NGAJI HIKMAH DI SAUNG RUMI
Setiap Jumat adalah hari yang khusus untuk sedulur Poci Maiyah Tegal, karena setiap Jumat malam ada jadwal untuk berkumpul dalam lingkaran kecil. Forum ini merupakan forum “dapur” penggiat-penggiat Poci Maiyah. Selain untuk mempersiapkan majelis ilmu bulanan, juga untuk menjalin keakraban dan mewedar ilmu dan hikmah.
Pada Jumat lalu yakni 16 Juni 2023 yang adalah Jumat ketiga di bulan Juni sedulur Poci Maiyah berkumpul di Saung Rumi untuk bertemu berkumpul bersama-sama membaca syair Maulana Rumi dalam Kitab Matsnawi. Saung Rumi merupakan tempat yang diinisasi teman-teman atas inspirasi waktu itu dari Almarhum Beben Jazz.
Dihadiri 8 orang mulai pukul 21.30 WIB kami saling ngobrol tentang kabar, kemudian memasuki pukul 22.20 WIB sebelum memulai pembacaan syair Maulana Rumi kami bersama-sama berwirid Maulawiyah. Setelah itu kami mulai membaca syair dalam Kitab Matsnawi Jilid 1 bait 437 sampai 499. Setelah membaca syair kemudian kami sama-sama melakukan sinau pemahaman atas syair-syair yang baru dibaca.
Malam ini bait ke-468 adalah penggalan bait yang mulai dibahas sinau bareng. Bait itu berbunyi “Kecuali tawakkal, kecuali berserah diri dalam segala hal, segala bentuk sedih dan bahagia adalah makar perangkap.” Kemudian disambung oleh penggalan bait yang lain yang menurut salah satu yang hadir malam itu menarik yakni bait 470 yang berbunyi “hukum perintah dan larangan bukan untuk diamalkan, tapi untuk menunjukkan ketidakmampuan kita”.
Dari total 62 dua bait yang dibaca malam itu memang tidak semua dibahas satu persatu tetapi hanya dibahas oleh yang hadir yang merasakan sentuhan atas penggalan bait-bait tersebut, karena ada yang mengatakan bahwa Kitab Matsnawi Maulana Rumi adalah cermin, maka bait berapapun yang bisa disentuh di situlah posisi ruhani bagi para pembacanya.
Meskipun tidak kita bahas semua tetapi dalam 62 bait yang dibaca malam itu adalah bait tentang kisah seorang wazir yang melakukan makar terhadap pemeluk agama Isa. Bagian ini kemudian disampaikan oleh Kang Luay dengan sebuah pertanyaan: Bagaimana caranya menghancurkan kaum yang sudah kokoh dan bersatu? Dengan kebohongan atau dengan kebenaran? Jawabannya untuk menghancurkan suatu kaum yang sudah kokoh adalah dengan menyampaikan kebenaran yang disampaikan dengan sepenggal. Seperti digambarkan dalam kisah di 62 bait yang dibaca malam itu yakni si wazir menyampaikan kebenaran dengan sepenggal-sepenggal kepada 12 golongan pengikut Nabi Isa.
Memasuki pukul 00.00 sinau bareng Kitab Matsnawi ini rampung kemudian dilanjutkan dengan obrol-obrol santai.
(Redaksi Poci Maiyah)