Poin-poin Sinau Bareng Mbah Nun dan KiaiKanjeng di Tambak Oso, Waru, Sidoarjo

  • Kalau diurut dari alif sampai ya‘, manusia yang alif itu Kanjeng Nabi Muhammad. Hubungan kita yang terpenting dengan Kanjeng Nabi adalah cinta.
  • Kalau hati kita sumeleh, pada pertemuan kita hari ini hidup kita diubah oleh Allah. Yang sulit dipermudah. Yang gelap dicerahkan. Yang sulit pekerjaannya, ditunjukkan jalan kemudahan. Syukur-syukur yang pekerja, dinaikkan gajinya oleh perusahaan.
  • Mari kita menempelkan diri kepada cinta kita kepada Rasulullah.
  • “Jangan melihat saya (sambil mendengarkan suguhan nomor Hubbu Ahmadin dari KiaiKanjeng), bayangkan kita melihat Kanjeng Nabi hadir berhadapan dengan kita,” tutur Mbah Nun.
  • Seumpama, dirimu tidak tahu dari apa yang disampaikan Mbah Nun malam ini tidak apa-apa. Asal hati kita ikhlas. Karena yang Sinau bukan hanya pikiran kita, tapi juga hati. Yang penting dari Sinau Bareng malam ini mau menyimak dan mendengarkan.
  • Mengenai Sarip Tambak Oso, mempunyai saudara bernama Saropah. Sarip senjatanya pisau dapur. Rumah Sarip terletak di etan kali. Sedangkan yang berada di kulon kali, bernama Paidi yang bersenjatakan jagang baceman.
  • Sarip itu maling budiman. Karakternya brangas.
  • Cerita meninggalnya Sarip, terjadi ketika Saropah yang dimintai uang oleh Sarip, dengan tujuan untuk disumbangkan oleh Sarip ke orang yang membutuhkan. Ketika itu Saropah tidak mau memberikan uangnya, dan dibela keluarga Paidi. Terjadilah perkelahian senjata pisau dapur melawan jagang baceman, berakhir meninggalnya Sarip.
  • Sarip meninggal dibuang di sungai. Ibunya tahu ketika nyuci baju di pinggir sungai, mengetahui air bersimbah darah, ternyata itu darah dari Sarip.
  • Sarip mendapat sepoto dari bapaknya yang ahli tirakat. Bahwa Sarip tidak akan meninggal sebelum ibunya meninggal. Ketika tahu mayat Sarip yang mengapung di sungai itu, ibunya memanggil Sarip, “Rip, gurung wayahe”.
  • Seketika itu Sarip yang meninggal, hidup kembali.
  • Perihal sejarah itu, harus kita bijaksanai dengan hati-hati. Jangan membid’ahkan sesuatu yang kita belum tahu sebenarnya.
  • Yang patut kita teladani dari Sarip itu selain kendel-nya, cinta kepada orang tua dan kaum dhuafa.
  • Sanad dari Sarip adalah dari Sayyidina Hasan, Ali bin Abi Thalib, nyambung ke Nabi Muhammad.
  • Kalau bisa kita mempelajari ilmu dari Sunan Kalijaga. Karena ilmu beliau hikmah semua. Ibarat perhiasan, ilmu Sunan Kalijaga itu mutiara.
  • Belajar dari khasanah ilmu dari Wali Anom, Sunan Kalijaga: Sastrajendra Hayuningrat, Pangruwating Diyu. Sastrajendra Hayuningrat artinya usaha untuk menghormati dan meng-uri-uri alam semesta, sedangkan Pangruwating Diyu artinya pokoknya yang baik-baik dikembangkan dan membuang segala yang buruk.
  • Hubungan kita dengan Allah, makhluk dan alam semesta adalah cinta. Cinta itu hubungan hati dengan hati manusia secara tulus.
  • Kita akan mempunyai penghayatan mendalam, jika kita mau tartil dan teliti pada setiap ayat di surat Al-Fatihah. Allah terasa hadir begitu mesra jika kita mau menghayati ayat-ayat Al-Qur’an. Goal-nya kita akan merasa asyik menghayati setiap ayat Al-Qur’an yang diajarkan oleh Allah.
  • Terhadap rezeki yang kita miliki, masalahnya bukan pada jumlah uang, tetapi pada sikap hati dan pikiran kita, jika kita mempunyai uang 10.000 atau 1.000.000. Pada 10.000 hati kita berbeda supaya menjadi rezeki, sedangkan pada 1.000.000 hati kita harus tepat supaya menjadi rezeki.
  • Semua kebaikan kita peruntukkan untuk Allah. Meskipun kita bernyanyi, diniatkan untuk mensyukuri suara pemberian dari Allah.
  • Yang namanya setan iri kepada manusia, karena seburuk-buruknya manusia bisa menjadi baik. Sedangkan setan sebaik-baiknya tetap saja buruk. Kita sebagai manusia sudah dienakkan oleh Allah. Dua hal menurut Kanjeng Nabi yang perlu disyukuri, yaitu sehat dan sempat.

Lihat juga

Back to top button