MILAD KE-23, GAMBANG SYAFAAT MENJAGA CAHAYA

(Liputan Majelis Ilmu Maiyah Gambang Syafaat Semarang, 25 Desember 2022)

Dalam rangka memperingati Milad ke-23 Gambang Syafaat, dalam Majelis Ilmu Maiyah Gambang Syafaat edisi Desember 2022 ini, para penggiat Gambang Syafaat melaksanakan tasyakuran yang bertemakan “Menjaga Cahaya”. Acara ini berlangsung di Masjid Diponegoro Undip Pleburan. (Minggu, 25/12/22)

Acara tersebut dihadiri oleh Pak Saratri, Pak Ilyas, Pak Fauzan, Cak Muhajir, Cak Jhion, Mas Wakijo dan Kang Dur, serta keluarga besar Maiyah Gambang Syafaat. Selain itu, teman-teman simpul maiyah lain turut memeriahkan acara ini, seperti Maiyah Alternatif Jepara, Maiyah Demak Kudus, Maiyah Sendon Waton Rembang, dan Maiyah Gugur Gunung Ungaran.

Rangkaian acara dimulai dengan Munajatan bersama yang dipimpin oleh Cak Jhion. Kemudian dilanjut dengan Mukaddimah, Potong Tumpeng, dan Diskusi.

Prosesi potong tumpeng dilakukan oleh Pak Ilyas. Beliau memberikan potongan pertama kepada Mas Syahroni selaku Sekjen Gambang Syafaat. Setelah potong tumpeng selesai, Gambang Syafaat membagikan makanan kepada audiens. Kemudian makan bersama dan diselingi dengan musik yang dibawakan oleh Mas Wakijo.

Dalam mukaddimahnya Pak Fauzan sebagai pembina Gambang Syafaat menyampaikan,  di usai ke-23 ini semoga Gambang Syafaat mampu bertahan dan berkembang, serta tentunya banyak memberikan manfaat kepada khalayak umum.

Pak Saratri selaku sesepuh Gambang Syafaat jjuga mengatakan bahwa maiyah itu unik. Berbeda dengan kegiatan-kegiatan yang lain. Bisa dikatakan Maiyah adalah forum yang mendekatkan kita kepada cahaya (sang pencipta).

“Maiyah layaknya cahaya lampu. Tanpa memberikan undangan, penggiat Maiyah berdatangan ke forum tanpa ada unsur paksaan. Mereka datang sendiri dengan ikhlas,” ujarnya. 

Kemudian dilanjut oleh Pak Ilyas selaku sesepuh juga. Beliau mengatakan, cahaya itu terpancar dari diri kita. Seperti halnya puasa dan shalat. Terkadang masih ada yang berpikiran bahwa shalat dan puasa itu adalah output. Padahal keduanya adalah input untuk memberikan cahaya dalam diri.

“Shalat dan puasa itu input. Yang mana outputnya adalah perilaku. Oleh karena itu orang yang mampu menjaga keduanya akan memancarkan energi positif,” papar Pak Ilyas. 

Diskusi diakhiri pemaparan Gus Aniq selaku ”dosen” Gambang Syafaat. Gus Aniq menjelaskan, setiap manusia memiliki cahaya kerasulan. Hal ini dibuktikan pada Surah At-Taubah ayat 128, yang berbunyi “laqad jā`akum rasụlum min anfusikum ‘azīzun ‘alaihi mā ‘anittum ḥarīṣun ‘alaikum bil-mu`minīna ra`ụfur raḥīm”. Untuk mendapatkan cahaya tersebut manusia harus memenuhi 4 elemen dasar, yakni ‘Azizun, ‘Anittum, ‘Harisun, dan Rahim. 

“Jika manusia mampu menerapkan 4 modal tersebut. Maka dalam dirinya akan terpancar cahaya yang positif. Kendati demikian, modal itu juga berfungsi untuk muhasabah diri sendiri. Setelah dalam diri ada cahaya, selanjutnya cahaya tersebut akan berdampak pada tataran sosial,” pungkas beliau. 

Lihat juga

Back to top button