NGOBROL ASIK BERSAMA MAS SABRANG, MAS BAGUS MULJADI, DAN PROF. PATRICK WHEELER
“Teknologi terkini, apa?” menjadi pertanyaan pemantik sekaligus tema besar “Ngobrol Bareng Sabrang dan teman dari Negeri Seberang.” Acara ini berlangsung pada Kamis malam, 10 November 2022 di Rumah Maiyah, Kadipiro Yogyakarta. Mas Sabrang, B. Math.,B.Sc. bersama Professor Patrick Wheeler dari University of Nottingham dan Mas Dr. Bagus Muljadi, dosen pengajar di kampus yang sama, hadir sebagai narasumber.
Kedua akademisi itu mengawali perkenalan dengan sedikit menceritakan aktivitas riset dan bidang teknologi yang mereka geluti. Prof. Patrick di bidang elektro dan Mas Bagus pada energi panas bumi dan matematika komputasi. Kemudian, keduanya secara bergiliran membeberkan bagaimana ide, riset, dan teknologi bekerja.
Setelah perkenalan dan uraian singkat, Mas Helmi memberikan kesempatan hadirin melempar umpan balik. Pertanyaan demi pertanyaan terlontar, Prof. Patrick dan Mas Bagus membagikan perspektifnya masing-masing. Di sela-sela keduanya, Mas Sabrang turut memberikan jawaban elaboratif dengan bahasa lebih cair.
Salah satu pertanyaan yang cukup menggelitik terlontar dari salah satu hadirin. Ia menanyakan kemungkinan teknologi menggantikan semua kinerja manusia, termasuk kinerja hati. Prof. Patrick sempat agak tercengang dengan pertanyaan tersebut, kemudian ia menjelaskan secara mendasar bagaimana muasal teknologi diciptakan. Menurutnya, ide penciptaan teknologi lahir untuk membantu manusia menyelesaikan persoalan. Dengan begitu, Ia mendudukkan teknologi sebagai piranti, bukan sepenuhnya sebagai pengganti.
Ketika ditanya parameter kemajuan peradaban manusia menggunakan teknologi, Prof. Patrick menggarisbawahi kata necessity atau keperluan. Sehingga, tolok ukur maju mundurnya manusia merespons teknologi, baik personal maupun komunal, bukan terletak pada kemutakhirannya, melainkan fungsinya. Sejauh mana teknologi itu berdampak pada pengguna dengan asas manfaat.
Selanjutnya, Mas Sabrang juga mengingatkan bahwa teknologi itu netral, penggunanyalah yang bisa mengarahkan pada hal baik atau buruk.
Diskusi semakin menarik ketika masuk pada konteks Indonesia hari ini, utamanya dunia pendidikan tepat di mana ide dan gagasan seharusnya diproduksi. Mas Bagus secara apik membagi gambaran pendidikan di Inggris. Metode Student Centred Learning yang memosisikan murid bukan sebagai objek berdampak besar pada pertumbuhan ide dan rasa keingintahuan pelajar di Inggris, dua hal krusial yang menopang proses penciptaan teknologi.
Pengalaman pendidikan di Inggris itu dielaborasi Mas Sabrang dengan menjelaskan konsep pendidikan. Menurutnya, pendidikan adalah moment of enlightenment atau peristiwa pencerahan. Peristiwa tersebut salah satunya lahir dari pertarungan ide. Kampus sudah selayaknya menjadi tempat yang nyaman untuk mewadahi proses tersebut.
Prof. Patrick harus undur diri terlebih dahulu karena ada agenda lain. Sebelum pulang, ia menyatakan kekagumannya pada hadirin dan suasana diskusi yang dibangun, santai namun gayung terus bersambut. Mas Bagus sempat mengantarkan Prof. Patrick ke halaman dan kembali ke pendopo. Ia bertahan sampai acara selesai. Menurutnya, diskusi malam itu tidak kehilangan esensinya. Diskusi juga sangat terbuka berbeda dengan yang biasa ia alami di ruang seminar yang cenderung kaku dan terbatas.
Sesi tanya jawab dan sinau bareng berlangsung intens sampai tanpa terasa sudah berjalan hingga pukul 24.00 WIB. Aspek-aspek terkait teknologi tanpa terasa mengalir diobrolkan dari teknologi dilihat dari sejarah kolonialisme, etos memilah antara ide dan diri dalam konteks tradisi ilmiah, pendidikan sebagai “investasi”, negara dan konsep pengembangan sumber daya warganya, gap antara ide dengan kesadaran manusia akan urgensi ide tersebut, hingga kesehatan mental. Saling tukar ide menjadikan diskusi malam itu menyediakan oleh-oleh yang bisa dibawa pulang hadirin.[]