Indonesia: Jenis Manusia Tersendiri

Tafsir Nadjibiyah #12

Nanti malam di Rumah Maiyah digelar lagi Tafsir Nadjibiyah edisi ke-12. Masih bergandengan mesra dengan Partai X. Ke depan, Tafsir Nadjibiyah sedang diusahakan menggandeng “lembaga lembaga’ lain, atau akan bekerja sama dengan UMKM keluarga Maiyah. Tafsir Nadjibiyah adalah sebuah forum diskusi yang dilatari musik Gamelan KiaiKanjeng, yang sejak awal diniatkan untuk menafsirkan dan membedah ilmu-ilmu Mbah Nun. Baik lewat tulisan-tulisan maupun pitutur-pitutur yang selama ini sudah perdah kita baca dań dengar.

Edisi ke-12 ini mengambil tema “Kagum Kepada Orang Indonesia”. Judul ini persis buku Mbah Nun yang pernah di-republish oleh Pennerbit Bentang Pustaka pada 2015.

Kata beliau dalam buku tersebut: “Cobalah perhatikan dan teliti kembali antropologi dunia dan khususnya bangsa Indonesia. Kita penduduk Jawa bukan Homo erectus yang dulu musnah itu. Juga bukan bagian murni dari Homo sapiens yang merupakan cikal bakal manusia modern. Sejak zaman Homo erectus kita sudah ada sebagai jenis makhluk tersendiri. Beranak pinak sampai sekarang dan mungkin penduduk Tanah Air sekarang ini adalah campuran antara makhluk khusus itu dengan cipratan-cipratan sebagian kecil Homo sapiens.

Kekhususan antropologis itu membuat kita memang berbeda dari manusia lain di muka bumi. Kelakuan kita beda, keenderungan fisik dan mental kita beda. Watak dan aspirasinya beda. Cita-cita dan gaya hidupnya beda. Susunan sel, partikel-partikel jasadi, struktur saraf, dan organ-organ biologis lainnya dalam tubuh kita berbeda. Juga kejiwaannya. Kita mampu memadukan malaikat dengan setan dalam situasi sangat damai. Kita bisa menjajarkan kebaikan dan keburukan dalam suatu harmoni yang indah. Kita mampu mendamaikan kesedihan dengan kegembiraan, kesengsaraan dengan pesta pora, krisis dengan joget-joget, keprihatinan dengan kesombongan, kemelaratan dengan kemewahan, dan apa saja yang pada Homo sapiens murni harus dipilah pada kehidupan kita dan dikomposisikan sedemikian rupa…

Membaca kalimat Mbah Nun di atas, rasa-rasanya banyak benarnya. Di media sosial — netizen Indonesia dijuluki paling nyeleneh di dunia. Kemarin ketika Timnas bertanding melawan Geunea — Indonesia kena pinalti karena pelanggaran Dewangga. Seorang Bapak yang nonton di sebuah Warung, memarahi Dewangga dengan menggoblok-goblokkan. Ketika tendangan pinalti si Guenea tidak gol. Si Bapak kembali mengumpat. Dasar goblok. Tendangan bosok. Dasar Hitam!!

Di media X juga begitu. Karena Timnas kalah — wasit menjadi incaran caci maki, bahkan akun Instagram si wasit sudah beredar di grup-grup WhatsApp. Bahkan sampai juga menghitam-hitamkan pemain Guenea. Dalam kaca mata Barat — ini tindakan rasis. Dalam Kacamata orang Indonesia, itu bukan Rasis, ini fakta !!

Ada seorang artis yang melakukan skandal seksual. Menjadi berita besar di media media. Ketika si artis beracara di sebuah daerah — para fans tetap antusias menyambutnya. Selfie. Cium tangan.

Seorang Gus yang jadi pejabat di daerah, dalam perjalanan waktu melakukan tindak korupsi. Lalu ditangkap oleh KPK. Di rumah si Gus tadi, suasana kampung tidak berubah. Tidak ada warga kampung yang sinis kepada keluarga besar si Gus. Para warga masih hormat dan menjunjung dengan bangga walau si Gus yang dibanggakan itu telah melakukan korupsi.

Kita menang masyarakat special, kata Mbah Nun kita jenis manusia tersendiri. Keris keramat dengan belati dapur kita campur jadi satu dalam satu selongsong.

Yogyakarta, 12 Mei 2024

Lihat juga

Back to top button