MENITI JALAN “BELUM” MENDEKATI FRUSTRASI 

Berangkat dari apa yang dikisahkan oleh beberapa sahabat Simbah dan juga oleh Simbah sendiri, dalam acara Sastraliman; Sinau Bareng Melalui Buku “M” Frustrasi, di Rumah Maiyah Yogyakarta, 5 Februari 2022. Dari gelaran acara ini, banyak kisah dapat kita teladani sebagai anak cucu Maiyah. Misalnya, dari potret situasi pada era tersebut itu saja, banyak hal yang begitu berarti untuk dapat kita pelajari—konsep dan cara pandang menjalani situasi penuh derita justru lantas mengkreatifinya hingga ber-output bahagia.

Sangat tidaklah pantas kiranya, jika saya mengaku-ngaku sebagai anak cucu Maiyah namun malah sering mengeluh. Cengeng lebih tepatnya, acap sambat atas derita yang dialami. Padahal kadarnya seujung kuku penderitaan Simbah pun tak ada, seperti kisah yang diceritakan dalam acara Sastraliman malam itu. Dengan begitu, semestinya, kita patut bersyukur dengan keadaan yang kita dapati saat ini. 

Saya pribadi selama ini sangat mengagumi Simbah, tak terpungkiri salah satunya dengan rentetan runut tulisan-tulisan beliau atau dengan sahabatnya yang mencoba memotret Simbah dengan tulisan. Seperti buku karya Ian L. Betts Jalan Sunyi Emha yang isinya secara mendalam mengkaji jalan sunyinya Emha itu apa dan bagaimana. Hingga saat ini, penasaran saya tak berjeda, tertarik terus-menerus sinau menyibak makna sejati jalan sunyi itu sendiri. 

Namun, berkat adanya gelaran acara Sastraliman pada edisi saat itu, saya berucap syukur alhamdulillah, paparan para sahabat Simbah sangat mampu menambah cakrawala benak saya dalam memahami situasi penderitaan Simbah pada era saat itu, selaras dengan yang diulas lengkap dan eksplisit pada buku “M Frustrasi”. Demikian, bagi kita anak cucu Maiyah, dapat menjadikanya bekal menghadapi era “Dholuman Jahula” yang terjadi saat ini. 

Tanpa jeda Simbah pada tiap acara Maiyahan, anak cucunya selalu dibesarkan hatinya. Supaya kita ini siap menghadapi situasi genting apapun. Runut-jangkep, dalam segala hal kita sudah disangoni oleh Simbah. Sebagaimana Simbah sampaikan saat sinau bareng di Wonosalam Jombang, 15 Oktober 2022 yakni ada lima pesan mbah menghadapi krisis ekonomi tahun depan. 

Meskipun zaman ini bisa dikatakan “zaman yang serba canggih”, sangat menjanjikan kemapanan serta harapan-harapan besar dengan disponsori dan dipromosikan oleh media global. Demikian, tetap ada positifnya yakni terpicunya sebuah tantangan yang begitu dahsyat. Tentunya bisa saja, membuat kita frustrasi. Ancaman resesi global di depan mata. Dalam hal ini kepala kita dipaksa tertunduk dan peka dalam situasi yang senantiasa terjaga agar tetap waspada serta membangun kesadaran penuh dengan tabah “meniti jalan yang belum mendekati sunyi” hingga ke jalan sunyi yang sejati. 

Hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man nashir.

Lihat juga

Back to top button