KELUARGA AL-FATIHAH

(Mukaddimah Majelis Ilmu Maiyah Gugurgunung Ungaran, Selasa, 13 Juni 2023) 

Setiap orang dilahirkan dalam sebuah bangunan keluarga. Ada yang lahir dari keluarga sehat dan tenteram dan ada pula yang lahir dari keluarga yang sedih dan berpolemik. Namun tetap saja seseorang lahir dengan latar belakang keluarga. Dengan demikian, sesungguhnya keluarga manusia bukan terbatas pada relasi bumi, justru keluarga utama manusia adalah sanak kadang dan handai taulan surgawi.

Pendapat tersebut hanya bisa diterima oleh orang yang percaya pada ajaran agama Samawi, yang meyakini bahwa manusia pertama yang diciptakan oleh Allah Swt. di-keluarga-kan dengan penghuni langit. Yang pada periode berikutnya ada momentum merantau dan melaksanakan tugas di sebuah tempat kerja yang bernama bumi. Di tempat kerja dan tempat rantau ini beliau bekerja dan beranak-turun. Namun ke mana perantau akan kembali mudik, adalah ke tempat paling asal. Keluarga induk sebagai muasal ia dilahirkan.

Keluarga sebagai pembuka

Al-Fatihah merupakan tujuh ayat yang juga sering disebut sebagai tujuh yang berulang dan juga dikenal sebagai induk Al-Qur’an. Maka, jika keluarga merupakan peristiwa yang terus berulang pada setiap zaman, dan dari keluarga pula peradaban dibuka, betapa pentingnya setiap keluarga melakukan sinkronisasi dengan Al-Fatihah. Sehingga semakin terbuka kemungkinan peradaban baru muncul dengan pendaran cahaya yang terang benderang sebab setiap keluarga meletakkan Al-Fatihah sebagai poin-poin nilai yang terus menerus diterapkan.

Keluarga dan bersama

Seorang anak yang lahir dari keluarga berpolemik, dia akan menduga bahwa keluarga yang ia punya adalah keluarga terbaik, ayah terbaik, ibu terbaik, keluarga terbaik. Bahkan ada seorang anak di Filipina yang betapa takutnya kalau ibunya pulang, karena ia akan disiksa, namun sekaligus betapa ia rindu pada ibunya saat ibunya sedang bekerja. Anak ini bisa saja melarikan diri namun sebagai anak ia sangat rindu kehadiran seorang ibu. Ini mungkin kasus yang langka namun contoh keluarga berpolemik sepertinya akan banyak pula dimana-mana dengan kasus yang berbeda-beda. Ada peran ibu yang bermasalah, ada peran ayah yang terganggu, ada kondisi lingkungan yang toxic, ada pergaulan yang rentan penyelewengan. Sehingga ada anak yang memberontak, ada anak yang menderita, ada generasi yang tidak percaya keluarga, ada pemahaman bahwa jika di dunia perlu membangun ikatan, makan ikatan yang baik adalah yang tidak menyakiti namun menyenangkan, bersenang-senang, berhura-hura, bertabur kebahagiaan dengan merdeka.

Keluarga bukan hanya sekadar kumpulan apalagi gerombolan. Keluarga memiliki ikatan yang lebih erat. Ada adab sebagai orang tua, ada adab sebagai anak. Keluarga adalah majelis ta’lim pertama bagi anak, juga akan terus tumbuh menjadi majelis tadris, majelis tafhim, majelis ta’rif, hingga majelis takhlis. Anak akan memiliki fase pertumbuhan pula, makna pergaulan dan keluarga yang ia pahami juga semakin luas tanpa mengesampingkan asal-usul. Rasa utama keluarga adalah ma’a (bersama), anggota keluarga saling mengambil peran berbeda-beda, namun rukuk dan sujud pada kiblat yang sama.

Bisakah kita serap kandungan Al-Fatihah sebagai landasan utama membangun keluarga? Bisakah keluarga melakukan sinkronisasi dengan Al-Fatihah? Bisakah keluarga dengan spirit Al-Fatihah menjadi pembuka yang baik dalam melahirkan generasi minim polemik kepada Allah Swt. dan tajam dalam memandang dan sanggup mengkhalifahi kehidupan dunia yang berpolemik dan problematik.

Bertempat di Joglo Paseban Wijoyo Kusumo (Komplek Wisata Gunung Munggut Kabupaten Semarang), besok malam, Selasa 13 Juni 2023 mulai pukul 19.30, kita akan bersama-sama mendalami Keluarga Al-Fatihah. 

(Redaksi Majelis Ilmu Maiyah Gugurgunung) 

Back to top button