu rombongan diminta menyantap sajian prasmanan. Setelahnya baru ngobrol nyantai di selasar kafe. Tempat open house tahun ini, kafe yang baru saja selesai pembangunannya. Di sela obrolan, Pak Herman sesekali menyapa handai taulan yang hadir. Sebagai salah satu orang tua di Komunitas Ladang yang konsen di kesenian tak dipungkiri memang luas jejaring pertemanan Pak Herman. Obrolan senja mengalir ke arah kerapian dan ketertataan adalah kunci awetnya pertalian pertemanan, pertemanan karena apa saja. Karena bab tentang rapi dan tertata tak habis, ia bersambung terus bahkan mengalami peningkatan dalam pengaplikasian dan pemaknaan.

25 April, malam Jum’at di studio Komunitas Ladang tempat biasa Maiyahan berlangsung, Pak Syafril Teha Noer menjamu teman-teman penggiat Ma’syar Mahamanikam yang sudah mengatur janji untuk bersilaturahmi. Buya, biasa teman-teman penggiat Ma’syar Mahamanikam menyapanya, menerima dengan keriangan. Sebagai wartawan senior salah satu media cetak Kalimantan Timur yang sudah pensiun tidak lantas membuat ruh kewartawanannya ikut pensiun. Terbukti malam itu Buya membedah habluminannas (hubungan baik dengan manusia) dengan disiplin kewartawanan. Dalam hubungan pasti ada dinamika, basisnya tidak menimbulkan masalah, selama ada kesepakatan membangun konvensi. Ada kesepakatan yang sama-sama tahu. Maka dalam pergaulan tidak ada tarik menarik. Semua bisa menerima. Apa, siapa, kapan, mengapa, di mana, dan bagaimana hubungan baik dengan manusia sewajarnya memang tidak menimbulkan masalah. Yang ada mengurai masalah.

Di hari yang sama Jamis siang 25 April silaturahmi ke Yai Muzammil-nya Ma’syar Mahamanikam, begitulah penggiat Mahamanikam menggelarinya. Bapak Fathul Ulum, orang Jember yang sudah lama menetap di Samarinda. Cak Ulum kami bisa menyapanya. Cak Ulum selalu hadir dengan candaan yang menyegarkan. Basis ilmu fiqih terapan menjadi yang ditunggu di setiap momentum Maiyahan. Satu di antara orang tua yang menyertai tumbuhnya benih Maiyah di Samarinda khususnya, berlatar belakang pendidikan pondok pesantren. 

Cak Ulum kini memang jarang membarengi Maiyahan bulanan di studio komunitas ladang. Maiyahan Cak Ulum sekarang di Langgar As-Salam Gg. 04 jalan D.I Panjaitan Kecamatan Sungai Pinang. Menjadi imam shalat rawatib dan guru mengaji anak-anak sekitar Langgar. Silaturahmi kali ini Cak Ulum menyampaikan bagaimana ia berada di tengah-tengah perebutan pengaruh antar orang tua pengurus langgar, juga macam-macamnya tingkah anak-anak yang belajar mengaji. Keduanya Cak Ulum akomodasi, dibersamai, diemong hatinya.

(Suhartono/Redaksi Ma’syar Mahamanikam) 

Lihat juga

Back to top button