Memotret Segitiga Cinta
Di Maiyah ada suatu konsep yang menurut saya menarik untuk didalami, yaitu ilmu dasar Maiyah CINTA SEGITIGA. Mesranya cinta segitiga antara Allah, Rasulullah dan hamba. Tentu ini sebuah pemahaman yang sudah tidak asing bagi yang sering datang ke Maiyahan. Tapi ada sebuah tantangan dalam mengaplikasiannya dalam diri pribadi masing-masing. Apakah dengan sekadar bersholawat atau mesti diimplementasikan dengan perbuatan. Atau malah bukan keduanya.
Salah satu yang diciptakan Tuhan paling misterius adalah cinta. Cinta dapat menyentuh setiap aspek kehidupan manusia, baik itu spiritual, moral, atau sosial. Mas Sabrang pernah bilang, cinta adalah “transformator“. Intisari dari sebuah cinta adalah dia mengubah manusia. Cinta memiliki risiko. Tapi kenapa transformasi harus dilakukan? Karena transformasi dilakukan agar manusia menjadi lebih baik esok harinya.
Cinta yang sejati kepada Tuhan dan sesama menjadi kunci dari transformasi diri seseorang dalam mencapai kedewasaan emosional dan spiritual. Untuk mencapai pemahaman yang mendalam tentang itu semua salah satunya dengan memahami aspek-aspek konseptual, prosedural, dan aplikatif. Dari potret segitiga kita bisa melihat tiga sisi yang mewakili masing-masing aspek yang berbeda. Sebuah konsep yang saling terkait dan membentuk kesatuan.
Pada ranah konseptual, Allah menjadi sumber dari segala ilmu dan pengetahuan. Allah yang menciptakan segala sesuatu dan mengetahui segala hal. Rasulullah sebagai utusan Allah yang ditugaskan untuk menyampaikan wahyu dan mengajarkan ajaran-ajaran agama kepada umat manusia.
Pada ranah prosedural, hamba (manusia) diharapkan untuk mengikuti ajaran-ajaran agama yang diajarkan oleh Rasulullah dan menjalankan perintah-perintah Allah untuk mencapai keselamatan.
Pada ranah aplikatif, keberadaan Allah, Rasulullah, dan hamba (manusia) diharapkan dapat menciptakan masyarakat yang damai dan adil, di mana setiap manusia dapat hidup dalam harmoni dengan Tuhan dan sesama.
Dari potret segitiga ini dapat dilihat sebagai suatu proses perjalanan spiritual yang membawa manusia dari kesadaran diri yang sempit kepada pemahaman yang lebih luas dan menyeluruh tentang Tuhan dan dunia. Rasulullah sebagai perantara dalam proses ini, yang membantu manusia dalam mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang Tuhan dan ajaran-ajarannya melalui wahyu dan petunjuk yang diterimanya.