Membedah Kesenangan

Panglawungan Rasa Edisi ke-9

Panglawungan Rasa (PR), simpul Majelis Maiyah Cak Nun (Emha Ainun Nadjib), edisi ke-9 kembali digelar di Kota Banjar pada Senin, 29 April 2024. Acara ini diisi dengan tawashulan, sholawatan, dan sinau bareng. Jamaahnya terdiri dari mahasiswa, pekerja sosial, serta kaum muda lainnya.

PR edisi ke-9 yang berlangsung di Teras Literasi ini menyuguhkan Sinau Bareng yang bertema: “KESENANGAN”. Tema ini membedah kesenangan yang memberi warna bagi hidup seseorang. Kesenangan sering dipahami sebagai kenikmatan yang dialami seseorang karena pengalaman² yang bersifat fisik, langsung, dan duniawi. Padahal di luar kesenangan yang semacam itu, ada juga kesenangan yang tak selalu lahiriah.

Seorang jamaah mengungkapkan firman Tuhan dalam kitab suci bahwa kesenangan akan menghampiri orang-orang yang suka mendatangi majelis-majelis ilmu. Ia menjelaskan bahwa seseorang bisa memperoleh kesenangan justru karena hal² yang berwatak batin seperti itu.

Jamaah lainnya membedakan kesenangan dan kebahagiaan. Jika kesenangan berwatak jangka pendek, maka kebahagiaan bersifat jangka panjang. Ia menyatakan harta, tahta, dan wanita adalah contoh kesenangan berjangka pendek. Namun hal itu bisa saja menjadi kebahagiaan jika seseorang mampu mengendalikan hawa nafsunya.

Jamaah lain membenarkan hal ini. Ia menuturkan pengalamannya bahwa kesenangan main game atau tindakan mendekati zina cenderung membawa seseorang pada kesenangan juga, namun hal itu hanya sesaat dan dihentikan oleh rasa bosan. Untuk selanjutnya, seseorang akan menjalani kesenangan² baru yang juga tak bertahan lama. Kita disibukkan oleh kesenangan² yang tak sejati.

Majelis Sinau Bareng PR juga menghadirkan pendapat yang menarik. Seorang jamaah menggali pandangan tentang kesenangan dalam tatapan dua tradisi besar, yakni Sufisme dan Buddhisme. Meskipun keduanya berasal dari latar belakang budaya dan pemahaman yang berbeda, keduanya menawarkan wawasan yang kaya tentang cara menghadapi kesenangan dalam kehidupan.

Dalam pandangan Sufisme dan Buddhisme, kesenangan adalah bagian alami dari kehidupan manusia, tetapi keduanya menawarkan pandangan yang berbeda tentang cara menghadapinya dengan bijaksana.

Sufisme mengajarkan bahwa kesenangan sejati berasal dari hubungan batin dan pengalaman spiritual dengan Tuhan yang mendalam. Kesenangan yang sejati tidak ditemukan dalam hal-hal duniawi semata, tetapi dalam keadaan batin yang damai dan tenang yang diperoleh melalui ketaatan kepada Tuhan dan pengabdian kepada sesama manusia.

Di sisi lain, Buddhisme menekankan bahwa kesenangan dunia adalah sementara dan tidak memberikan kepuasan sejati. Orang cenderung mengalami penderitaan karena keterikatan pada kesenangan dan kenikmatan palsu. Mereka menawarkan meditasi sebagai cara untuk mengamati dengan cermat kenikmatan palsu yang dialami, termasuk kesenangan, dan menyadari sifat sementara dan tidak memuaskan dari palsu kenikmatan tersebut.

Kedua perspektif ini menekankan pentingnya memahami sifat sementara dan tidak memuaskan dari kesenangan dunia yang tak orisinil. Dalam Sufisme, kesenangan spiritual sering ditemukan melalui meditasi, zikir, atau permenungan mendalam. Melalui praktik-praktik ini, seseorang dapat mencapai keadaan kesenangan orisinil dan dalam yang berasal dari hubungan yang sangat erat dengan Tuhan. Di sisi lain, Buddhisme menawarkan meditasi Vipassana (penyadaran), di mana umat Buddha diajarkan untuk mengamati dengan cermat sensasi² yang muncul, termasuk kesenangan, dan menyadari sifat sementara dan tidak memuaskan dari sensasi tersebut.

Begitulah, baik dalam Sufisme maupun Buddhisme, kesenangan adalah bagian alami dari kehidupan manusia. Namun, kedua tradisi menekankan pentingnya memahami sifat sementara dan tidak memuaskan dari kesenangan dunia serta mencari kepuasan yang lebih dalam melalui praktik spiritual dan pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri, Tuhan, dan alam semesta.

Forum PR diakhir dengan refleksi bersama tentang kesenangan dan, segera setelah itu, jamaah melantunkan bersama-sama: “hasbunallah wanikmal wakil nikmal maula wanikman nasir”.

Sebagai simpul Maiyah di Kota Banjar, PR menyelenggarakan Sinau Bareng untuk pertama kali pada 29 Agustus 2023. Misi PR adalah mentradisikan produksi pengetahuan bersama dan menjadi majelis untuk saling menemukenali potensi. Dengan cara ini, PR diharapkan menjadi ruang penyatuan energi kolektif yang memupuk potensi bagi lahirnya inisiatif dan praktik lokal terbaik di Kota Banjar.

Bah Asmul
Panglawungan Rasa

Lihat juga

Back to top button